[2nd] Chapter 44

1.4K 315 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


'perjamuan 1'

*

Seorang pria, dengan rambut hijau tosca yang tertata rapi, dan tubuh tegap bak seorang atlet renang profesional. Edwin dalam balutan pakaian resminya nampak bersinar dibanding biasanya, membuat Giselle mau tak mau menutup matanya karena silau gemerlap yang dipancarkan oleh sosok Grand Duke itu.

"Salam tuan besar."

"Kau bisa pergi sekarang, Hubert."

Hubert yang membungkukkan badannya segera menganggukkan kepala, memberi senyum (yang memiliki arti "selamat bersenang-senang nona~") pada Giselle dan perlahan berjalan mundur. Bahkan Giselle dapat merasakan bagaimana beberapa pelayan lainnya mengintip mereka dari kejauhan.

Sekali lagi Giselle menarik nafas.

'kenapa mereka bisa ribut seperti ini?'

"Wah, Edwin, kau membuatku silau."

Mendengarnya, Edwin terkekeh geli dan menarik cravat yang ada dileher pakaiannya, "Yayaya, aku tahu. Aku memang tampan. Aku akui itu."

"Itu sebabnya kau selalu dikejar-kejar, Edwin-ku sayang~"

Giselle sendiri merasa ingin muntah ketika menyebut hal menggelikan seperti itu. 'aku terpaksa karena kau memintaku untuk benar-benar berakting disaat seperti ini. Beruntung suaraku bisa kembali berkat ramuan aneh yang diberikan Xander.' Giselle merapikan gaunnya dan menatap Edwin.

"Gaun pemberian mu ini terlalu berlebih untukku."

"Tapi itu sesuai dengan perkiraan ku, itu bagus untukmu." Edwin tersenyum senang, "kau terlihat sangat cantik dengan gaun itu Giselle."

Psss.

Giselle mengerjapkan matanya berkali-kali pada kedua pipinya yang entah bagaimana terasa panas, itu terlihat aneh, Edwin yang tersenyum seperti itu terlihat aneh. Padahal ini bukan pertama baginya ketika Edwin memujinya seperti ini. Edwin yang menyadari rona kemerahan terbentuk dipipi nya segera tertawa terbahak-bahak, membuat Giselle berdecak kesal.

"Berhenti! berhenti tertawa seperti itu. Kau...ah tidak, kita bisa terlambat!"

"Kenapa? Ini masih jam tujuh. Acaranya dimulai jam delapan." Edwin memandang pada jam dinding yang keberadaannya tidak jauh dari mereka. "Santai saja, lagipula Orion tidak menyuruh kita untuk datang cepat-cepat bukan."

Giselle memukul lengannya dengan keras. "AH, LUPAKAN! POKOKNYA KITA AKAN TERLAMBAT!!!"

Edwin yang mendapat pukulan keras dilengannya hanya bisa meringis pada kekuatan tersembunyi dalam diri gadis yang terhitung tiga tahun lebih muda darinya itu.

***

Alunan musik terdengar disetiap sudut Aula pesta dansa, tidak dapat dipungkiri, pesta ini begitu megah untuk ukuran perayaan hari jadi suatu negara. Dan disinilah aku, berdiri dipojokan paling pojok aula pesta dansa, yakni teras.

I'm Giselle but I'm not Giselle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang