"... Masa depan."
Xander bergumam. "Jika kau melihat masa depan. Lantas masa depan seperti apa yang kau lihat."
Giselle tidak menjawab langsung, gadis itu mengangkat bahu. "eey, mana mungkin aku mengucapkannya padamu." Ia terkekeh kecil.
"Nanti bukan kejutan lagi namanya, hidup itu hadiah. Dan apa yang menanti didepan mata adalah kejutan. Dan kejutan tetap harus menjadi kejutan tanpa mendapat bocoran."
Xander tidak menjawab apapun. Giselle jelas menyembunyikan sesuatu. Entahlah, lebih baik jangan dibahas karena ucapan gadis itu ada benarnya.
'hidup itu kejutan.'
'dan bertemu denganmu juga adalah kejutan dalam hidupku.'
Xander tidak bertanya lagi, ia berjalan ke salah satu pohon yang dikelilingi oleh semak-semak belukar. Kemudian dengan pedang lelaki itu menyingkirkan semak-semak itu dan ... Giselle membelalakkan matanya.
Sementara Xander memandang mereka datar.
"Apa menurutmu mereka juga kejutan yang diberikan oleh hidup?"
"K..kok bisa? nona Bathilde? Loys?!"
Ya, dua manusia pemilik nama tersebut kini sama terkejutnya dengan Giselle.
"Kenapa kalian disini?"
"Harusnya kami yang bertanya kenapa nona disini?" Bathilde yang kembali mengatur dirinya memandang keduanya bergantian. "Terlebih lagi dengan ... Pangeran Xander?"
"PURNAMAKU!!!"
Giselle melotot galak. "Eeekh! Apa yang kau lakukan?!" Mengambil batu terdekat dengan tangannya, mengambil kuda-kuda seolah-olah ia benar-benar akan melemparkannya ke arah Loys. "Mendekat satu langkah ku pastikan nyawamu melayang dengan batu ini!"
"Heee, kenapa purnamaku begitu pemarah seperti ini?"
"KARENA KAU AKU TERJEBAK DISINI." Giselle memandangnya geram. Tentu saja hal terakhir yang ia lihat sebelum berada ditempat ini adalah Loys dalam pengaruh Willis dan Wilis yang menahannya ditempat ini. "Andai saja sedari awal kau tidak terlibat dengan makhluk-makhluk itu, semua ini tidak akan terjadi! Loys Albrect!"
"I.. itu—"
Loys mengurungkan niatnya untuk mendekat dengan Giselle, sementara bathilde yang tidak tahu menahu tentang apapun menatap keduanya secara bergantian. Xander yang tahu akan hal itu hanya diam tak berkutik membiarkan Giselle mengeluarkan kekesalannya tanpa berniat menghentikan niat gadis itu.
"Kau, Pria brengsek menyebalkan yang tidak tahu terimakasih." Giselle mengatupkan giginya ketika melihat keberadaan bathilde dibelakang pria itu. "Bisa-bisanya kau ingin menggunakan bathilde dalam rencana busukmu itu. Lihat apa yang terjadi sekarang, tidak hanya kau dan aku, Pangeran kedua bahkan nona keluarga Viridian terjebak ditempat ini, mungkin dalam beberapa jam lagi bangsawan lain akan menyusul datang kesini."
"...."
Bathilde memandang Giselle tak percaya, apa ia benar-benar mengatakan bahwa Loys ingin menjadikannya bagian dari 'rencana' yang bahkan ia sendiri tidak tahu.
"Berhenti bersikap menyebalkan jika kau benar-benar ingin keluar ditempat ini."
Giselle berbalik, mengabaikan wajah terdistorsi bathilde yang meminta penjelasan tentang apa yang ia katakan. Xander memasukkan kembali pedangnya dan tersenyum kecil kearah keduanya. "Jangan bertanya bagaimana aku bisa ada disini." Ucapnya dan berbalik.
"Tolong ampuni aku!"
Loys berlutut didepan keduanya, atau lebih tepatnya kearah Giselle yang berada lima hingga tujuh langkah kaki dari mereka bertiga saat ini. Giselle mendesah pelan, tidak berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Giselle but I'm not Giselle
Fantasy[ Renaître Series #3 ] Siapa yang tidak mengenal sosok Giselle? tokoh seorang gadis dalam drama theater ballet 'Giselle'. seorang gadis desa naif yang menjalin hubungan cinta dengan seorang bangsawan. kisah cinta bak cerita negeri dongeng, semuanya...