"Abang!!!" teriak Aira dari balik pintu kamar Reygan. "Woy bangun, udah siang nih. Lo mau telat, hm?"
Bukannya Reygan malas beranjak dari ranjangnya, hanya saja cowok itu merasa sedikit lemah. Reygan yakin, rasa pusing yang menderanya timbul akibat luka yang ia dapatkan.
"Abang, gue tunggu lo di bawah yah. Awas aja kalau sampai telat. Ohhh iya gue cuman tunggu 20 menit aja," ucap Aira lagi sambil berlalu dari kamar Reygan. "Dasar Abang Es. Adeknya ngomong malah dikacangin. Huftt... untung gue sayang," gumamnya menuruni anak tangga.
"Abang dimana, Ra? Udah kamu bangunin nggak?" tanya Lidia saat anak gadisnya memijakkan kaki di ruang makan.
"Udah kok, Bun. Tapi Bunda tau sendirilah Abang kayak gimana. Tadi Rara udah teriak-teriak bangunin dia, ehhh malah dikacangin. Istt... Rara jadi pengen buang tuh orang," geram Aira merasa jengah dengan tingkah Reygan yang menyebalkan.
"Kalau Abangnya dibuang, emang kamu kuat? Dia telat pulang aja kamu udah khawatir, gimana ceritanya kalau dibuang? Ayah pastiin kamu bakal nangis kejar," tambah Aldiano.
"Hehehehe... Ayah bisa aja," kekeh Aira. "Rara cuman becanda kok."
Tak disangka Reygan datang tanpa sepengetahuan mereka. "Jadi ganteng emang punya resiko banyak. Aku telat 5 menit aja udah pada digosipin sama kalian."
"Istt... ganteng dari mana coba? Muka kayak tai sapi dibilang ganteng," sindir Aira. "Kalau lo benaran ganteng pasti lo udah punya pacar sekarang. Nyatanya, sampai detik inipun lo masih jomblo!!! kasian amat."
"Lo mau ipar?"
"Ya maulah. Secara kan lo itu kayak es dinginnya, jarang ngomong sama gue, terus jarang ngajakin gue main, pokoknya banyak deh. Jadi gue pikir, bakal lebih seru lagi kalau gue punya ipar. Pasti lebih asyik dari lo, misalnya kayak..." oceh Aira sambil menerawang mengingat orang yang menurutnya sepadan dengan Reygan. "Ahhhh... kak Rayina contohnya," lanjutnya antusias.
Uhuk.... Uhuk.... Uhuk....
Reygan terbatuk mendengar nama Rayina disebut Aira. Roti selai kacang di tangannya berhasil masuk ke jalur pernapasan mengingat wajah Rayina. Entah mengapa, terselip gejolak aneh dalam tubuh tegap itu saat bayangan cewek itu melintas.
"Minum Bang," tutur Lidia menyodorkan segelar air kepada Reygan. "Makanya, kalau makan tuh hati-hati biar nggak keselek."
"Tau tuh, ceroboh banget," tambah Aira. "Btw, gue denger lo lagi dekat yah sama kak Rayina?" tanyanya lagi kepada Reygan.
Uhuk.... Uhuk.... Uhuk...
Lagi, Reygan terbatuk mendengar pertanyaan Adiknya. Lantas apa yang akan ia jawab ketika adiknya yang sewot itu akan bertanya lebih banyak lagi? Ahhh... memikirkan itu membuat Reygan berniat menukar adiknya ke penggadaian emas.
"Lo bisa diam nggak? Liat, keselek mulu gue!" sungut Reygan kepada Aira yang terus berceloteh tanpa henti.
"Heh! lo sendiri yang salah. Siapa suruh lo keselek? Kan yang ngunyah lo bukan gue. Jadi, yang ngatur buat nelan juga lo bukan gue, lantas napa lo marahnya sama gue?"
Skakmat. Cowok itu tak mampu menjawab ucapan Aira.
"Aku udah selesai. Abang pamit Ayah, Bunda," bukannya menjawab Reygan malah berpamitan kepada Lidia dan Aldiano.
"Terus gue gimana, Bang?" tanya Aira. "Gue belum selesai sarapan."
"Makanya jangan ngoceh mulu kalau lagi sarapan. Ohhh iya satu lagi, lo punya kaki punya tangan juga, nyetir sendiri! Gue duluan," pamit Reygan tak lupa memeletkan lidah kearah Aira.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan & Rayina (END)
Ficção AdolescenteMengisahkan tentang pertemuan dua insan karena suatu insiden yang tak terduga, yang mana insiden itu membuat mereka saling terikat satu sama lain tanpa disadari. "Lo gila hah!" "Maaf..." "Akal sehat lo mana, Rey?" "Gue takut!" Deg... Rayina mendeka...