Chapter 27

1.9K 408 35
                                    

'isyarat hutan'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'isyarat hutan'

*

Giselle memandangkan mata keluar dari mulut gua, api unggun yang dibuat Xander masih bertahan, walaupun sesekali angin dingin berhembus. Diluar hujan, entah pukul berapa sekarang ini. Dia tidak tahu, yang pasti ... Giselle tidak bisa menutup mata. Lantaran wujud dari sosok Wilis yang mengejarnya masih terbayang dalam benak. Bahkan gelak tawa mereka masih terdengar ditelinga nya, seolah bertahan, layaknya radio usang yang terus menerus terulang.

Jantungnya masih berdetak. tentu, Ia masih hidup. Berkat pria yang kini berdiri dipintu gua. Menatap rintik hujan yang menemani dinginnya malam. Untungnya yang jatuh mengguyur bumi bukanlah salju yang diperkirakan akan segera datang. Jika hujan itu menjelma menjadi salju maka tamat sudah.

'kapan pagi akan datang? Aku tidak bisa berbicara.'

Giselle sesekali membuka mulutnya, berusaha bersuara, tapi tidak ada satupun bahasa yang keluar. Bahkan untuk menyebut huruf 'A' saja dia tidak bisa. Suaranya benar-benar hilang. Layaknya orang yang bisu semenjak lahir.

'menyebalkan...'

Ia mendengus kecil. Berjalan kearah pintu gua, sambil sesekali menendang kerikil-kerikil kecil dengan kakinya.  didalam terlalu gelap—meski api unggun masih berpendar memberi cahaya. Xander menoleh sekilas kearahnya dan bergeser, memberi ruang untuk Giselle berdiri.

"...."

'ah, betapa sulitnya ini.'

"Tidak perlu berterimakasih."

Xander tidak menoleh, masih menatap hujan. Seakan tidak ada tanda-tanda akan berhenti dari kegiatannya—mengguyur bumi dengan tangisan langit.

Giselle menoleh sekilas, sosok seorang Xander yang menolongnya dari para Wilis juga terekam dalam benak, jelas berbeda dengan apa yang Orion gambarkan padanya.

Hanya saja dia .... Terlihat sarat akan segala misteri.

Sosok yang menurut orang-orang di istana; dingin, misterius, kejam, penyihir, seorang pengkhianat, orang yang pernah ingin membunuh putra mahkota karena dengki, pangeran kedua.

'itu bukan ... Pencitraan kan?'

Giselle menggelengkan kepalanya. Setiap orang punya sisi pandang yang berbeda terhadap seseorang. Mungkin saja ada sesuatu diantara mereka, tentu saja. Dia baru saja mendengar sebagian kisah dari sisi pandang Orion dan Edwin. Belum dari sang pelaku utama kematian saudara perempuan nya Edwin itu sendiri, Xander.

I'm Giselle but I'm not Giselle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang