#45

672 136 190
                                    

"Ku mohon, Miss."

Aline mencengkram tangan kursi hingga urat-urat nya muncul ke permukaan. Mata hijau nya menatap gadis di depan nya dengan dingin dan tak berperasaan. Bahkan, hembusan nafas nya saja terlihat sangat menyeramkan dan sebagai tanda bahwa lawan bicara nya sedang tidak di dalam zona aman.

"Aku tak perduli jika suami mu sakit atau apapun. Kau istri nya, kau lebih pandai untuk menenangkan nya." Aline akhirnya menjawab setelah diam dan menatap nya penuh intimidasi. "Atau kau hanya pandai merebut pasangan orang lain saja?"

Aline yakin dia mendengar nya namun memilih untuk tidak menanggapi nya, "Dia terus saja memanggil nama Bell dan Peter." ujar Nancy lagi, dengan nada penuh memohon.

"Itu beban yang harus di tanggung nya setelah melanggar janji yang di berikan nya pada ku."

Nancy memperhatikan wanita di depan nya menyeruput kopi yang pahit, ia berfikir itu tidak cocok dengan wajah nya yang manis dan lembut, mungkin Teh hijau lebih pantas untuk nya.

Aline meletakkan cangkir kopi itu ke atas meja, "Aku harus pergi. Silahkan urus suami mu dan katakan pada nya, aku tidak akan mengizinkan nya bertemu dengan Bell dan Peter."

Aline hendak berdiri dan pergi jika saja tangan putih susu itu tidak mencekal nya. Aline menaikkan satu alis nya lalu menoleh ke arah gadis itu, tetap saja manik biru nya menatap penuh mohon.

"Miss, ku mohon, biarkan suami ku bertemu dengan anak-anak ku."

D E G H.

Aline merasakan jantung nya melemah dan darah nya mendidih seketika ketika mendengar gadis ini menyatakan hal yang sangat tidak pantas.

"Tunggu, Nona Snape." Aline berdecih pelan, "Aku pikir telinga ku sedang sakit. Kau berbicara apa tadi?"

Nancy menelan ludah nya kasar, Aline di mode ini lebih menyeramkan daripada yang sebelum nya. Nancy bercicit, "Bi-biarkan suami ku bertemu dengan anak-anak ku ...,"

Aline tertawa hambar mendengar nya sedangkan Nancy mengigit bibir bawah nya ketakutan. "Anak-anak mu?"

Tawa Aline berhenti dan di gantikan tatapan menyeramkan dan wajah tidak senang nya, "Berani nya kau mengatakan mereka anak-anak mu dengan mulut kotor mu itu."

Nancy menelan ludah nya kasar, omongan Aline benar-benar menusuk hati nya dan hampir membuat nya menangis tapi ia tahan karena ia tak mau terlihat lemah di hadapan wanita yang menjadi cinta terbesar suami nya.

"Karena kau, Severus merusak mental anak-anak ku. Karena kau juga, Severus melanggar janji nya." Aline terlihat mengeraskan rahang nya, "Dan kau masih berani membuat ku marah?"

"Kau benar-benar gadis tidak tahu diri."

Aline menarik tengkuk gadis itu mendekat hingga ia bisa melihat bagaimana manik hijau itu memandang nya, "Aku membiarkan mu merebut suami ku dan rumah tangga ku, Nancy. Dan kau masih ingin merebut buah hati ku?" Aline tersenyum miring, Ia melihat iblis di balik wajah cantik Aline. "Kau akan mati sebelum berhasil melakukan nya."

Lagi-lagi Nancy menelan ludah nya kasar dan rasa nya tenggorokan nya akan sakit saking kasar nya ia menelan saliva tersebut.

Aline melepaskan tarikan nya lalu menarik nafas panjang, "Jangan berani hadir di depan ku lagi." Aline tersenyum manis, "Atau suami mu akan kehilangan kedua istri nya."

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*

Madam Pomfrey sedang berbenah kasur-kasur yang sedikit berantakan. Pertandingan Quidditch sedikit kacau dan menyebabkan banyak murid yang berdatangan kemari. Walaupun ia harus nya bekerja berdua, tapi tetap saja, dalam hal berbesih, Madam Pomfrey yang teratur melakukan nya sedangkan partner nya itu akan melakukan nya jika kementrian datang atau kepala sekolah.

Madam Pomfrey terlalu menikmati pekerjaan nya hingga tidak sadar, ia juga membersihkan ruangan partner nya itu.

Madam Pomfrey mengangkat bahu nya acuh, toh sudah terlanjur. Akhirnya ia melanjutkan kegiatan nya.

Hingga akhirnya,

Ia tak sengaja mendapatkan botol yang isi nya tinggal setengah.

Madam Pomfrey menyipitkan mata nya lalu menarik nafas panjang. Ia mengambil botol lain dan menggantikan posisi botol itu lalu menyimpan nya di balik kantung baju perawat nya.

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.

"Heyyo!"

Rombongan Malfoy, Weasley dan Potter menyerbu masuk ke dalam rumah sambil membawa banyak mainan dan bingkisan. Semua berebut memeluk Aline lalu beralih pada Bell dan Peter. Mereka menunjukkan barang bawaan mereka lalu Peter mengajak nya untuk bermain di halaman belakang.

Aline merasakan hati nya menghangat saat kembali melihat senyum di wajah kedua anak nya. William benar, jika dia egois, dia tidak ada beda nya dengan pria itu.

Aline merasakan seseorang memeluk nya, ia berbalik lalu menemukan Hermione yang hampir menangis di pelukan nya.

"Kenapa kau tidak datang ke rumah ku dan menceritakan semua nya?!" kesal Hermione.

Aline terkekeh pelan, "Maaf, aku hanya tidak ingin memberatkan mu."

"Memberatkan apa nya Aline?" timpal Ron.

Draco memutar bola mata nya malas, "Sebenarnya aku malas ikut dalam acara kebaktian orang tua ini. Tapi ...," ia tersenyum. "Kita bukan anak-anak lagi, bukan?" Draco menatap Aline. "Dan aku tahu bagaimana rasa nya harus terlihat kuat di depan anak-anak saat kita kehilangan orang yang kita cintai."

Aline diam sejenak lalu tersenyum manis, "Sangat puitis, eh?"

Draco dan semua nya terkekeh pelan, "Come here, Yatim." Draco merentangkan tangan nya dan memeluk Aline dengan hangat.

"Bukankah candaan itu masih sangat menyinggung, Malfoy?" Protes Harry.

"Hanya untuk mu." balas Draco acuh tak acuh.

Semua nya kembali terkekeh lalu perlahan, ikut memeluk Aline, seakan ingin menarik kesedihan wanita itu dan membantu nya memperbaiki bagian diri nya yang rapuh.

Aline tersenyum haru, "Thanks, guys."

"Aku masih ingin Peter bersama Rose." Ujar Ron tiba-tiba.

"HEY!" Teriak Harry. "Buka mata mu dan lihat Peter sangat dekat dengan Lily."

"Mereka hanya sahabat." balas Ron kesal.

"Sahabat bisa berubah jadi pasangan, Ron." balas Ginny sambil terkekeh membuat Kakak nya semakin jengkel.

"Seriously?" Draco menaikkan satu alis nya. "Scorpius menyukai anak mu, Weasley."

"APA?!" Kaget Ron dan Hermione bersamaan.

Harry tertawa penuh kemenangan, "Yeah, mereka cocok!"

"TIDAK-TIDAK!" Ron protes. "Aku tidak mau berbesan dengan mu!"

"Apalagi aku!" balas Draco tak mau kalah dan terjadilah perdebatan antara kedua Ayah tersebut yang mengundang tawa semua orang yang ada di sana.

"Ekhem."

Seketika semua nya terdiam dan menoleh ke sumber suara. Senyum Aline semakin merekah melihat atensi pasangan lain.

"Professor? Valerie?"

"Aunty!" sahut gadis kecil di balik kaki panjang pria berkumis tipis tersebut.

"Apa hanya aku yang tidak tahu semua guru Hogwart menikahi murid nya sendiri?" timpal Draco yang langsung mendapat tatapan tajam semua orang, dia benar-benar perusak suasana.






























T B C

CIE YANG DAPET SPOILERAN ML.

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang