'nyata atau tipuan?'
*
"Edwin?"
Aku membisu ditempat setelah menyebut namanya. Edwin didepanku, dengan tatapan khawatir yang terletak diantara mimik wajah menyebalkan nya yang rupawan itu. Aku menarik ingus yang sepertinya ikut keluar karena air mata.
Aku terlihat bodoh saat ini. Ugh.
"...."
Edwin memandangku seperti baru pertama kali bertemu, dia menatap ku dari atas hingga bawah. Membuat ku merasa risih. Tentu saja itu membuatku merasa tidak nyaman...
... hingga pikiran gila yang sangatlah tidak masuk akal—yang kemungkinan besar terjadi saat ini, terjadi didepanku, yang (dengan bodohnya meninggalkan Xander padahal tahu bahwa hutan ini jelas berbahaya—tipikal sudah diberitahu tapi tetap ngeyel berbekal nekat.) kini berdiri sendirian disini. Ralat, ada Edwin juga tapi—palsu atau nyata, entahlah.
Aku berjalan mundur secara teratur, dibenak ku muncul tiga opsi layaknya sedang masuk kedalam game otome percintaan atau apapun itu.
Bukan opsi berisikan pilihan kencan seperti penelope Ekcart atau yelidria dan para Harem nya.
Tetapi opsi bertahan hidup dari cengkeraman seorang yang identitas nya masih aku ragukan.
1) Waspada, adalah satu-satunya jurus pamungkas ku berjaga-jaga.
2) Dan kabur, adalah satu-satunya jurus menghindar ku darinya.
3) Dan menendang anunya (macam perkara Loys yang mencyduk ku dimakam kuno kemarin.) adalah satu-satunya senjata bertahan ku. Hoho.
Ya, mari pertahankan nomor dua dan tiga. Apalagi tiga, titik vital yang sangat berguna dalam hal 'kabur dan menyelamatkan diri' dari makhluk bernama lekaki.
Keduanya jelas sangat berguna untuk dilakukan oleh ku.
Sekarang hanya satu yang tersisa.
"Kau... Apa kau benar-benar Edwin?"
Pria didepanku, sama seperti Edwin. Mungkin benar-benar Edwin. Sebagian hatiku membenarkan fakta bahwa dia adalah Edwin. Dia bernafas, jelas manusia, dia hidup, jelas bukan mayat atau zombie seperti pada film ber-genre Thriller. Tapi akal sehatku secara otomatis menggabungkan fakta dan analisis situasi ku disaat bersamaan.
Mungkin saja dia Edwin .... Yang diberdaya oleh Wilis.
Hei, aku tidak salah untuk waspada kan?
"Apa kau benar-benar Edwin, Grand Duke Ivory?"
"Tentu saja aku Edwin."
Air mukanya nampak cemberut, dan disaat bersamaan seolah merasa dikhianati. Edwin memandangku dengan heran. "Kenapa kau bisa berpikir bahwa aku bukanlah aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Giselle but I'm not Giselle
Fantasy[ Renaître Series #3 ] Siapa yang tidak mengenal sosok Giselle? tokoh seorang gadis dalam drama theater ballet 'Giselle'. seorang gadis desa naif yang menjalin hubungan cinta dengan seorang bangsawan. kisah cinta bak cerita negeri dongeng, semuanya...