42.

198 8 0
                                    

Cahaya matahari telah terbit di ufuk timur. Kilauan cahaya orange itu membuat salah satu penghuni kamar terjaga dari tidurnya.

"Hoamm! Udah pagi rupanya," ucap cewek itu melirik jam weker di sampingnya. Semalaman dirinya begadang dan alhasil tertidur pulas di atas meja belajarnya. Tak lama kemudian, cewek itu berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap berangkat sekolah.

###

"Rara! Abang kamu kemana? Ini udah jam berapa coba! Kok kalian nggak turun-turun dari kamar? Pada mau bolos sekolah, hm!" teriak Lidia kepada kedua anaknya.

"Bunda ada apa sih? Nggak baik pagi-pagi udah teriak! Kayak kemalingan aja," tegur sang suami.

"Itu Al, anak-anak kamu nggak mau turun dari kamar. Padahal kan bentar lagi mereka harus berangkat sekolah."

"Li, mereka udah dewasa. Biarin mereka mandiri. Ingat, nggak selamanya mereka berada di sisi kamu. Jadi mulai sekarang, latih mereka untuk disiplin tanpa harus kamu atur. Nanti mereka juga tau sendiri konsekuensinya kalau nggak nurut," nasehat Aldiano.

"Yaudah deh. Kalau gitu sini," jawab Lidia menyuruh suaminya mendekat. "Aku rapiin dasi kamu yah," lanjutnya dengan senyum mengembang.

"Ekhem!!! Aduh Ayah Bunda, bisa nggak sih nggak usah pamer kemesraan di depan Rara?" tegur Aira menghampiri kedua orang tuanya.

"Lah kan Bunda cuman rapiin dasi Ayah kamu. Emang nggak boleh?" jawab Lidia.

"Yah boleh, Bun. Tapi nggak usah pakai mode senyum manis segala. Kan kasian sama jantung Ayah yang dag'dig'dug di dalam sana," jawab Aira yang diakhiri dengan tawa dari orang tuanya.

"Sarapan yuk!" ajak Lidia menyuruh mereka mengambil posisi masing-masing untuk segera sarapan. "Btw, Abang kemana, Ra? Masih di kamar yah?" tanyanya lagi sambil mengoles roti dengan selai cokelat.

"Di kamarnya nggak ada, Bun. Tadi kak Arkan kabarin Rara kalau Abang nginap di basecamp," jawab Aira sambil mengunyah roti yang diberikan Lidia.

"Huft... tuh anak nggak ada kapok-kapoknya dapat hukum dari Ayah. Dibilangin jangan nginap di luar, masih aja ngeyel! Awas aja kalau pulang," geram Aldiano.

"Jangan kayak gitu, Yah. Sifat Reygan itu turun dari kamu. Dulu waktu muda, kamu juga kayak dia. Susah dibilangin apalagi keras kepala! Jadi, kamu harus maklum kalau Reygan kayak gitu. Karena apa? Karena dia adalah kamu dalam versi junior!"

Aldiano mati kutu. Apa yang dibilang istrinya benar. Mungkin lebih baik ia membiarkan Reygan bebas melakukan apa yang ia inginkan selagi semuanya berbau positif. Dirinya juga tak menginginkan hubungannya dan sang putra renggang hanya karena sikap overprotective'nya.

"Iya, Bunda benar juga. Selama ini Ayah terlalu khawatir sama kondisi Reygan. "

Lidia terkekeh mendengar ungkapan suaminya. "Reygan udah gede, Yah. Biarin dia mengeplorasi diri di luaran sana. Jangan terlalu mengekang pergerakannya. Nanti yang ada dia malah tambah keras kepala."

"Huft... Ayah pasrah deh. Sekarang Ayah cuman bisa berharap semoga semuanya baik-baik aja."

"Semuanya pasti baik-baik aja kok."

###

Sebuah motor sport terlihat melintas cepat di pelantaran sekolah. Dengan pesona yang luar biasa, pengemudi itu seketika menjadi sorotan saat akan beranjak menuju kelasnya.

Reygan & Rayina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang