#48

567 127 110
                                    

Aline memperhatikan wajah pria itu dari jauh, sesuai surat yang sampai pada nya saat ia baru saja masuk ke dalam ruangan nya bahwa Tetua mengabulkan permintaan Severus yang ingin bertemu dengan anak-anak nya dan Aline harus membiarkan nya.

Aline melipat tangan nya di depan dada saat melihat Severus memeluk dan mencium kening Bell. Putri nya hanyalah gadis enam belas tahun yang labil dan sangat menyayangi Ayah nya. Jadi, sebenci apapun dia pada sang Ayah, dia akan tetap luluh saat di peluk.

Berbeda dengan Peter, ia sama sekali tidak ingin di sentuh. Ia hanya duduk, dan berbicara ketika di tanya.

"Sudah ku katakan, dia hanya akan pulih ketika bertemu dengan anak-anak nya."

Aline menarik nafas panjang, lagi-lagi ia harus berhadapan dengan gadis cantik ini. Aline tetap diam di tempat nya, tak mau menjawab apalagi menoleh. Pandangan mata nya hanya fokus menatap kedua anak nya yang sedang bersama pria berstatus Ayah mereka.

Nancy memandangi Aline menunggu wanita itu menjawab walau hasil nya nihil. Akhirnya ia memilih untuk menatap objek yang sama.

"Dia sangat menyayangi anak-anak nya."

"Ekhem," Aline berdeham. "Anak-anak ku."

Nancy menunduk sejenak, "Bukankah mereka adalah darah daging nya?"

Aline diam, tak mau menjawab dan membiarkan nya seperti orang bodoh yang menunggu balasan dari mulut nya. Aline tersenyum ketika seorang pria berambut ikal menyodorkan segelas minuman di ke arah nya.

William membalas senyuman Aline lalu menoleh ke arah gadis yang ada di samping nya, "Kau ingin minum? Biar ku ambilkan."

"Tidak, tidak perlu." Nancy tersenyum ke arah nya lalu kembali menatap Aline. "Rumor nya kau dekat dengan Mister Wood, Nona. Tapi kau juga dekat dengan pria lain."

"Then why?" tanya Aline setelah menyeruput minuman nya. "Bukankah itu yang di lakukan wanita cantik seperti ku?"

William mengulum bibir nya, ia melihat ada peperangan dingin di sini. Ia lantas berjalan dari belakang Aline lalu berdiri tepat di tengah mereka berdua, mencegah terjadi nya kejadian yang tak di inginkan.

"Sir, aku ingin mencoba punya mu." Aline memberikan gelas nya dan menukarnya dengan milik William, lalu mencoba nya.

Nancy hanya diam, memperhatikan kedua nya yang terlihat sangat dekat apalagi Aline tanpa canggung mencoba bekas pria itu.

Aline masih terus saja memperhatikan anak-anak nya, jujur saja, ia takut jika Bell kembali jatuh ke dalam dekapan Ayah nya. Itu pasti akan merepotkan nya, terlihat dari wajah bahagia gadis itu saat bercerita tentang banyak hal dengan Severus. Aline jadi khawatir sendiri.

"Omong-omong," Aline membuka pembicaraan. "Apa kau membaca koran berita akhir-akhir ini?"

Aline menoleh ke arah Nancy yang juga sudah menatap nya termasuk William sambil tersenyum. "Tidak, kenapa?"

"Kau harus membaca nya," Aline terkekeh pelan, "Mereka semua membicarakan mu."

"Membicarakan ku?" heran Nancy.

"Yeah, Nancy Snape. Istri tersembungi kepala sekolah Hogwart."

William mengulum bibir nya memperhatikan kedua wanita tersebut. Ia lantas menepuk punggung Aline pelan dan mengode nya lewat mata bahwa itu bukanlah hal yang sopan lalu tersenyum penuh canggung ke arah Nancy yang terlihat murung.

Demi Tuhan, ia merasa terbebani di sini.

"Oh iya, aku lupa. Kau sibuk mengurusi suami mu yang sedang sakit jadi tidak punya waktu untuk membaca hal seperti itu, bukan?" Aline menaikkan satu alis nya dengan senyum penuh kemenangan.

William kembali menarik nafas panjang dan sedikit menempelkan tubuh nya pada Aline lalu mendorong nya sedikit agar menciptakan jarak yang sedikit jauh, setidaknya membuat mereka tidak bisa saling menjambak rambut di sini.

Ketiga nya terdiam saat Severus, Bell dan Peter berjalan menuju ke arah mereka.

"Ucapkan selamat tinggal—"

"Ayo pulang." potong Peter cepat sambil menguap mengantuk dan berjalan pergi begitu saja.

Berbeda dengan Bell yang memeluk Ayah nya hangat sebelum akhirnya menyusul adik nya ke dalam mobil. Tersisa Aline, William, Severus dan Nancy yang merasa sangat canggung. Yang paling tersiksa di kondisi ini adalah William.

"Apa Peter selalu seperti itu?" Severus menaikkan satu alis nya. "Tidak sopan."

Aline diam sejenak, terlihat tetap tenang. "Tentu saja, setelah kau menyerang mental nya."

Severus terdiam, ia lantas mendekat dan menarik pinggang Nancy mendekat. Aline yang melihat itu mengerutkan kening nya. Bukan, bukan karena dia marah karena pria itu bertingkah romantis dengan gadis itu, soal hal itu, Aline tak perduli. Yang Aline lihat adalah, pandangan mata pria itu. Lagi-lagi terlihat aneh membuat Aline menatap nya intens dan mencoba tenggelam di onyx kehitaman nya.

Tapi Severus menyadari Aline mencoba masuk ke dalam onyx nya lantas membuang tatapan nya memutus kontak mata mereka.

Aline menarik nafas panjang, "Kami harus pergi."

William tersenyum ke arah dua pasangan tersebut lalu tersentak kaget saat Aline menarik tangan nya sedikit paksa keluar dari salah satu kaffe yang ada di dekat Kementrian.

Aline diam selama perjalanan kembali ke kantor mereka, ia bahkan beberapa kali hilang fokus hingga akhirnya ia menatap pria yang berjalan di depan nya.

"Apa kau menyadari mata pria itu sedikit aneh? Tidak, memang aneh."

William diam lalu menoleh ke belakang, "Mata siapa?"

"Severu—Mister Snape."

William terkekeh geli, "Mungkin karena kau sudah lama tidak menatap mata nya."

"Tidak, Sir. Selama apapun aku tidak bertemu dengan nya aku tetap menyadari pandangan mata nya memang aneh."balas Aline lagi.

William kembali menatap ke depan, "Aku tidak melihat hal aneh itu, mungkin karena kau lelah."

Aline diam, ia memandangi punggung pria ini dengan kening yang berkerut. "Sir, kau tidak mencoba menyembunyikan sesuatu 'kan?"

William tersentak kecil, walau ia berusaha menyembunyikan nya tapi Aline tetap bisa melihat pria itu terkejut dengan ucapan nya. Ia lantas terkekeh canggung, "Apa yang ku senbunyikan, Aline?"

Aline diam, manik hijau nya terlihat sangat dingin menatap nya.

Tiba-tiba tangan nya di tarik, "Ayo, kita harus melihat siapa saja murid Gryffindor di Departemen Auror!"





















T B C

OVERTHINKING KAN LU—!

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang