1 Bulan kemudian...
Musim panas telah tiba. Daun-daun mulai berguguran dari pohonnya. Angin pun akan segera berhembus dan terasa dingin saat malam tiba menemani cahaya bintang yang gemerlapan di atas cakrawala. Di bawah kolong langit itu, beribu pasang kekasih terlihat sangat menikmati semuanya. menikmati suasana yang indah dan mesra seperti hubungan yang mereka punya.
"Rencananya lo mau kemana abis ujian akhir?
"Hem... gue nggak punya planning sih. Tapi yang pasti gue mau lakuin acara yang menyenangkan dan bisa dikenang."
"Gimana kalau camping ke gunung?"
Cewek itu mengetukkan jari pada dagunya dan terlihat berpikir sejenak. Setelahnya ia tersenyum manis.
"Boleh... Kemanapun itu yang penting sama lo, gue pasti mau."
"Dih gombal. Siapa yang ajarin hem?"
"Dih kepo."
"Jangan bilang lo belajar dari Arkan."
"Kalau iya, kenapa? Nggak suka?"
"Apaan lo. Nggak usah overthinking deh."
"Elah ngaku aja lo," ledek cewek itu.
"Lo apa-apaan sih! Jangan mulai deh," jawab lawannya dengan wajah datar.
"Yaelah tinggal ngaku aja kenapa sih? Emang sesusah apa buat lakuin itu?"
"Ra, plis deh jangan mancing emosi gue."
"Yee baperan lo. B aja ok. Slow sayang."
Di bawah teriknya sinar matahari, sepasang kekasih itu terus berdebat tak henti seakan keadaan di sekitar tak mempengaruhi mereka sama sekali. Sesekali keduanya saling mengejar dan tertawa riang sambil menggenggam tangan satu sama lain.
Jika sudah seperti itu, tidakkah kalian pikir semesta sangat baik hingga boleh mengizinkan keduanya tertawa bahagia? Mungkinkah langit sedang tersenyum menyaksikan hangatnya ikatan cinta itu? Atau mungkin sudah tiba saatnya semesta berpihak kepada mereka untuk memberikan semua hikmah dari semua luka yang pernah mereka dapat? Mungkin... semuanya akan seperti itu atau malah sebaliknya. Hanya saja untuk sekarang biarkanlah semesta yang melakonkan sendiri jawabannya.
###
Terpaan angin seakan menyapa mesra setiap indra peraba para insan manusia. Melodi kicauan burung terdengar lembut menyerbu indra pendengar seakan berbisik bagaikan tiupan seruling bambu yang menyapa hati setiap pribadi. Ditemani pancaran senja yang cantik nan elok, seorang berdiri menghadap cahaya itu dengan bibir yang ditarik membentuk sebuah senyuman. Matanya tertutup merasakan hawa sore seakan dunia sangat berdamai dengannya. Imajinasinya seketika berkelana entah kemana ia akan dibawah dan terjebak dalam khayalan semu itu. sudahlah, yang pasti satu hal yang ia tahu. Ia Bahagia merasakan semuanya.
Tak jauh dari tempat itu, ternyata seseorang sedang menatapnya dengan lamat. Raganya seperti mendapat kekuatan super melihat objek yang mencuri perhatiannya terlihat tengah tersenyum hangat menghadap sang senja.
Tak ingin menahan diri lebih lama lagi, segeralah ia menghampiri orang itu dengan berlari kecil lalu memeluknya sambil menghirup aroma tubuh itu dengan penuh nafsu.
"Thanks," bisiknya dengan lembut.
"For what?"
"For everything."
"Hem... I think this not special."
"Cause you think like that, so everything become special."
"What's your mean?"
"You know my mean."
"What?"
Orang itu mendekati lawannya sambil menyentuh dada bidang yang ia punya.
"It is knew my mean. If you still don't aware, please try to whisper to it."
Reygan tersenyum lalu menatap Rayina dengan mesra. Refleks, tangannya terulur untuk membelai rambut yang menerpa wajah lembut itu. Ia terlihat menggigit bibirnya sebab tak tahan melihat wajah betah Rayina.
"Abis ujian lo mau kemana?"
"Lo pernah janji kalau kita bakal mendaki gunung dan camping disana kan? Gimana kalau kita ajak Arion juga?"
"Tapi gue mau berdua aja. Nggak asyik kalau bareng mereka."
"Dih apaan lo?"
"Kenapa, lo takut? Hayo cepetan jawab," goda Reygan dengan wajah usilnya.
"Istt lo mah---"
Rayina diam saat Reygan membekap mulutnya.
"Iya deh kita bakal pergi bareng Arion. Puas lo?"
Seketika senyum lebar merekah indah pada bibir cewek itu.
"Makasih kulkas. Lo emeng terbaik deh. Ututu... pacar siapa sih ini?"
"Safira."
"Sekali lagi lo sebut nama itu, mampus lo di tangan gue."
"Dihh becanda kali. Nggak usah ngegas. Asal lo tau yah, pacar yang gue sayang di dunia ini cuman satu."
"Siapa?"
"Rahasia."
"Nyebelin ah!"
"Lo," bisik Reygan tepat pada telinga Rayina yang berujung dengan kejadian fatal. Jantung cewek itu berdetak kencang hingga ingin meledak saat itu juga.
"Sial. Kenapa harus pakai deg-degan sih?"
Reygan tertawa kecil mendengar ucapan cewek itu. "Mengapa ia sangat polos?" itulah pertanyaan yang selalu muncul dalam benak Reygan. Namun tanpa disadari hal itu juga yang membuatnya semakin menyayangi Rayina.
Mungkin langit sore pun akan tersenyum melihat keharmonisan yang mereka punya. Melihat bagaimana alam menyelesaikan permainannya dengan akhir yang bahagia membuat mereka tak henti-hentinya bersyukur. Keduanya hanya berharap semua masalah yang telah berlalu berkenan lenyap bersama cahaya sang senja. Biarlah Mentari pagi bersinar dan memberi mereka harapan baru tanpa harus mengenang masa lalu yang telah membelenggu mereka dengan bayangan semu.
###
Hai!!!
What's up guys?Sorry baru up yah. Selama ini aku sibuk banget sama beberapa hal. So, this's a special part for you all. Just wait for next part, ok. Maybe I Will publish it the day after tomorrow. So, see you next part.
18 Mei 2022
Saputry_110804
![](https://img.wattpad.com/cover/241611525-288-k959242.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan & Rayina (END)
Roman pour AdolescentsMengisahkan tentang pertemuan dua insan karena suatu insiden yang tak terduga, yang mana insiden itu membuat mereka saling terikat satu sama lain tanpa disadari. "Lo gila hah!" "Maaf..." "Akal sehat lo mana, Rey?" "Gue takut!" Deg... Rayina mendeka...