"Woy!!!"
"Apaan sih lo! Kagetin aja."
"Makanya jangan diam mulu, njett! Kebiasaan lo."
"Kan, gue mau minta tolong."
Dahi Arkan mengeryit. "Mau minta tolong apa? Tumben banget. Hmm... kayaknya serius deh."
"Lo bisa jaga Rayina buat gue nggak?"
"Lo gila?"
Reygan menghela napas berat. Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak belakangan ini. Cowok itu tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. "Kayaknya gue bakal pergi jauh, Kan. Gue nggak tau kenapa perasaan itu tiba-tiba muncul. Huft... makanya gue minta bantuan lo."
Arkan tertawa sinis. Cowok itu tahu Reygan sedang membuat lelucon. Rasanya geli saat orang yang ia kenal jutek membuat lelucon seperti itu. Garing sekali rasanya, seperti tak ada topik lain yang dijadikan bahan pembicaraan. Kendati demikian, Arkan menatap Reygan dengan intens.
"Dengar baik-baik Reygan. Gue nggak bisa jaga cewek lo. Bukannya gue nggak mau, tapi gue tau Rayina cuman nyaman ada di samping lo. Lagian gue udah punya Dinda. Gue punya tugas buat lindungin dia. Dan Rayina punya lo. Lo yang berhak lindungin dia."
Mata Reygan beralih menatap langit biru di atasnya. Cerah namun tak seperti keadaan hati cowok itu. Sorot matanya memancarkan kekhawatiran. Khawatir jika perasaan buruknya akan terjadi. Takut jika ia akan kehilangan lagi seperti yang Safira katakan. Cowok itu takut namun tak ada yang bisa membantunya. Disini, ia dipaksa untuk menghadapi persoalan itu sendiri.
"Gue udah minta bantuan Galang tapi dia nggak mau. Gue minta bantuan lo juga sama aja. Lantas, gue harus minta bantuan siapa lagi? Minta bantuan Risko? Cih... Dia juga bakal nolak. Kan udah ada Tiara. Terus, gue harus lari kemana?"
"Ogep! Lo ngomong apa sih? Belakangan ini lo bicarain hal yang garing mulu deh. Jadi bete gue."
"Semuanya bakal berakhir, Kan."
Mendengar itu, Arkan mengebrak meja di depannya dengan kasar. Emosi cowok itu terpancing mendengar ucapan Reygan. Refleks tangannya menarik kasar kerah baju sahabatnya.
"Lo kenapa? Gue nggak pernah liat lo selemah ini. Apa yang terjadi?"
Reygan terkekeh menyedihkan. "Lo pernah ngerasain kehilangan nggak? Nggak pernah kan? Tapi gue pernah, Kan. Rasanya sakit banget. Dan lo tau, semua itu terjadi gara-gara gue! Gue udah buat mereka ngalemin itu semua. Dan sekarang, dia datang lagi. Dia mau ambil Rayina. Gue nggak mau semua itu terjadi. Gue nggak mau kehilangan lagi. Kalau kayak gitu lebih baik gue yang pergi.
Bola mata Arkan membesar mendengar keluh kesah Reygan. Cowok itu tak mengerti melihat sahabatnya hancur seperti itu. Seumur hidupnya, baru kali ini Arkan menyaksikan Reygan jatuh pada titik terendahnya. Sosok dingin yang ia kenal selama ini terlihat tak berdaya sekarang.
"Lantas kalau lo pergi, kita gimana? Lo mau ninggalin kita. Lo mau ninggalin bokap, nyokap dan Aira? Lo mau ninggalin Rayina?"
Reyhan menunduk mendengar jawaban Arkan. Ia tau akan hal itu. Tapi lebih baik jika dirinya saja yang pergi. Sudah cukup dia merasakan kehilangan.
"Kan..."
"Gue nggak mau lo pergi."
"Tapi ini yang terbaik sekarang. Gue harus relain semuanya."
