[ Renaître Series #3 ]
Siapa yang tidak mengenal sosok Giselle?
tokoh seorang gadis dalam drama theater ballet 'Giselle'. seorang gadis desa naif yang menjalin hubungan cinta dengan seorang bangsawan. kisah cinta bak cerita negeri dongeng, semuanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Edwin?
*
Sunyi.
Dari kedua orang itu, tidak ada yang berani membuka mulutnya. Baik Giselle maupun Xander sama-sama diam. Tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan, Giselle yang duduk pada pelana kuda seorang diri sesekali menutup wajah dengan kedua tangan dan menghela nafas berkali-kali tanpa henti.
Sedangkan Xander yang memandu kuda dengan menarik nya pada jalan utama hutan tidak melakukan apapun selain memasang tampang datarnya seolah tidak ada sesuatu yang terjadi diantara mereka.
Suasana begitu hening sehingga kedua indra pendengaran Giselle mampu menangkap bisikan-bisikan halus jangkrik dan belalang hutan yang sibuk menggosipkan hal-hal baru.
Atau mungkin menggosipkan mereka?
'ah, aku benci keheningan ini.'
Matanya menilik kepada Xander yang terlihat bergumam dengan nada aneh yang tidak ia mengerti, seolah dia tengah berbicara dengan seseorang yang berjalan mengikuti langkahnya. Membuat Giselle penasaran.
'apa yang pangeran kedua kita ini lakukan?'
"Hei, kau berbicara dengan siapa?"
Xander terlihat kaku secara tiba-tiba, lelaki itu berbalik setelahnya dan mengangkat alis.
"Siapa? Aku?"
"Siapa lagi manusia selain kita berdua ditempat ini?"
"Ada kuda."
Giselle memasang tampang masam ketika mendapat jawaban demikian. Xander terkekeh dan kembali menarik kuda. Membiarkan Giselle dengan tangan terlipat didepan dada, menaruh kesal padanya.
Tapi ada satu yang mengganggunya.
"Apa kau tidak marah padaku?"
Xander berbalik, membuat jalan kuda berhenti karena pegangan kendali berada ditangannya, Giselle menoleh dan memandang nya bingung.
"Marah? Aku?"
"Ya. Marah. Apa kau tidak marah padaku?"
Giselle menarik sudut alisnya, sedetik kemudian perempat siku terbentuk di keningnya. "Kenapa aku harus marah padamu?"
"Aku hampir membunuhmu." Xander membuang muka. "Amarahku hampir membuatku membunuhmu."
