'Sisi barat'
*
"Jadi...." Aku menjeda, menoleh kebelakang. lebih tepatnya kearah Xander yang duduk dibelakang ku, memegang erat tali kekang kuda dikedua genggaman nya. "Ini hutan sihir. Waktu disini berbeda dengan waktu diluar hutan?"
"Hmm." Di menyahut. "24 jam disini, itu berarti kau sudah melewati kisaran waktu sekitar dua hari diluar hutan."
"Wow." Aku tertawa hambar, merana pada nasib yang kini menghantam diriku. Tahu begini akan lebih baik aku mendiamkan Edwin tanpa banyak bicara dan tetap duduk dengan tenang didalam gerbong kereta. Bukannya malah turun dari kereta dan dengan lucunya bersikap seperti anak kecil yang tengah marah pada ibunya. Aku terlalu ceroboh.
Bahkan kedua tangan ku pun tidak dapat aku jaga dengan benar, lihat kain yang mengikatnya.
"Tenang saja, setelah kita menemukan menara hitam tempat aku ditahan dulu, kita akan mudah menemukan jalan keluar."
Apa dia memerhatikan suasana hatiku? Bagaimana dia bisa tahu aku mengkhawatirkan hal ini?
Tapi mendengar dia mengatakan kata 'menemukan' entah kenapa aku merasa ... Dia ... Hmm. Menyembunyikan fakta akan sesuatu.
"Memangnya ... Apa menara hitam itu jauh?"
"Lebih tepatnya hampir di ujung kota mati itu sendiri."
"Kau .... Tahu jalannya kan?"
"Jika tidak keluar dari jalur, maka jawabannya adalah iya. Jika kita sudah tersesat seperti ini maka jawabannya jelas tidak."
"...." Sudahlah, aku tidak akan menanyakan hal yang jawabannya sudah pasti berkaitan dengan aku yang akan kecewa setelahnya. Jadi biarkan aku menikmati pemandangan alami hutan ini dengan bersandar pada dada bidang Xander.
Uhuk, tunggu, apa?
Aku?
Bersandar?
Pada dada bidang Xander?
"Gila." Aku segera menegakkan punggung dan menahan diri dengan memegang pelana yang aku duduki. Menegang. Sudah pasti. astaga aku hampir melakukan hal yang merujuk pada pelecehan terhadap seorang pangeran! Tamatlah sudah.
Jadi mari kita bersikap tenang, seolah tidak terjadi apapun.
"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"
"EMAK AYAM, HEH!" Aku mendongak keatas. "Bisa tidak kau tidak mengagetkan ku dengan bicara secara tiba-tiba seperti itu?"
"Oh, maaf. Aku pikir kau terganggu dengan sesuatu."
Ya! "Tidak." Aku terganggu dengan keberadaan dirimu! "Tidak ada yang berani menganggu ku, bahkan nyamuk pun mungkin akan menjauhiku karena aku belum menyentuh air sama sekali untuk mandi."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Giselle but I'm not Giselle
Fantasía[ Renaître Series #3 ] Siapa yang tidak mengenal sosok Giselle? tokoh seorang gadis dalam drama theater ballet 'Giselle'. seorang gadis desa naif yang menjalin hubungan cinta dengan seorang bangsawan. kisah cinta bak cerita negeri dongeng, semuanya...