36.

278 14 6
                                        

"Ray, woy Nyet, nyahut dikit kenapa sih?" teriak Dinda.

"Kenapa lo?"

"Yaelah. Lo sih dipanggil nggak nyahut."

"Iya, gue minta maaf. Kenapa lo teriak-teriak manggil gue?"

"Itu, si Galang nyuruh lo ke parkiran."

Rayina diam. Sejenak ia memikirkan apa yang akan Galang sampaikan. "Terus gimana sama Alia? Gue takut dia bakal salah paham."

"Justru Alia yang maksa gue buat samperin lo. Tuh anak dikelas dan kayaknya lagi bahas cogas gitu sama Tiara," jelas Dinda.

"Ohh gitu. Yaudah kalau gitu gue ke perkiran dulu."

Rayina sedikit mempercepat langkahnya menuju parkiran. Feelingnya mengatakan ada hal penting yang akan Galang sampaikan.

"Galang," panggil cewek itu dan Galang menoleh ke arahnya. Air muka cowok itu terlihat serem ditatap. Untuk kali pertama Rayina mendapati tatapan itu. "Ada apa?" lanjutnya.

"Reygan."

Rayina bingung. "Rey? Kenapa lo sebut nama Reygan? Dia kenapa?"

"Pulang sekolah lo harus barengan sama Alia, Tiara dan Dinda. Gue nggak mau tau lo berempat harus berengan terus hari ini."

Rayina semakin bingung. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? "Gue nggak ngerti maksud lo, Lang. Emang ada apa?"

"Ingat pesan gue. Gue cabut."

Dengan teganya Galang mengabaikan pertanyaan Rayina dan lebih memilih pergi dari tempat itu.

"Sebenarnya ada apa sih?" geruntu Rayina.

###

Di lain tempat tepatnya di bacecamp, Reygan terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Nyet, lo kenapa elah? Dari tadi bengong mulu. Nanti kesambet baru tau rasa lo," ujar Arkan membuyarkan lamunan Reygan.

"Nggak papa."

"Rey,Rey. Lo lupa kita udah sahabatan udah lama banget. Gue tau apa yang ada dipikiran lo. Sekarang cerita ke gue sebenarnya ada apa?"

"Alfa ngancam gue. Dia bakal gangguin Rayina."

"Apa? Gila tuh orang. Cih! Banci tau nggak. Pakai bawah nama cewek segala," sahut Risko.

"Gue tau. Tapi gue nggak mau cewek gue ikut keseret dalam masalah gue."

"Terus gimana solusi lo?"

"Gue udah minta bantuan Galang buat kerahin anak-anak ngawasin Rayina."

"Kenapa lo nggak kasih tau kita dari kemarin?" tanya Arkan.

"Karena lo berdua nggak punya otak. Yang ada masalah gue tambah besar kalau lo berdua ikut-ikutan," jawab Reygan enteng. Mata Risko membola mendengar kata-kata pedis itu.

"Bangke lo! Gini-gini kita yang selalu ada buat lo," ucapnya dramatis.

"Nggak usah baper. Gue cuman becanda."

"Terus gimana kedepannya? Kasian cewek lo kalau digangguin sama si Bangsat itu," tanya Arkan.

"Gue butuh bantuan lo semua."

Arkan dan Risko tersenyum. "Kita bakal selalu ada kapanpun saat lo butuh."

Reygan tersenyum tipis. Tak lama setelahnya Galang datang menghampiri mereka. "Gue udah tugasin anak-anak buat awasin Rayina."

"Thanks, Lang," tutur Reygan. Setelahnya terjadi keheningan. Mereka sibuk bergelut dengan pikiran mereka masing-masing.

###

Seorang gadis terlihat sedang berbincang serius dengan cowok didepannya.

"Jadi gimana rencana lo?" tanya gadis itu.

"Gue mau Reygan mati secepatnya."

"Tapi gue nggak mau itu terjadi. Gue suka sama Reygan. Gue nggak mau lo nyakitin orang yang gue sayang."

"Kenapa? Terus rencana lo apa Tania?"

"Gue yakin Reygan sayang banget sama Rayina. Melihat dia terluka gue rasa cukup buat nyiksa Reygan."

"Jadi?"

"Kita jadiin Rayina umpan, Alfa. Selain cewek murahan itu menderita, lo juga bakal ngelihat Reygan tersiksa. Disini kita sama-sama untung. Gue bakal musnahin dia di tangan gue dan lo bakal liat kehancuran Reygan," ucap Tania tersenyum devil.

"Lo jenius juga. So, apa perlu kita mulai dari sekarang?"

"Tentu saja," jawab Tania sambil tertawa. Kilatan matanya menggambarkan api pendendam dan wajahnya mencerminkan murka yang luar biasa.

"Permainan kita bakal dimulai, Ray," desisnya.

###

Alia terlihat menghampiri Rayina yang masih diam memikirkan ucapan Galang. Alia tau sahabatnya sedang membutuhkan penyemangat.

"Ray, lo kenapa?"

"Nggak papa, Al."

"Nggak usah bohong. Galang bilang apa ke lo?" Rayina diam.

"Ray," panggil Alia lagi.

"Dia bilang gue harus hati-hati, Al. Sekarang gue jadi incaran musuh-musuh Arion."

Alia menghela napas berat. Dulu, dirinya pernah berada di posisi Rayina. Saat itu Alia sangat takut bahkan untuk memijak kaki keluar rumah saja rasanya seperti diapit pedang tajam.

"Galang juga ingatin gue buat jagain lo. Lo tenang aja, sekarang ada Dinda, Tiara dan gue yang bakal lindungin lo."

"Makasih, Al. Gue nggak tau harus kayak gimana tanpa kalian semua."

Ting!

Satu notif masuk pada ponsel Rayina.

081263****
Kita bakal mulai permainannya bitch. Lo bakal liat orang-orang yang lo sayang menderita. Dan gue pastiin lo bakal habis di tangan gue.

Mata Rayina memerah. Tangannya mengepal kuat. Emosinya meluap. Ia yakin pesan itu berasal dari orang yang sama.

"Kenapa?" tanya Alia.

Rayina tersentak. "Ehhh iya gue nggak papa, Al." jawab Rayina. Tangannya masih setia meremas ponsel yang digenggamnya.

"Kalau gitu pulang yuk. Parkiran kayaknya udah mulai longgar," ajak Alia.

Rayina mengangguk lalu manyampirkan tasnya ke bahu kiri. "Al, gue nebeng sama lo yah. Tadi gue nggak bawah kendaraan. Biasa, tadi gue nebeng sama si Es," tutur Rayina.

"Yaudah buruan!"

"Lo dimana, Rey. Semoga lo baik-baik aja."

###

Sekian dulu.

Next part?
Tinggalkan jejak!

18/03/2021
Saputry_110804

Reygan & Rayina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang