"bagaimana pestanya?"
Pikiran Edwin masih belum tenang, padahal jelas Giselle ada didepan matanya saat ini, duduk dihadapan nya dengan gaun biru yang mempesona. Persis seperti beberapa jam sebelum mereka berangkat ke pesta, tidak ada yang perlu ia khawatirkan lagi, tetapi entah kenapa ia masih memikirkan hal itu.
Giselle menoleh dari jendela kepadanya, kemudian ia tersenyum sekedar untuk membalas basa-basi tak bermakna darinya.
"menyenangkan, terimakasih telah mengajakku kesana."
"...Senang kau menyukainya."
Edwin tersenyum tipis memandang lengkungan halus dari kedua mata denganan netra kebiruan itu, layaknya permata safir, entah bagaimana bisa berthe melahirkan seorang putri secantik dirinya.
Aku tidak tahu harus merasa beruntung atau tidak dengan keadaan kita, semua ini karena kontrak.
Terjalin dalam hubungan tidak nyata, Edwin tidak tahu harus berkata apa jika menyangkut tentang kontrak. Toh, semua ini hanya berdasar demi kepentingan masing-masing, Edwin demi image-nya dikalangan para bangsawan, dan Giselle demi menghindar dari mantan kekasihnya.
"Giselle."
"Hmm?"
"Apa Duke Albrect masih mengganggumu?"
Bukankah ini akan berakhir ketika semua sudah selesai?
Giselle mengangkat alis kirinya, seolah memiringkan kepalanya. Mencoba menebak apa yang tengah dibicarakan, dia mungkin meniru Giselle yang palsu saat ini, tetapi pikirannya dan segala hal yang memang tidak bisa ia tiru tetap tidak akan sama.
Bagaimanapun juga, Edwin adalah Pria yang sudah lama berdiri disisi Gadis yang tengah ia sembunyikan saat ini. Dia pasti mengetahui apa-apa yang janggal darinya.
Jangan sampai berakhir seperti dengan pangeran kedua itu.
"Loys? Kenapa Edwin menanyakannya?"
"Bukankah kau tadi bersama dengannya?"
"Ah, itu..." Giselle mengingat bagaimana para Willis menyeretnya dengan kekuatan magis hanya untuk dilahap dalam pintalan benang Ragno, monster laba-laba. "Dia hanya menyusahkan ku, jadi mereka... Tidak! Maksudku, aku meninggalkannya tanpa menghiraukan nya. Meski aku sedikit merasa bersalah ..."
Merasa bersalah. Edwin memandangnya. "Begitu. Tapi, dia tidak mengganggumu kan?"
Giselle yang merasa risih menggeleng.
"Tidak."
"syukurlah, aku sempat khawatir mengingat kau seringkali mendapat gangguan darinya."
Kenapa kau bersikap seolah-olah Loys adalah pengganggu dikehidupan ku? Apa yang parasit ini lakukan pada hidupku setelah aku mati?
Giselle menghela nafas jengkel ketika Edwin mengatakan hal-hal seperti itu.
"Ngomong-ngomong berhentilah untuk terus bertanya seolah-olah kau harus mengetahui setiap hal yang aku lakukan setiap saat."
Edwin terdiam, Giselle yang seringkali merasa kesal dengannya memang terkadang suka bersikap semaunya. Tapi, untuk saat ini, entah bagaimana Edwin merasa asing. Benar-benar asing.
Seolah-olah yang dihadapannya ini bukanlah Giselle yang ia kenal.
Akhirnya, perjalanan malam itu ditutup dengan keheningan yang menyelimuti keduanya.
***
"Kenapa dia lama sekali datangnya?"
Eleonora mengangkat bahu, "entahlah, lagipula disini tidak makan pun tidak akan membuatmu lapar atau mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Giselle but I'm not Giselle
Fantasy[ Renaître Series #3 ] Siapa yang tidak mengenal sosok Giselle? tokoh seorang gadis dalam drama theater ballet 'Giselle'. seorang gadis desa naif yang menjalin hubungan cinta dengan seorang bangsawan. kisah cinta bak cerita negeri dongeng, semuanya...