#46

642 124 125
                                    

"Bermainlah dengan kakak, manis." Peter menggendong bocah perempuan yang masih berumur dua tahun.

Aline mempersilahkan mantan guru nya dan teman seangkatan nya duduk di kursi tanpa sandaran yang menghadap ke arah halaman belakang dan menonton anak-anak sekaligus orang tua mereka bermain.

"Kami langsung menghampiri mu saat mendengar berita nya." ujar Valerie yang duduk di sisi kanan nya.

"Ah, maaf merepotkan." balas Aline langsung membungkuk sedikit.

"Tidak, Aline." Remus berbicara, "Kau adalah murid ku. Kau juga panutan Moony."

Aline terkekeh pelan, "Bagaimana bisa aku menjadi panutan gadis yang belum lancar berbicara?"

"Hei, kau selalu di idolakan anak-anak!" Valerie ikut terkekeh, "Kau tidak tahu itu?"

"Tidak ...," Aline menunduk, "Dan aku yakin mereka tidak ingin mempunyai nasib seperti ku."

Valerie dan Remus saling pandang sejenak. Tiba-tiba lengan Remus mendekap nya hangat, "Murid cantik ku tidak boleh menangis." ujar nya sambil mencubit hidung nya gemas.

Aline seketika kembali terkekeh, "Get away, Professor. Atau istri mu akan memarahi ku setelah ini."

"Kau benar." Remus menarik tangan nya. "Dia sangat cemburuan." bisik nya namun masih bisa di dengar oleh Valerie.

"Apa? Aku tidak cemburuan!"

"Yes, you are."

Aline terkekeh geli mendengar pertengkaran pasangan ini hingga akhirnya mata nya tak sengaja menangkap pemandangan di mana Putra nya sedang menggendong gadis kecil sembari tertawa manis. Pendengaran Aline memelan hingga akhirnya ia tak mendengar apapun, waktu seakan melambat. Ia melihat bagaimana Putra nya itu mengangkat gadis itu ke udara dan melemparnya pelan sesekali.

Seketika mata nya memburam, air mata nya muncul begitu saja. Ia melihat Severus di sana, Peter benar-benar cerminan Ayah nya.

Cara dia menggendong, cara dia tersenyum, cara dia mencubit pipi nya cara dia menyatukan kedua kening nya. Aline menelan ludah nya kasar, apalagi ketika Peter menoleh ke arah nya sambil tersenyum.

Aline melihat Peter yang menatap nya, ia juga melihat Severus. Aline melihat Peter yang menatap Moony, ia juga melihat Severus yang menatap Bell. Aline melihat Peter melambaikan tangan nya ke arah nya, ia juga melihat Severus yang melakukan hal sama.

Remus menarik nafas panjang, "Dia benar-benar mirip dengan Snape, ya?"

Aline tersentak, ia di tarik kembali ke permukaan dan menyadari diri nya sudah menangis, ia langsung menghapus nya. "Maaf, aku tidak bermaksud—"

"It's okay, Aline." Remus membelai kepala nya lembut. "Aku juga melihat Valerie di Moony."

Valerie meraih tangan Aline dan menangkupnya hangat, "Susah untuk melupakan orang yang kau cintai sedangkan kau melihat wujud nya di tubuh anak mu. Tapi aku yakin, kau bisa melihat Putra mu sebagai Peter, bukan Severus. Kau wanita yang kuat Aline, aku tahu itu sejak tahun pertama kita sekolah."

Aline tersenyum penuh haru, "Thanks guys."

"Omong-omong," Remus memotong lalu menunjuk ke arah luar, lebih tepat nya ke arah Peter. "Apa putra mu dan anak Harry berpacaran?"

Aline terdiam sebentar, melihat anak nya yang berbicara pada gadis manis berambut merah sambil menggendong gadis kecil di sana. Seketika ia tersenyum lebar, "Ku rasa iya."

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.

"Aku akan mempertimbangkan nya kembali. Kalian akan menerima surat panggilan paling lama minggu depan. Selamat siang."

Pria tua dengan rambut dan jenggot panjang itu hilang seketika dan saat itu juga semua orang sibuk memotret kedua pasangan tersebut.

Tepat saat Aline bangkit dari duduk nya dan hendak berjalan pergi, ia berpas-pasan dengan pria yang juga baru bangkit dari kursi nya.

Aline menghela nafas lalu membuka kacamata hitam nya, "Rindu berbicara pada ku?"

Kilatan cahaya itu semakin menggila saat melihat Aline memulai percakapan dan beberapa pena juga kertas mulai berdekatan berharap bisa menulis apa yang mereka dengar. Tapi sebelum itu, seseorang melemparkan sihir yang membentuk gelembung membuat pena-pena tadi tidak bisa mendengar dan mencatat apapun.

Hanya ada mereka berdua di dalam gelembung dan mereka tidak mendengar bagaimana ricuh nya suasana di luar gelembung.

Severus tersenyum kecil, "Aku tidak ingin menyangkal nya."

Aline tersenyum ke arah Oliver yang ternyata pelaku di balik gelembung ini. Lalu kembali menoleh, "Aku juga dengar kau sakit."

"Hanya merindukan anak-anak."

"Aku mendengar nya dari Nancy," Severus menatap nya intens, "Kau menyerang perasaan nya."

"Bisa jelaskan apa maksud nya?" Aline melipat tangan nya di depan dada.

"Dia bilang kalau dia mengakui Bell dan Peter sebagai anak nya juga tapi kau malah membantah nya." Severus menaikkan satu alis nya.

"Bukankah aku berhak membantah nya?" Aline menaikkan satu alis nya.

"Dia menangis seminggu penuh."

"Salah siapa?"

"Dia istri ku, Aline. Yang berarti dia juga ibu dari anak-anak ku."

"Kenapa kalian tidak memiliki anak sendiri?" Aline memotong cepat. "Sudah hampir dua tahun dan dia tidak belum juga hamil."

"Itu perlu waktu–"

"Aku lolos saat pertama kali kita mencoba nya, Sir. Aku yakin tidak ada masalah dengan mu." Aline tersenyum penuh kemenangan, "Mungkin dia—?" Aline sengaja menggantung ucapan nya.

Aline tersenyum menahan tawa, "Ku beritahu, Sir. Walau kau menikahi banyak wanita sekalipun, Bell dan Peter tidak akan memiliki ibu selain aku."

"Bell dan Peter mengandung darah ku."

Aline diam sejenak, mata hijau nya menatap manik kehitaman itu dengan intens mencoba menyelam di onyx Pria ini. "Kau terlalu egois hingga lupa bahwa Bell dan Peter juga mengandung darah ku."

"Oh ya, omong-omong. Bell dan James berpacaran."

"APA?!"

"Aku dan Harry tidak mempermasalahkan nya—"

"Aku mempermasalahkan nya!" Severus menatap nya tajam. "Bell masih polos dan James adalah bocah berandalan! Bagaimana bisa kau membiarkan nya?—"

Aline diam, ia membiarkan pria itu berbicara sepuas nya sedangkan mata nya terus saja mencoba menatap onyx hitam itu dengan intens, seakan ada hal yang harus ia ketahui.

"Kau mendengarkan ku?!"

"Ya."

"Kalau begitu—"

"Ku rasa aku harus pergi. Berbicara terlalu lama akan membuat banyak tanggapan jelek yang pasti nya akan memengaruhi Bell dan Peter." Aline tersenyum, "Dan ku mohon, jika sakit, suruh istri mu merawat mu dengan baik kau terlihat sangat pucat walau kau menutupi nya."

Aline mendekat lalu berbisik, "Kau tidak ingin semua orang tahu kau tidak bisa tanpa ku 'kan?"

Aline tersenyum manis lalu berjalan keluar dari gelembung sembari memakai kacamata hitam nya kembali menghindari kilatan cahaya tersebut dan di rangkul oleh Oliver yang sudah menunggu sejak lama di dekat pintu. Sudah banyak kabar beredar bahwa Oliver dan Aline menjalin hubungan, mungkin juga salah satu alasan pria itu sakit.

Saat mereka sudah lepas dari para wartawan, Aline di tarik oleh pria yang menjadi ketua nya.

"Aku menemukan nya!"






















T B C

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang