#52

626 133 93
                                    

Aline mengetuk pintu berwarna hitam tersebut sebelum mendorong nya pelan dan mengintip sedikit ke dalam. Ia menatap ketua nya itu dengan tatapan merasa bersalah setelah kejadian dua hari lalu, Aline tidak ada menemui nya, ia perlu waktu setelah semua apa yang terjadi, "Apa aku boleh masuk, Sir?"

William menoleh ke arah pintu lalu menghela nafas, "Sure."

Aline tersenyum datar lalu masuk ke dalam ruangan itu, jangan lupa menutup pintu nya lagi sebelum berjalan mendekat ke arah meja yang penuh dengan tumpukan dokumen pria ini. "Apa kau sudah makan?"

"Belum."

"Kau ingin makan Steak? Ada toko baru—"

"Tidak." Potong William cepat. "Aku sedang sibuk."

Aline mengulum bibir nya sejenak lalu menunduk dalam, ia memainkan kuku-kuku tangan nya. "Maafkan aku."

William terdiam lantas mengangkat kepala nya untuk menatap wanita itu, "Apa maksud mu?"

"Tidak seharus nya aku mengatakan kalimat yang menyakiti mu," Aline menelan ludah nya, "Kau membantu ku, harus nya aku berterima kasih tapi aku malah menyakiti mu."

William diam, mata nya hanya menatap wanita yang masih menunduk memainkan kuku nya sebelum akhirnya mendongak dan menatap nya penuh penyesalan, "Maafkan aku, ya?"

William masih diam, mata nya menyelusuri manik kehijauan itu hingga akhirnya ia menarik nafas dan mengangguk samar. "Kau pasti lelah setelah perpisahan mu dengan pria itu, aku mengerti."

Aline tersenyum kecil, "Kau selalu mengerti aku."

William tak menanggapi ucapan nya dan kembali pada kegiatan awalnya sebelum Aline datang, menulis laporan. Aline hanya diam, memperhatikan pria itu melakukan tugas nya.

"Apa kau masih ingin ...," Aline menggantung kalimat nya melihat pria di depan nya sama sekali tidak peduli dengan atensi nya. "Membantu ku ... Mencari ...,"

"Ramuan mu?" tebak William langsung tanpa mengalihkan perhatian nya. "Aku rasa tidak."

Aline menelan ludah nya kasar lantas mengigit bibir nya pelan lalu mengangguk pasrah, "Baiklah, aku mengerti. Aku akan—"

"Jika kau tidak mentraktir ku makan Steak di toko yang baru buka sebrang gedung." potong William sambil tersenyum manis menatap Aline yang sudah berdiri dari duduk nya.

Aline terdiam lalu terkekeh pelan, "Alright. Bill on me!"

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.

"Di sini aku menemukan nya." William berdiri di dekat nakas dan menunjuk nakas tersebut.

Aline yang masih memperhatikan seluruh ruangan kemudian menoleh dan berjalan mendekat, "Mungkin dia meletakkan sapu terbang nya di samping Nakas namun bulu nya tertinggal di sini."

Aline diam sejenak, "Dimana Oliver sekarang?"

"Perjalanan tugas menuju Ilvermony, menangkap murid yang berhasil masuk melewati perbatasan." William terkekeh geli, "Itu mengingatkan ku pada mu."

Aline ikut tersenyum sedikit terpaksa lalu hilang tak berapa lama, "Jika dia menginap di sini, maka tujuan selanjut nya adalah—"

"Hogwart, tentu saja." potong William. "Kemungkinan ramuan itu di berikan pada seseorang yang ada di sana."

Aline diam sejenak, "Kita tidak akan menemukan bukti di Hogwart. Kita harus tahu tempat yang ia datangi sebelum ke sini."

"Kau benar, kita bisa bertanya pada Madam Roxane di bawah."

William dan Aline mengangguk sekali lalu berjalan keluar dari ruangan tersebut dan melangkah menuruni tangga menuju gadis berbadan gemuk dengan lipatan lemak di sekujur tubuh nya duduk di meja kayu.

"Ma'am aku ingin—"

"Tolong meja untuk—"

D E G H

Aline merasakan darah nya berhenti mengalir ketika mendengar suara yang sangat tidak asing, tentu saja ia mengenali suara ini. Suara ini pernah menjadi penyambut pagi dan penenang malam. Ini suara pria itu.

Aline spontan menoleh ke samping bertepatan dengan pria itu yang juga sedang menatap nya.

Aline menelan ludah nya kasar, apa yang pria ini lakukan di sini?

"Aku tidak tahu kau ke sini, Aline." Severus tersenyum kecil lalu perlahan tangan nya menggengam tangan Nancy, seakan ingin menunjukkan nya pada Aline.

Aline yang masih terpaku di tempat nya karena tidak menyangka akam bertemu di sini untuk pertama kali nya setelah perpisahan mereka.

William yang melihat itu lantas berdeham sambil merangkul Aline dan menarik nya mendekat, "Yeah, kami sedang berjalan-jalan menikmati waktu senggang. Bagaimana dengan mu?"

"Aku juga sedang," Severus menggertakkan gigi nya samar melihat tangan William yang menghelus pundak Aline. "Menikmati waktu senggang ku."

Di saat mereka sedang beradu pandang, semua yang melihat terjadi nya pertemuan pasangan yang sempat menghebohkan dunia sihir karena kabar perpisahan mereka berbisik ricuh.

"Bagaimana jika kita makan bersama?" Pancing Severus. "Jika kau tidak keberatan—"

"Tidak," Aline mengangkat kepala nya menatap manik hitam itu. "Aku tidak keberatan."

William meringis, bodoh, kenapa dia menerima nya? Astaga, jika hanya ada mereka berdua William bersumpah akan memukul kepala nya kuat.

Severus tersenyum senang, "Baiklah, meja untuk empat orang, Ma'am."

"Lewat sini." salah satu elf di sana muncul dan berjalan yang di ikuti oleh ke empat orang yang ada di sana.

Mereka lantas duduk. Berhadapan. Aline yang menghadap Severus dan William yang menghadap Nancy.

"Aku ingin sup kalkun. Bagaimana dengan mu, Aline?" tanya Severus.

Aline yang tadi nya menatap salah satu kertas mendongak dan tak sengaja mata nya langsung bersitabrak dengan mata Severus. "Aku juga ingin sup kalkun."

Nancy yang melihat kedua nya saling tatap lantas merasa kesal, "Aku juga!" Nancy menatap Aline dengan sangat kesal, "Aku juga ingin sup kalkun."

"Aku ingin Ayam pan—"William menatap ketiga nya heran, kenapa semua nya memesan sup kalkun? "Baiklah, sup kalkun juga."

Aline menghela nafas, keadaan menjadi canggung. Ia memilih untuk menoleh ke luar jendela dan memperhatikan salju abadi di hogsmeade ini. Dan, kembali, tanpa sengaja, menatap manik hitam itu.

Aline terdiam, bukan, bukan karena yang ia tatap adalah mantan suami nya. Tapi karena mata itu kembali terlihat aneh, seperti ada sesuatu di dalam nya. Aline mengerutkan kening nya heran.

Nancy menatap kedua nya bergantian lalu mendengus sebal, "Kenapa kau terus menatap mata suami ku?"

Aline tersentak lalu menoleh ke arah gadis itu, "Bukankah dia lebih dulu yang menatap ku?"

"Tetap saja itu salah!" Nancy mengerucutkan bibir nya, "Kau bukan istri nya lagi, kau tidak pantas menatap nya."

"Hei—"

"Dia benar, Aline." potong William. "Kau tidak pantas menatap nya. Kau hanya pantas menatap," William menarik dagu Aline dan memaksa nya untuk menatap manik coklat nya lalu tersenyum manis, "Mata kekasih mu."


























T B C

Ga komen ga lanjut.

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang