#28

708 128 377
                                    

Chap ini antara mengundang hasrat atau emosi pembaca sih sebenarnya. . . .






Severus duduk di kursi kebesaran nya dengan pandangan kosong ke depan. Ia memikirkan kejadian dua jam yang lalu, dimana dia hampir menampar wajah Aline karena perdebatan sengit dan panas mereka. Kenapa wanita itu tak bisa membedakan prioritas nya? Antara atasan atau suami yang sedang sakit, sudah jelas dia memegang posisi yang lebih tinggi dari pria yang mengajak nya makan malam itu.

Severus berdeham, dia di landa kebingungan. Antara menyusul wanita itu dan meminta maaf, tapi yang ada mereka akan kembali berdebat atau membiarkan nya untuk menunjukkan bahwa diri nya sedang marah, tapi jika itu yang dia lakukan maka yang ada akan semakin banyak pria yang mendekati nya dan itu malah membuat darah nya semakin mendidih.

Di tengah-tengah kebingungan nya, pintu terbuka menampilkan seorang gadis dengan wajah cantik seperti di pahat oleh dewa dewi yunani. Rambut nya coklat bergelombang dan ujung nya berwarna hijau, kulit nya putih susu, dia tak pernah memakai parfum tapi wangi nya selalu seperti harum anak bayi.

Severus tersenyum melihat atensi nya.

"Kau sudah sembuh, Sir?" tanya gadis itu penuh perhatian.

"Melihat wajah mu sudah membuat ku merasa baik, sayang." balas Severus tetap dengan senyum nya.

Nancy tersenyum malu namun bergerak mendekat. Severus menjulurkan tangan nya meraih gadis itu dan memaksa nya untuk duduk di meja yang ada di depan nya.

"Sir?" Nancy terlihat bingung, "Kenapa aku duduk di meja sedangkan kau di kursi?"

Severus masih bertahan dengan senyum nya, "Agar aku bisa melihat wajah mu sepuas nya."

Nancy tak bisa untuk tidak tersenyum, namun senyum nya menghilang dan di gantikan wajah sedih nya. Itu mengundang kerutan di kening Severus.

"Ada apa, Nancy?"

Nancy menoleh ke manik hitam pria itu sebentar namun kembali menunduk, "Sir. . ." ia diam sejenak. "Apa kau tidak bisa membuat Peter menerima ku?"

Severus semakin mengerutkan kening nya heran karena gadis ini bertanya tiba-tiba.

"Hanya Peter yang tahu tentang pernikahan kita. Jadi ku pikir," Nancy mengulum bibir nya sejenak, "Setidaknya dia bisa memperlakukan ku dengan baik."

Severus diam sejenak, memikirkan kalimat gadis itu. "Apa maksud mu 'memperlakukan mu dengan baik'? Apa dia bersikap tidak sopan pada mu?"

Nancy mengigit bibir bawah nya, "Nevermind, lupakan—"

"Jawab aku, Nancy. Apa dia bersikap tidak menghargai mu?" Severus bangkit dari sandaran nya menatap gadis itu dengan intens dan penuh penuntutan.

Nancy diam, ia menatap pria itu takut-takut dan menunduk dalam-dalam. Tak lama tangan Severus menarik dagu nya pelan, memaksa nya untuk menatap manik hitam nya lekat-lekat.

Severus merendahkan suara nya, "Jawab aku, Nancy."

Nancy menelan ludah nya kasar, "Tapi janji untuk tidak memarahi nya."

Severus diam, tidak menjawab.

Nancy menarik nafas panjang, "Dia memberikan aku roti." ia diam, menatap pria itu sebentar lalu kembali menunduk. "Tapi itu adalah roti. . .," ia nengulum bibir nya, "Basi."

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang