2 Bulan kemudian
Ujian akhir telah usai. Kini tibalah saatnya Reygan dan kawan-kawan menanggalkan seragam putih-abunya. Rasanya seperti baru saja mereka menginjakan kaki di lembaga tercinta itu namun sekarang mereka harus meninggalkannya demi masa depan yang telah menunggu di depan mata.
"Wih!!! Gue udah tamat woy!"
"Biasa aja kali. Kita juga udah tamat bukan cuman lo doang. Nggak usah heboh sendiri ogep."
"Sirik mulu lo. Minum sana! Kayaknya tubuh lo kekurangan air deh makanya bacot mulu."
"Dih ngegas!"
"Abis lo mancing gue duluan."
"Kata siapa gue mancing lo? Lo manusia bukan ikan, tolol."
"Lo---"
Arkan mencoba meredam emosi yang tertampung di dalam dirinya sambil menunjuk wajah songong Risko dengan ekspresi yang tidak lagi bersahabat. "Wah panas-panas! Air, mana air," lanjut cowok itu sambil mengibas tangan di depan wajahnya saking kesal melihat tindakan Risko.
Di samping mereka berada sambil berperang mulut, Reygan dan Galang hanya menggeleng kepala melihat tingkah keduanya. Selalu saja seperti itu jika mereka bertemu. Boleh dibilang jika tak ada perbacotan maka tak akan seru. Yah begitulah gambaran yang tepat untuk persahabatan Risko dan Arkan.
###
Peluh dan rasa lelah bercampur menjadi satu saat mereka terus berusaha memaksa kekuatan yang mereka punya. Terik sinar matahari dengan hawa yang sangat panas membuat mereka harus menguras energi lebih benyak lagi untuk menempuh tujuan. Sesekali ada yang bersandar pada sebatang pohon hanya sekadar untuk meregangkan otot-otot yang terasa pegal. Ada juga yang meneguk sebotol air sampai luwes tak tersisa hanya untuk menghilangkan rasa dahaga. Sungguh perjalanan itu menguras tenaga tapi menyenangkan.
"Masih mau lanjut atau istirahat dulu?" tanya Galang kepada pacarnya. Siapa lagi kalau bukan Alia. Ya kali pacar Galang si Arkan.
"Istirahat dulu yah. Gue capek banget."
Galang mengangguk diikuti dengan beberapa teman lain yang juga ikut beristirahat. Rasanya mereka ingin pingsan saat itu juga jika saja perbuatan itu diharuskan untuk mereka lakukan. Namun sayang, sikonnya belum pas untuk melakonkan drama itu.
Helaan napas berat mulai terdengar dari mulut mereka. Beberapa di antaranya merentangkan tubuh di atas tanah saking tak kuatnya. Persetan akan warna benda itu yang akan mengotori baju yang mereka kenakan, intinya mereka bisa beristirat sejenak.
"Eh Btw, Reygan sama Rayina mana?" tanya Dinda.
"Iya, dari tadi nggak nongol-nongol," sambung Tiara.
"Tuh!" celetuk Galang mengarahkan dagunya menunjuk ke arah tanjakan panjang di depan mereka. Seketika semua pasang mata bergerak mengikuti arahan cowok itu. Disana, Reygan dan Rayina terlihat saling kejar mengejar seakan terik matahari tak menjadi beban bagi keduanya. Gelak tawa dari cewek itu membuat Reygan tak bosan memandangnya dengan lekat.
"Woy bos, lo curang ah! Kenapa tinggalin kita sih?" teriak Oskar.
"Cih, lemah lo pada! Masih mendingan cewek gue," balas Reygan diakhiri senyum miringnya.
"Laki-laki kalau udah bucin kayak gini yah? Tanjakan sekalipun tak menjadi penghalang untuk bermesraan," gumam Bima. Detik selanjutnya kedua kaki cowok itu perlahan terayun kembali saat Galang memerintah melanjutkan perjalanan.
###
Hamparan hutan lembah yang luas seakan memanjakan mata saat mereka telah mencapai titik puncak gunung itu. Sungguh usaha yang tak sia-sia. Sambil merentangkan tangan, mereka berteriak untuk melepas lelah kemudian merekah senyum menikmati semuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan & Rayina (END)
Novela JuvenilMengisahkan tentang pertemuan dua insan karena suatu insiden yang tak terduga, yang mana insiden itu membuat mereka saling terikat satu sama lain tanpa disadari. "Lo gila hah!" "Maaf..." "Akal sehat lo mana, Rey?" "Gue takut!" Deg... Rayina mendeka...