25.

390 21 22
                                        

Ada saatnya semua yang menjadi angan-angan akan menjadi kenyataan.

Damian Reygan Ravendra

Seperti yang sudah direncanakan, Rayina terlihat sudah rapi dengan pakaiannya. Waktu l menunjukkan pukul 05:00 AM. Masih sangat pagi menurutnya. Lantas ia teringat akan Reygan. Mengapa cowok itu ingin menjemputnya lebih awal?

Tok... tok...tok...

Rayina menoleh ke pintu kamarnya. Dengan segera cewek itu berlari kecil menghampiri pintu itu dan membukanya.

"Eh Bibi. Ada apa?"

"Non nggak mau sarapan dulu? Katanya hari ini  mau keluar kan? Yuk sarapan! Senyum aja belum cukup non," jawab Bibi Inah membuat Rayina terkekeh.

"Bibi bisa aja," sanggah cewek itu sambil menggelengkan kepala. "Kalau gitu Bibi tunggu di bawah yah. Rayina siap-siap dulu."

Usai Bi Inah berlalu, Rayina kembali masuk ke kamarnya untuk menyiapkan beberapa perlengkapan yang harus ia bawa ke panti nanti. Setelah semuanya lengkap, tiba-tiba ia tertegun. Kilasan wajah Reygan seakan berterbangan dalam otaknya.

"Fokus, Ray. Lo nggak boleh gugup kayak gini. Cuman semobil dan belanja bareng aja. Nggak lebih dari itu kok," gumamnya berusaha menyakinkan diri.

Tak ingin bergelut dengan pikirannya, Rayina beranjak ke ruang makan untuk sarapan.

"Bibi masak apa?" tanyanya saat menginjakkan kaki di ruang itu.

"Masak nasi goreng kesukaan kamu," jawab Bi Inah.

"Wih pasti enak tuh!" sorak Rayina lalu mencicipi sarapan itu dengan mengambil sesendok nasi dari wadah yang sudah disiapkan.

"Bi, Rayina boleh ngomong nggak?"

"Ngomong aja, non. Bibi bakal dengerin," jawab Bi Inah dengan ramah.

"Bibi nggak usah tidur di kamar yang itu lagi yah."

Kata-kata yang Rayina ucapkan membuat Bi Inah terkejut. Apa mungkin ia akan di pecat?

"Ma-maksudnya bibi dipecat?"

"Astaga, Bibi. Mana mungkin Rayina lakuin itu. Maksud Rayina itu... mendingan Bibi tidur di kamar sebelah yang nggak pernah dipake. Daripada kamarnya disimpan kan? Nanti kamar Bibi yang sekarang dijadiin gudang cadangan aja. Rayina juga liat kamar Bibi udah nggak layak dipake," jelas Rayina.

"Tapi-"

"Rayina nggak butuh penolakan."

"Makasih yah, Non. Bibi nggak tau harus ngomong apa lagi sekarang."

"Rayina yang seharusnya bilang makasih. Bibi udah rawat aku dari kecil sampai sekarang."

"Semua itu udah menjadi tanggung jawab Bibi, Non."

"Satu lagi. Mulai hari ini Bibi nggak usah panggil aku pakai 'Non' segala. Panggil pakai nama aja."

"Iya-iya. Kalau bibi manggil kamu 'sayang', nggak papa kan?"

Rayina tersenyum. "Senyaman Bibi aja mau panggil Rayina kayak apa."

"Ya udah sok atu dimakan nasinya. Bibi mau beres-beres dulu," tutur Bi Inah kemudian berlalu dari hadapan Rayina.

Cukup lama Cewek itu menatap orang yang telah merawatnya sejak kecil itu. Mengalihkan tatapan dari Bi Inah, Rayina melirik jam tangannya. "Rey datang jam 05:30, berarti bentar lagi dong! Sekarang udah jam 05:28. Bodo ahhh, mending gue bungkus aja makanannya. Daripada sih es kutub ngamuk sama gue," monolog cewek itu menghentikan acara makannya dan beralih meraih kotak bekal di sampingnya.

Reygan & Rayina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang