[2nd] Chapter 51

816 217 31
                                    

'All about Us'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'All about Us'

*

"Aku ... lelah."

"Tentang apa?"

"Tentang semua hal. Semua yang telah mengikutiku. Hal-hal yang mengiringi setiap langkahku ... Untuk Semua hal yang tidak ingin aku hadapi tanpa keinginanku, aku lelah menghadapinya."

"Lantas kenapa kau masih bertahan?"

Suara yang hangat seolah memeluknya dalam kegelapan. Kelopak matanya yang tertutup tanpa ia sadari meneteskan air mata.

"Aku ... Hanya bertahan, karena aku tahu aku harus bertahan."

"Tidak ada alasan lain?"

"... Aku tidak tahu."

"Bagaimana dengan ini."

Ilusi yang membuat sakit. Mengingat pada masa lalu, ia perlahan mulai memandang siluet dari setiap bayangan yang menggambarkan keadaannya di masa lalu.

"Temukan alasan yang membuatmu bertahan."

Diantara banyaknya siluet-siluet hitam yang berdiri seolah-olah hidup itu, Xander menangkap sosok ibunya, satu-satunya orang yang pertama kali memeluknya, seorang wanita teguh yang akan mendoakan dirinya meski ditempat terjauh sekalipun. Meski tidak nyata, namun kehangatan yang ia rasakan di sudut terdalam hatinya benar-benar nyata adanya.

Seorang wanita yang akan memeluknya ketika ia berlari kearahnya.

Siluet wanita yang ia panggil ibu itu tiba-tiba berbalik kearahnya, menunjuk kearah lain, seolah ingin dirinya berbalik kearah lain. Seolah berkata, bahwa dirinya bukan satu-satunya alasan dia untuk bertahan. Telunjuk itu menunjuk ke arah yang berlawanan dari dirinya, Xander bertanya-tanya, apakah ibunya ingin menunjukkan sesuatu yang lain?

"Ikuti arahnya."

Suara asing itu kembali bergema digendang telinganya, ia berjalan melalui siluet lain yang mulai mengangkat jari dan menunjuk arah yang sama. Hingga dirinya sampai disebuah ruangan bernuansa gelap.

Samar-samar ia mengenali tempat itu di matanya.

Itu adalah kamar di menara, tempat ia menjalani hukuman pengasingannya.

Lalu ia melihat dirinya, Xander muda yang terlihat kesepian didalam menara itu. Persis seperti seekor burung yang sayapnya patah, tidak bisa terbang dengan bebas, tersiksa seorang diri, tanpa siapapun disamping.

'Kenapa aku ada disini?'

Saat itulah pintu menara diketuk, Xander muda terlihat berseri ketika menoleh dengan cepat kearah pintu. Senyum ceria terpampang diwajahnya yang lesu. Ia dengan cepat bangkit dari tepi jendela dan berlari kearah pintu, memutar kunci dan membukanya.

I'm Giselle but I'm not Giselle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang