Deru motor Reygan dan Rayina terdengar cukup bising saat sepasang kekasih itu memarkirkan kendaraan pada sebuah Cafe.
"Ngapain kesini?" tanya Rayina. "Bukannya langsung pulang?"
"Gue mau nongkrong bentar disini. Nggak papa kan?"
Rayina mengangguk kemudian mengikuti Reygan dari belakang saat cowok itu beranjak masuk. Saat menginjak kaki pertama kali disana, keduanya sontak menjadi sorotan. Berusaha untuk bersikap bodoamat, cowok itu menggandeng tangan Rayina menuju meja paling ujung pada Cafe itu.
"Mau pesan apa?"
"Samain aja."
Setelah mendapat jawaban dari Rayina, Reygan memanggil pelayan dan memesan menu yang mereka inginkan.
"Rey, gue boleh nanya nggak?" tanya Rayina membuka percakapan diikuti dengan Reygan yang mengangguk.
"Lo tau sendiri kan 3 hari kedepan gue bakal ikut perlombaan. Tapi gue nggak bisa fokus. Sejak kejadian di toilet waktu itu, gue selalu pengen nanyain sesuatu sama lo. Tapi gue nggak sempat soalnya lo sibuk. Sekarang gue boleh nanyain itu kan?" tanya Rayina dengan hati-hati sambil menunggu jawaban Reygan. Setelah mendapat respon, langsung saja cewek itu melayangkan pertanyaannya. "Sebenarnya cewek yang lo telepon waktu itu siapa?"
Reygan menelan kasar salivanya mendengar pertanyaan Rayina. Mungkinkah ia harus menceritakan tentang hal yang sebenarnya terjadi saat itu juga kepada Rayina? Tapi cowok itu ragu akan keputusannya.
"Rey..." panggil Rayina lagi. "Gue butuh penjelasan dari lo. Dan gue rasa, sejak hari itu sikap lo berubah terhadap gue. Kalau emang dia adalah cewek di masa lalu lo, sekarang gue udah siap buat lepasin lo. Karena gue tau, sampai sekarang pun perasaan cinta lo nggak berubah buat dia sekalipun udah ada gue."
"Ray..."
"Gue butuh kepastian."
"Waktunya belum tepat. Gue nggak bisa jelasin sama lo sekarang."
"Terus kapan lo mau cerita? Apa lo nungguin gue sakit hati lebih dalam lagi?" tanya Rayina dengan sedikit membentak.
"Ada saatnya!!! Gue nggak bisa jelasin sekarang. Lo nggak boleh egois dong!!!"
Rayina kaget saat Reygan balik membentaknya dengan kasar di depan banyak orang. Setetes air mata refleks jatuh membasahi pipinya.
"Ray..." lirih Reygan merasa bersalah.
"Sorry. Gue udah lancang nanyain soal ini. Sekarang gue sadar gue emang egois. Sekali lagi gue minta maaf," potong cewek itu lalu meraih jacketnya dan pergi dari hadapan Reygan.
"Ray!!!"
"Jangan ganggu gue," sentak cewek itu sambil terisak.
"Ray!!!"
Sial, panggilan Reygan tak mendapat sahutan dari Rayina. Cewek itu telah berlalu pergi dengan linangan air mata yang membasahi pipinya.
"Ngapain dikejar? Bukannya udah ada gue di samping lo sekarang?" bisik seorang cewek tepat di belakang Reygan. Mendengar itu, refleks cowok itu berbalik dan menatap lawannya dengan nyalang.
"Gue nggak pernah harapin lo, Safira. Dan gue peringatin lo sekali lagi. Jangan pernah ganggu Rayina..." balas Reygan dingin.
"Hahaha... Lo lupa sama surat wasiat dari adik gue? Satu lagi yang harus lo ingat. Aquila meninggal gara-gara lo..." tutur cewek yang bernama Safira itu kemudian menepuk pundak Reygan dan berlalu pergi dari sana.
"Gue udah bilang bukan gue!!!" teriak Reygan namun diacuhkan oleh Safira. "Ahhh goblog lo!!!" teriak cowok itu sambil memukul kuat kepalanya mendapati tingkah Safira yang mengesalkan.
"Sekarang gue butuh pelampiasan..."
###
Brak!!!
Dengan kasar Reygan membuka pintu basecamp membuat semua anggota Arion yang berada disana terkejut dibuatnya. Dengan gerakkan cepat, cowok itu melangkah lebar menuju kamarnya dan mengabaikan semua tatapan heran yang dilayangkan oleh sahabatnya. Hingga saat tiba di tempat itu, tangan Reygan bergerak cepat membuka pintu minibar dan mengambil sejumlah minuman keras. Tanpa berpikir panjang lagi, cowok itu meneguk semua isi minuman itu tanpa jeda.
Beberapa saat kemudian, Galang ikut masuk ke dalam kamar saat sempat melihat tingkah Reygan yang mencurigakan. Melihat sahabatnya dalam keadaan kacau, dengan cepat cowok itu menghampiri Reygan dan menghentikan aksinya yang akan meneguk kembali barang berbahaya itu.
Saat aksinya berhasil dicegah, seketika rasa pusing menghinggapi kepala Reygan diikuti dengan tubuhnya yang lemas meluruh ke atas dinginnya lantai.
"Rey!!!"
"Bangsat! Lo punya masalah apa sampai ngelakuin hal bodoh kayak gini, hah!" emosi Galang sambil meraih kepada Reygan ke dalam pengkuannya. Mata cowok seketika melebar saat darah ikut mengalir deras dari hidung Reygan.
"Lang, dia kembali lagi. Gue takut..." lirih Reygan.
"Jadi gara-gara itu lo lakuin hal bodoh kayak gini? Lo mau mati? Lo udah bosan hidup, hah!"
"Dia mau hancurin Rayina, Lang. Gue nggak mau itu terjadi. Gue takut..."
Galang semakin frustasi kalah Reygan terus mengoceh tak jelas. Arkan dan Risko pun ikut menyusul Galang ke dalam kamar mendengar cowok itu berteriak memanggil nama Reygan. Sementara anggota yang lain menunggu di luar. Melihat keadaan Reygan yang miris Risko dan Arkan meringis sakit.
"Lo kenapa sih, Nyet?" geram Risko.
"Kayaknya nih bocah udah bosan hidup deh." Sial! Pada saat seperti itu Arkan masih sempat membuat gurauan yang tak bermanfaat.
"Lo kasian atau cuman niatan ledekin Reygan?" tanya Risko menatap nyalang ke arah Arkan.
"Hehehe... canda, Ko. Canda!"
"Dah lah! Gue malas ladenin manusia nggak berotak kayak lo!"
Kembali kepada Galang dan Reygan, kedua cowok itu terlihat saling beradu tatap seakan sedang bercerita melalui tatapan itu.
"Gue mau tidur lagi kayak dulu," racau Reygan.
"Goblok! Lo ngomongin apa, Bangke!" emosi Risko mendengar penuturan Reygan.
"Cih! Mana Reygan yang gue kenal? Masa gara-gara masalah ini lo down? Cemen tau nggak!"
"Tau lo, Bos! Bikin gue panik aja," tambah Arkan.
"Serah lo semua. Tapi gue mau minta satu hal. Tolong jaga Rayina kalau nanti terjadi sesuatu sama gue. Jaga dia buat gue..." ucap Reygan sambil menutup rapat matanya. Sepertinya cowok itu mabuk berat karena efek minuman keras yang ia teguk.
"Reygan!"
###
Sekian dulu yah!
Next part?
Tinggalkan jejak!

KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan & Rayina (END)
Teen FictionMengisahkan tentang pertemuan dua insan karena suatu insiden yang tak terduga, yang mana insiden itu membuat mereka saling terikat satu sama lain tanpa disadari. "Lo gila hah!" "Maaf..." "Akal sehat lo mana, Rey?" "Gue takut!" Deg... Rayina mendeka...