"Kenapa, kenapa lo jadi lemah gini, Rey. Lo bukan Reygan yang gue kenal. Lo bukan lagi Reygan yang kuat dan tangguh menghadapi setiap persoalan."
"Tapi kali ini beda, Kan. Gue nggak bisa hadapin semuanya."
"Ada gue. Ada Arion. Kita semua ada buat lo."
"Semuanya berbeda, Kan," jawab Reygan sambil menoleh ke arah Arkan kemudian menyungging senyum tipis.
"Ingat pesan gue. Cuman lo yang bisa gue andelin Sekarang," ucapnya kemudian pergi.
Di tempatnya Arkan menitikan air mata. "Gue nggak mau lo pergi, Rey. Plis, jangan kayak gini."
###
Rayina sedang belajar dan mempelajari beberapa materi yang diberikan gurunya. Tiba-tiba Dinda menghampiri cewek itu sambil tersenyum Bahagia. Sontak hal demikian membuat Rayina mengeryit heran.
"Napa lo cengar-cengir nggak jelas?"
"Hehehe... lo tau nggak gue udah punya pacar tau."
"Hah, serius? Jangan bilang pacar lo..."
"Iya. Lo jangan berisik ihh. Malu gue diliatin sama teman kelas."
"Lah ngapain malu? Yang penting lo pacar sahnya, bukan selingkuhannya."
Wahh Rayina mengucapkan kalimatnya dengan enteng dan mencuri perhatian teman kelasnya. "Cih... sekali gue ngomong pasti diliatin. Nasib-nasib."
5 menit kemudian, Safira masuk kelas dengan lagak sombongnya. Banyak yang berbisik dan mengosip namanya saat cewek itu melintas. Gayanya yang sok keren membuat teman kelasnya muak.
"Hai!" sapanya kepada Rayina.
"Hai."
"Wah... gue denger-denger lo baru aja menangin perlombaan. Selamat yah," tutur Safira terdengar sinis.
"Thank you. Senang banget rasanya dapat ucapan dari lo. Moment ini yang gue tunggu-tunggu," jawab Rayina tak kalah sinis.
"Ohh iya, gue dengar juga Reygan kasih lo kejutan yah? Wah, pasti seru banget deh."
"Iya dong. Dia kan pacar kesayangan gue. Emm... dia juga bucin banget sama gue. Jadi gue pikir wajar aja kalau dia kasih gue kejutan. Yah meskipun sederhana, tapi rasanya so sweet banget tau. Apalagi pas dia peluk gue. Ahh... rasanya gue pengen terbang saat itu juga," jawab Rayina mendramatis sengaja memancing emosi Safira.
"Ohh iya, bentar lagi Reygan mau jemput gue. Gue siap-siap dulu biar keliatan cantik. Yah meskipun gue tau gue cantik sih. Bye Safira, semoga cepat dapat doi yah. Gue tunggu kabar bahagianya."
Sebelum Rayina berlalu, Safira mencengkam tangannya. "Gue bakal ambil Reygan dari lo," bisiknyanya dengan nada dingin.
Rayina tersenyum remeh kemudian mendekati cewek itu. "Coba aja kalau bisa. Gue jamin, Reygan bakal enek punya cewek kayak lo. Cantik iya, tapi sayang hatinya busuk! Satu lagi, gue udah tau soal rencana lo sama Tania," bisik Rayina. "Gue nggak takut, bitch. Gue bisa aja lebih kejam kalau lo nekat lakuin itu semua. Reygan is mine not yours. He love me, I know that right. Jangan coba-coba main gelap sama gue atau lo bakal hidup tanpa tangan."
###
Sekian dulu yah. Thank you!
Saputry_110804

KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan & Rayina (END)
Ficção AdolescenteMengisahkan tentang pertemuan dua insan karena suatu insiden yang tak terduga, yang mana insiden itu membuat mereka saling terikat satu sama lain tanpa disadari. "Lo gila hah!" "Maaf..." "Akal sehat lo mana, Rey?" "Gue takut!" Deg... Rayina mendeka...