47.

218 10 0
                                    

"Lo-"

"Nama gue Tania. Dari dulu gue udah benci sama Rayina. Dia udah rebut semua kasih sayang keluarga gue," ucap Tania.

"Tapi lo seriusan mau kerja sama?"

"Iya. Gue serius. Kalau boleh tau, kenapa lo benci sama si perempuan jalang itu?"

"Dia udah rebut Reygan dari gue," jawab Safira sontak membuat Tania membulat mata.

"Jadi, dia juga suka sama Reygan? Wah, kalau kayak gini gawat dong! Kesempatan gue buat milikin Reygan bakal sulit. Tapi nggak papa. Sekarang, gue fokus dulu buat hancurin Rayina  kemudian gue bakal rebut Reygan tanpa dihalangin sama cewek ini," gumam Tania dalam hati sambil melirik sinis ke arah Safira.

"Ohh iya, gue mau bilang sesuatu sama lo. Sebaiknya lo hati-hati sama Rayina. Dia nggak seperti yang lo kira. Dia bahkan lebih berbahaya kalau emosinya dipancing. Emm... untuk soal rencana buat hancurin dia, nanti malam kita ketemuan di Cafe buat susun strategi. Nanti gue share loc sama lo," tutur Tania kemudian berlalu dari sana setelah mendapat nomor ponsel Safira.

"Ini nggak bisa dibiarin," gumam seseorang yang mendengar rencana busuk Tania dan Safira.

###

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Rayina pun telah tiba. Cewek itu terlihat sedikit nervouse saat kepala sekolah memberi amanah kepadanya sebelum berangkat ke tempat pelaksanaan perlombaan. Mewakili nama sekolah untuk mengikuti lomba debat bahasa inggris bukanlah hal baru bagi cewek itu. Tapi rupanya, dia kewalahan menyebunyikan sisi gugupnya.

"Bapak harap kamu mampu mengerahkan segala potensi. Bapak nggak nuntut kamu juara, Nak. Bapak hanya ingin kamu  bisa harumin nama sekolah. Sekarang, berangkatlah dan jangan lupa  berdoa meminta restu dari Yang Maha Kuasa," pesan sang Kepala Sekolah.

"Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha untuk memberikan yang terbaik dan mengerahkan segala potensin yang msaya miliki. Kalau gitu saya pamit," jawab Rayina lalu beranjak dari tempat itu bersama guru pembimbing dan Pak Nano, wali kelasnya.

Mareka terus melangkah hingga tibalah mereka di lapangan. Disana, ratusan murid telah berbaris untuk memberikan dukungan kepada Rayina. Bahkan, cewek itu terkekeh melihat sahabatnya berjoget ria untuk memberinya dukungan. Beberapa saat kemudian, mata Rayina beralih menelusuri area lapangan guna mencari keberadaan Reygan. Sayang, sang pujaan hati tak ikut berbaris disana. Sejak kejadian di Cafe kala itu, keduanya seperti sungkan menghubungi satu sama lain.

"Rayina, kamu udah siap kan?" tanya Pak Nano yang membuyarkan lamunan Rayina.

Cewek itu beralih menatap wali kelasnya. "Saya siap, Pak," jawabnya sambil beranjak dari sana. Sedetik saat tubuhnya telah berbalik, cewek itu merasa tubuhnya ditarik seseorang. Matanya  membola serta detak jantungnya berdebar kencang saat orang itu memeluknya erat dan mengecup lembut keningnya.

"Sorry, gue telat."

Seketika senyum Rayina terbit. Ternyata Reygan  datang memberinya dukungan. "Nggak papa. Liat lo disini aja gue udah senang," jawabnya sambil mengeratkan pelukan mereka.

"Gue minta lo hati-hati disana. Kalau mau ke toilet, barengan sama teman. Kalau lo lapar, kasih tau sama guru pembimbing lo. Kalau lo haus, minta airnya ke panitia. Kalau lo-"

"Shut! Bawel banget sih lo. Nggak usah khawatir kayak gitu juga, sayang. Gue bisa jagain diri kok. Lo tenang aja, Ok!"

Reygan tersenyum memandang wajah pacarnya itu. Bahkan, cowok itu mati-matian menahan diri agar tak mencubit Rayina saat itu juga saking gemesnya.

Reygan & Rayina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang