[2nd] Chapter 36

1.8K 370 20
                                    

'Putri tidur pemarah'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Putri tidur pemarah'

*

Notes: Monggo, yang sudah menentukan kapal, jangan oleng ya (´⊙ω⊙')! Catat di kamus kalian okee?!

===

"Edwin."

"Tidakkah kau bahagia? Diberi kesempatan baik untuk bertemu dengan nya?"

"Apakah kau ingin dia kembali?"

"Jika kau ingin, maka ada satu cara."

Edwin membasuh wajahnya. Membiarkan sentuhan dingin air ikut mendinginkan kepalanya yang terasa berputar-putar. Rasanya benar-benar kacau, Edwin merasa kacau.

Seolah-olah dirinya tengah berada didalam jurang kegelapan.

Dilema menghantam dirinya.

'ada apa denganku?'

Suara terkutuk itu tak berhenti sampai disana, pertemuan mengerikan dihutan itu benar-benar merubah cara pandang Edwin. Senyum menyeringai yang mengerikan itu tidak bisa ia hapus dengan mudah dari dirinya.

Orang itu. Dalam gelap gulitanya hutan.

Edwin hanya melihat postur tubuh dan seringai tipisnya. Dibelakang nya,  tentu saja ada sosok Wilis yang ikut menyeringai lebar kearahnya.

Dan salah satunya adalah saudari perempuan yang telah lama terkubur dalam ingatan yang sengaja ia lupakan.

'kenapa aku merasa seperti ini?'

Pria itu menghela nafas panjang dan menyisir rambutnya keatas menggunakan tangannya, pantulan dirinya dicermin terpampang didepan mata. Wajah tampan rupawan, persis seperti sosok mendiang ayah yang tidak pernah ia lihat.

Dan .... hmm, Ekhm, ugh. Tubuh atletis yang sempurna.

Edwin mengakui hal itu, alasan kenapa beberapa wanita seperti Liliana Ansley tergila-gila padanya dan berusaha mati-matian untuk menjalin hubungan dengannya melalui ayahnya sang Marquis. Oh, betapa mengerikannya penguntit seperti dia.

Hanya karena wajah dan Kedudukan tinggi yang ia miliki.

Gelar Grand Duke ada pada dirinya, bahkan beberapa teritori dikekaisaran juga ada dalam genggaman nya. Edwin mendesah pelan. Ada sisi buruk juga dari semua yang Edwin miliki ini, banyak yang ingin menjerat dan memanfaatkan dirinya. Selain itu, tumpukan kertas menumpuk ini. Menyebalkan.

Edwin meraih kemeja putih yang ada diatas ranjang kamarnya. Memakainya tanpa luaran dan langsung bergegas turun ke lantai dua, dimana kamar gadis itu berada. Beberapa pelayan yang ia lalui menundukkan kepalanya, tersipu pada Edwin yang mereka pikir ingin menemui sang kekasih hati.

I'm Giselle but I'm not Giselle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang