Chapter 3

7.1K 1K 184
                                    

Chapter 3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 3

'Loys, itik menyebalkan'

*

Konon (bukan konon sih sebenarnya) ada kalanya kita merasa sangat tersanjung sebagai seorang wanita ketika mendengar seorang pria yang kita sukai mengatakan bahwa dia merindukan hari-hari bersama dengan kita. Mereka akan memuji kita habis-habisan hanya untuk menarik perhatian kita sebagai seorang wanita.

Heh...

Tapi untuk yang satu ini, maaf, aku merasa mual sampai rasanya aku benar-benar ingin muntah.

"Daku mendengar dikau telah sehat wahai Giselle kekasih hati ku, daku sangat merindukan dikau sampai-sampai daku tidak bisa tidak merasa bahagia dan segera datang kesini."

Aku menyilang kan tangan didepan dada, bersikap arogan, menatap pakaian super duper Mahal miliknya itu. "hoam...ah, yayaya, kau datang dan kau bahagia itu terserah mu. Aku tidak tertarik kau datang menjenguk ku atau tidak."

"Oh~ Giselle ku~, kenapa dikau tetap indah mempesona meski sedang marah?"

Aku yang berbalik hendak pergi tiba-tiba ditarik olehnya dan jatuh dalam dekapannya.

Sungguh...

Aku...

Merasa...

"Giselle ku dikau tidak akan pernah tahu betapa daku sangat merindukan dikau wahai purnama malam ku."

BAJINGAN SIALAN INI, AKU BERSUMPAH AKU AKAN MEMOTONG BBIBIB NYA JIKA DIA TIDAK MELEPASKAN AKU SAAT INI JUGA!

"Dikau tidak merindukan daku?"

Loys memelukku erat seolah aku adalah boneka kain yang mudah dibawa kemana-mana, tapi dengan sekuat tenaga aku segera mendorongnya dan menjungkirbalikkan tubuh menggelikannya itu kedepan.

Tentu saja tubuh Giselle yang lemah ini tidak akan kuat, heh, sabuk hitam pencak silat sudah mengakar dalam jiwa ku meski tubuhku sudah berganti, ibarat psyche dan medeia yang bertukar tubuh tapi tetap memiliki kemampuan hebat masing-masing, tentu saja aku dapat menjungkirbalikkan tubuh nya itu yang seketika itu juga ambruk ditanah.

"Gila..."

Aku bergumam pelan, menyapu keringat yang membasahi pipi ku sendiri, semua penduduk desa menatapku seolah-olah aku adalah Monster yang lebih mengerikan daripada Wilis.

Loys yang terjatuh, menggerang kesakitan. Mengelus bokongnya yang tentu saja menghantam tanah dengan keras, aku menyapu kedua tanganku keras, mengabaikan tatapan mata para penduduk desa saat ini.

"Ini sakit, wahai purnama ku..."

"Maaf tapi, tidakkah kau merasa malu pada dirimu sendiri karena mengabaikan tunangan terkasih mu?"

I'm Giselle but I'm not Giselle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang