"Anak-anak baru saja menemui nya."
"Demi Tuhan, sir. Anak-anak ku tahu tentang keadaan Ayah nya sedangkan aku tidak?" Aline menatap punggung pria itu dengan protesan nya.
William melirik sebentar, "Ini semua keinginan pria itu sendiri, Aline."
Aline memutar bola mata nya yang masih di lapisi kacamata hitam dengan malas, "Kenapa dia ingin menutupi diri nya dari ku?"
William berhenti di depan sebuah pintu membuat Aline mau tak mau juga harus ikut berhenti, entah kenapa jantung nya berdetak lebih cepat saat ia melihat pria di depan nya menarik nafas panjang sembari menoleh ke arah nya.
"Karena kau takkan sanggup melihat nya."
Aline menelan ludah nya kasar, "Sejak tadi kau mengatakan itu, Sir ...,"
"Memang itulah kenyataan nya, Aline." balas William.
Aline menunduk sejenak merasakan sesuatu yang aneh datang ke tubuh nya, "Apa memang separah itu?"
"Sejak perpisahakan kalian?" William memasukkan tangan nya ke dalam kantung celana, "Ya."
Aline mengutuk diri nya sendiri dalam hati, "Apa dia selalu bertanya tentang ku?"
"Always."
Aline tersedak, dada nya serasa sempit saat itu juga, ia berusaha keras menahan tangis nya, kenapa sejak tadi ia terus saja ingin mengeluarkan air mata nya?
"Aku ingin kau membuat keputusan, Aline." William menatap nya dari balik kacamata hitam itu, "Apa kau akan menemui nya, sebagai gadis yang di takdirkan untuk menjadi cinta terakhir dari Severus atau kau ingin menemui nya sebagai ibu dari anak-anak pria itu?"
Aline mengigit bibir bagian dalam nya dengan kuat hingga itu berdarah, ia tak bisa memilih. Dia adalah kedua opsi itu. Tapi ia harus memilih, karena itu adalah pilihan. Aline mengepalkan tangan nya kuat sembari memejamkan mata nya hikmat. "Aku adalah gadis yang di takdirkan untuk menjadi cinta terakhir nya, Sir." Aline diam sejenak kemudian membuka mata nya dan menatap pria itu lantang. "Dan anak-anakku adalah bukti dari cinta itu sendiri."
William terdiam, walau terhalang lapisan kacamata tapi tetap saja masih terlihat bagaimana sedih nya sorotan mata William pada Aline, seakan-akan, ia tahu bahwa yang Aline hadapi bukanlah hal yang menyenangkan.
"Aku akan menemui nya sebagai gadis lima belas tahun yang di paksa menikah dengan nya." Aline tersenyum kecil, "Juga ibu dari penerus nya."
William menunduk, mencoba menutupi kesedihan nya dan menarik nafas panjang, entah kenapa dada nya juga ikut terasa sesak membayangkan Aline menemui pria itu. William mengadahkan kepala nya untuk menahan air yang akan jatuh dari kelopak mata nya, "Baiklah." William meraih kenop pintu dan kembali menatap Aline lekat-lekat.
"Sir," Aline menatap nya yakin. "Aku akan menanggung apapun yang kau takutkan jika itu terjadi."
William tersenyum pedih, "Aku yakin kau takkan sanggup menanggung nya."
Aline sedikit mengerutkan kening nya melihat senyuman William namun segera ia hiraukan kala melihat pintu itu mulai terbuka. Jantung nya kian melemah tiap melihat pintu tersebut semakin meluaskan pandangan nya menuju ke dalam ruangan yang sejak tadi membuat Aline tidak sabar masuk ke dalam nya dan melihat pria yang ia cintai satu-satu nya.
Hingga akhirnya, pintu itu terbuka sepenuh nya dan menampilkan seorang pria yang tengah duduk di atas kasur nya dan menghadap jendela namun dengan mata yang tertutup. Saat itu juga, Aline seperti merasakan jantung nya berhenti berdetak, mata nya memburam, nafas nya tak beraturan. Akhirnya ia bisa melihat wajah nya lagi dengan bebas, ia bisa melihat wajah pria yang ia cintai dengan seluruh hidup, jiwa dan raga nya. Ia bisa melihat Severus Snape.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul.
FanfictionPasangan jiwa mu tidak akan tertukar dengan jiwa manapun. Benarkah? Apa yang terjadi setelah berakhir nya takdir benang merah dan mereka kembali bersama hingga mempunyai keturunan. "Kau Ayah-" Wajah Peter terlihat sangat menyeramkan, "-Terburuk y...