#11

773 130 300
                                    

"Madam Pomfrey di ganti?"

Peter berbicara pada kedua teman nya saat mereka melewati taman menuju lapangan untuk berlatih Quidditch.

"Aku lihat begitu. Madam Pomfrey pergi dengan barang-barang nya lalu setelah keluar dari perpustakaan," Scorpio mengeratkan pegangan sapu nya, "Aku melihat seorang wanita berambut pendek berjabat tangan dengan Ayah mu."

"Bloody hell." maki Peter tanpa sadar, "Ibu ku bilang Madam tidak akan di ganti."

"Tanyakan saja pada Ayah mu," balas Scorpio, "Mungkin dia punya alasan yang lebih bagus."

"Dia benar," timpal Albus, "Mungkin Professor Snape punya alasan yang lebih baik dari ibu mu."

"Itu tidak mungkin," Peter dan kedua nya berbelok, "Ayah ku tidak akan menolak keinginan ibu ku bahkan jika itu memiliki resiko yang buruk."

"Kalau begitu tanyakan pada Professor Danita." ujar Albus yang langsung di sahuti kekehan oleh Scorpio.

Peter mengerutkan kening nya, "Apa maksud mu?"

"Headmaster dan guru ramuan itu terlihat sangat dekat sejak hari pertama," Scorpio membalas, "Ku rasa mereka saling suka."

Peter perlahan menghentikan langkah nya dan membiarkan kedua teman nya itu berjalan sambil tertawa puas. Pikiran nya terus memutar ulang ucapan Scorpio dan menebak kemungkinan bahwa itu benar.

Albus dan Scorpio tersadar atas hilang nya atensi Peter lalu menghentikan langkah nya dan menoleh ke belakang.

"Sorry, Peter. I'm just kidding." ujar Scorpio pelan.

"Mereka dekat mungkin karena sama-sama guru ramuan, tak usah di pikirkan." sambung Albus yang membuat Peter kembali berfikir jernih.

"Kau benar," Peter mengangguk sekali, "Mungkin saja karena itu."

Peter kembali melanjutkan langkah nya menyusul kedua teman asrama nya dan berjalan menuju lapangan latihan milik Slytherin. Walau ucapan Albus ada benarnya, itu tidak menutupi kemungkinan  bahwa Peter masih kepikiran dengan ucapan Scorpio tadi.

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*

"Aline," seorang pria menimbulkan kepala nya ke balik pintu masuk tenda khusus milik wanita itu, "Seseorang mengirimkan mu sesuatu."

Aline yang sedang duduk dan memainkan bulu pena nya menoleh, "Siapa?"

"Mister Wood."

Aline diam sejenak lalu menghela nafas panjang, "Bawa itu kemari." ujar nya seraya berdiri dan menyingkirkan barang-barang yang ada di atas meja nya.

Aline menaikkan kedua alis nya sedikit saat pria itu meletakkan kotak besar di atas meja nya. "Thanks." ucap Aline pada teman satu anggota nya tersebut.

Aline langsung mengambil pisau dan membuka kardus besar itu untuk melihat isi yang ada di dalam nya. Ia terdiam sejenak kala melihat puluhan makanan ringan dan kacang-kacangan. Ia lantas meraih sebuah kertas yang tertempel di sana.

"Aku tahu kau suka telat makan saat bertugas. Semangat, Junior!"

Tanpa sadar Aline senyum-senyum sendiri membaca nya kemudian kembali melihat kiriman dari pria yang juga mantan senior nya saat masih bersekolah dulu.

"Kiriman lagi?"

Aline tersentak kemudian menoleh ke arah pintu masuk dan melihat pria tinggi dengan jenggot tipis, rambut acak-acakkan, jaket kulit berwarna hitam dan celana panjang. Ia terlihat seperti penyihir pelarian walau nyata nya dia adalah ketua Departemen 1 Auror.

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang