#55

583 119 95
                                    

Aline melangkahkan kaki nya dengan cepat di lantai tersebut begitu ia mendengar Departemen 3 sudah kembali dari tugas nya. Aline mengepalkan tangan nya kuat, wajah nya terlihat menyeramkan dengan pandangan mata yang tajam dan lekat membuat siapa saja yang melihat nya otomatis langsung menunduk.

Aline menghiraukan semua orang, langkah nya membawa emosi yang menggebu-gebu, ia ingin penjelasan pria itu atas cairan biru di sapu tangan nya.

"Senior." Aline memasuki ruangan Oliver yang terlihat baru saja meminum sesuatu dan meletakkan gelas nya di atas meja. Aline menatap nya dingin, "Kita bisa bicara?"

"Yeah, tentu saja." Oliver mengangguk pelan lalu tersenyum kecil, "Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Aku ingin bertanya—"

D E G H !

Aline terdiam, jantung nya berdegub kencang dan darah nya seperti berhenti mengalir di dalam tubuh nya ketika melihat manik coklat Oliver terlihat aneh, ini mengingatkan nya dengan mantan suami nya. Mata mereka terlihat seperti berganti-ganti perasaan. Aline menelan ludah nya kasar, apa memang semua orang seperti ini? Atau diri nya sedang sakit hingga melihat mata mereka—

Oliver memiringkan kepala nya sedikit melihat wanita di depan nya yang hanya diam lalu tersenyum kecil, "Ada apa, Aline? Kenapa kau hanya diam?"

Aline menarik nafas panjang, ia mencoba menenangkan diri nya lantas mundur dua langkah. "Tidak," Aline menunduk sebentar ketika merasakan mata nya memanas, "Aku akan menanyakan nya nanti saja."

Oliver menatap nya aneh lalu mengangguk samar, "Baiklah, kapapnpun yang kau mau."

Aline mengulum bibir nya sejenak lalu melangkahkan kaki nya keluar dan hilang di telan pintu. Sedangkan Oliver masih berdiri di sana, memandangi arah wanita itu pergi, lama ia hanya menatap pintu tersebut lalu tak ada yang tahu, ia sedang tersenyum miring.

*.*.*.*.*.*.*.*.*.**.

William berjalan mondar-mandir di ruangan Aline, sudah dua hari semenjak mereka menemukan bukti kuat di lapangan Quidditch kemarin tapi ia sama sekali tidak menerima kabar bahwa Aline sudah melakukan tindakan apapun. William menghela nafas gusar, apa yang membuat wanita itu menunda tindakan nya?

Penantian William selesai ketika pintu terbuka dan menampilkan tubuh wanita itu, William tersenyum melihat atensi nya namun itu hanya sebentar karena sedetik setelah nya ia melihat sosok pria yang harus nya Aline hindari saat ini. Yeah, Oliver ada di samping nya sambil tertawa ria.

"Aline,"

Suara William menarik atensi kedua nya. Saat itu juga tawa Aline menghilang dari wajah nya dan di gantikan oleh tatapan dingin dan tidak suka dari Aline, itu cukup membuat William terdiam dan mengerutkan kening nya heran.

"Apa yang membuat mu berdiri di ruangan ku, Sir?"

William menelan ludah nha kasar, bahkan nada bicara nya saja terdengar dingin dan tak menyenangkan.

William menatap Aline dan Oliver secara bergantian, "Aku ingin menanyakan," ia menatap pria yang berdiri di samping Aline, "Apa yang sudah kau lakukan untuk menghukum pelaku?"

Aline menarik nafas, "Pelaku nya belum ku temukan."

"Apa?!" William menatap Aline kaget dan penuh protes. "Kita sudah menemukan semua bukti kuat yang mengarah pada—!"

"Aku menemukan lencana mu di Hogsmeade," Aline mengeluarkan sebuah benda yang terlihat berkilau, "Lebih tepat nya, kamar di samping tempat kau menemukan bulu sapu terbang itu, Sir."

William menelan ludah nya kasar saat melihat benda tersebut di tangan Aline.

"Benda itu hilang, dua bulan yang lalu, Aline."

"Oh yeah?" Aline menaikkan satu alis nya sambil tersenyum kecil. "Apa ini kebetulan? Karena kamar itu juga belum di tempati siapapun setelah kau."

"Kau bisa cek benda itu," William mengeraskan rahang nya. "Jika itu ketahuan terdapat cairan ramuan mu atau apapun, kau bisa membunuh ku."

"Kau sangat bisa melakukan kompromi, William, pantas saja kau menjadi ketua Departemen 1." Oliver angkat bicara setelah sejak tadi ia hanya diam, "Untuk mencapai sesuatu, kau harus bisa memposisikan diri mu dalam bahaya untuk meyakinkan seseorang."

William menatap nya tajam, "Aku yakin itu juga di ajarkan pada mu sebagai ketua Departemen 3."

"Tapi aku buruk, William." Oliver tersenyum, "Itu sebab nya aku di tempatkan di Departemen terakhir."

"Tapi bukankah Departemen tiga lah yang sering di kirim untuk melakukan kesepakatan dengan pihak-pihak lain?" William tersenyum miring.

Kedua lantas saling adu pandangan, seakan mengibarkan bendera perang dan salinb bertarung lewat tatapan mata tersebut. Oliver yang menatap nya dingin dan William yang membalas nya dengan tajam.

Aline menghela nafas panjang. Helaan itu menarik atensi Oliver dan William terhadap wanita itu dan mengakhiri perang mereka tanpa tahu siapa pemenang nya.

"Aku tahu siapa yang akan mengungkapkan kebenaran ini."

"Siapa?!" tanya Oliver dan William secara bersamaan, kedua kembali saling pandang sebelum akhirnya menatap Aline lagi dengan tatapan penasaran.

Aline diam, mengundang rasa penasaran itu semakin besar. Ia tersenyum kecil, "Sir All."

Kedua nya terkejut. "Apa?!"

"Aline, sir All adalah orang yang sangat susah di tembus pertahanan nya." ujar Oliver.

"Dan dia adalah orang yang sangat menjaga rahasia itu, Aline. Jika kau ingin bertanya, siapa yang masuk ke ruangan penyimpanan mu pada hari itu, dia tidak akan menjawab nya jika itu untuk urusan pribadi." timpal William.

Aline kembali diam, ia menatap kedua nya datar dan dingin. "Aku akan melakukan apa yang ku percaya, Mister. Aku tidak bisa mempercayai siapapun saat ini. Tidak kau," Aline menatap William lalu beralih pada Oliver, "Tidak juga kau, Senior."

Aline berjalan mundur dan meraih kenop pintu, "Aku akan mencari tahu sendiri."

Aline melangkahkan kaki nya pergi meninggalkan kedua pria itu di dalam ruangan nya dan mungkin mereka akan saling memukul satu sama lain, tapi Aline tidak perduli, ia akan menangkap pelaku nya dengan diri nya sendiri.

Ia berjalan menuju lantai paling atas di mana Sir All di tempatkan. Ia diam sejenak di depan pintu tersebut lalu menarik nafas panjang. Ia mengetuk pintu nya pelan.

"Aku tidak bisa di ganggu!"

"Sir, Auror Aline ingin berbicara dengan mu." teriak sepotong kepala kecil yang menggantung di kenop pintu bagian dalam ruangan itu.

Pemilik ruangan terdiam sejenak lalu merapikan pakaian nya. "Baiklah, suruh dia masuk."

Pintu terbuka menampilkan Aline yang tersenyum ke arah nya.

"Ada apa, Aline?"

"Apa kau sibuk nanti malam, Sir?" tanya Aline dengan senyum andalan nya.

"Tidak," balas pria itu cepat. "Kenapa kau bertanya?"

Aline tersenyum malu-malu. "Aku ingin mengajak mu makan malam ...,"

All tidak bisa menyembunyikan senyum nya. "Sure, jam delapan malam."

"Baiklah," Aline tersenyum senang. "Kita akan makan malam," ia menatap pria itu. "Dan meminum alkohol."





























T B C

Ga komen ga lanjut, bye.

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang