Aline tersenyum penuh haru ketika melihat putri nya itu mulai membuka mata nya dan mengerjap pelan, air mata nya seketika mengumpul, ia akhirnya bisa bernafas lega. Peter yang ada di sisi kanan Bell pun ikut tersenyum lantas mencium pipi saudari nya tersebut.
Aline menoleh ke arah wanita tua dengan baju merah putih khas nya berdiri sambil memegang mangkuk kecil yang terbuat dari batu. "Thank you."
Madam Pomfrey ikut tersenyum, "Sudah tugas ku, Nona." Setelah mengatakan hal itu, Madam Pomfrey melangkah pergi meninggalkan keluargga kecil itu berbahagia di sana.
"Mommy. . .,"
Aline langsung menoleh ke arah sang putri, "Yes, dear?"
"Aku merasa," Bell memejamkan mata nya sejenak, "Baik."
Aline tak bisa menahan diri nya untuk tersenyum lebar, "Kau merasa baik?"
Bell mengangguk sedikit lemah sebagai jawaban.
Aline menempelkan telapak tangan putri nya itu ke pipi nya sambil tersenyum, "Syukurlah."
Tiba-tiba, pria bertubuh tinggi dengan jubah hitam menyebalkan nya berjalan tergesa-gesa melewati beberapa ranjang yang ada di sana hingga akhirnya ia sampai di ranjang tempat Bell terbaring. Peter memundurkan tubuh nya agar tidak terdorong oleh tubuh Ayah nya dan jatuh. Severus memeluk kepala putri nya itu erat dan mencium pucuk kepala nya hangat, "Kau sadar, Bell. Syukur lah."
"Masih ingin mengganti Madam Pomfrey?" Sela Aline di tengah-tengah kebahagiaan Severus.
Severus menoleh ke arah istri nya sebentar, "Masih ku pertimbangkan."
Aline memutar bola mata nya malas sambil menghela nafas, lalu manik hijau nya terhenti di wajah tampan putra nya. Walau sekuat apapun pria itu mencoba menyembunyikan nya, nyata nya Aline adalah wanita yang melahirkan nya dan sudah cukup membuat nya paham bahwa pria itu ingin menangis.
Aline berdiri dari duduk nya, melewati ranjang Bell kemudian meraih tangan Peter sambil tersenyum hangat, C'mon, Mommy ingin bicara dengan mu."
Peter menurut, ia berjalan mengikuti ibu nya, ia menoleh ke belakang untuk melihat punggung Ayah nya yang sama sekali tidak berbalik untuk menatap nya. Peter menunduk sedih karena itu.
Aline membawa putra nya yang tampan dan tinggi itu ke salah satu lorong yang bisa melihat suasana Hogwart dari sana. Aline menoleh ke arah Peter dan memandangi wajah nya. Aline tidak menunduk untuk itu, karena Peter adalah pria tampan dan memiliki tinggi 165 cm untuk bocah berumur tiga belas tahun, Aline yakin, itu adalah gen yang di wariskan Ayah nya.
Aline menangkup wajah Peter dan tersenyum, "Kenapa kau bisa setampan ini, sayang?"
Peter yang mendengar nya tersipu malu, "Mom. . .,"
Aline terkekeh melihat nya, "Kau tampan, seperti Ayah mu."
Peter menatap manik hijau ibu nya dengan terkejut namun dengan cepat ia menyembunyikan wajah nya, "Seperti Daddy?"
Aline mengangguk, tetap mempertahankan senyum nya. "Kau adalah cerminan Ayah mu, kau tinggi, kau pintar, kau tampan dan," Aline diam sejenak, "Kind Slytherin."
Aline terkekeh kecil melihat wajah keheranan putra nya itu, "Mommy tidak pernah kecewa kau masuk ke asrama itu, malah Mommy bangga."
"Bangga?"
Aline tersenyum dan mendekatkan wajah nya, "Karena akhirnya, ada pria baik setelah Daddy yang masuk ke sana."
Peter mengulum bibir nya, mencoba menahan senyum nya namun gagal. Ia tersenyum senang mendengar ucapan ibu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul.
FanfictionPasangan jiwa mu tidak akan tertukar dengan jiwa manapun. Benarkah? Apa yang terjadi setelah berakhir nya takdir benang merah dan mereka kembali bersama hingga mempunyai keturunan. "Kau Ayah-" Wajah Peter terlihat sangat menyeramkan, "-Terburuk y...