#38

629 139 145
                                    

Severus mengendarai mobil nya membelah kota, setelah mengantarkan anak-anak nya untuk kembali ke rumah si kembar Weasley. Dia langsung pergi menuju kantor istri nya di kementrian, di perjalanan ia berhenti untuk membelikan ibu dari anak-anak nya itu bunga.

Ia akan mengajak Aline menonton Teater, seperti kebiasaan mereka dulu. Ia tahu, ia tak akan bisa lagi menyentuh istri nya itu tapi yang ia inginkan adalah menghangatkan kembali hubungan mereka.

Ia turun dari mobil nya dan berjalan masuk ke gedung yang sangat besar itu namun aneh nya muggle tidak pernah masuk ke sana. Severus tersenyum kecil ke arah penjaga pintu di sana lalu melewati beberapa tangga. Ia berharap, Aline sudah bersiap-siap dan sedikit memakai riasan.

Severus tahu, istri nya itu sudah sangat cantik tanpa memakai apapun tapi kali ini saja, ia ingin melihat istri nya berdandan untuk diri nya dan menunjukkan bahwa dia masih antusias dengan hubungan mereka.

Severus juga tersenyum pada beberapa orang selama berjalan menuju pintu berwarna coklat di ujung ruangan.

Senyum nya semakin lebar saat ia semakin dekat dengan pintu. Ia menarik nafas panjang, mempersiapkan diri sebelum akhirnya ia menarik kenop pintu dan mendorong nya pelan.

.....

Seketika senyum nya tadi berubah menjadi melengkung ke bawah kala melihat wanita itu malah duduk di sofa santai nya dengan pakaian piyama memakan cemilan sambil membaca buku.

"Aline ..." lirih nya tanpa sadar melihat harapan nya jatuh begitu saja. Ia seperti remaja patah hati karena di tolak mentah-mentah oleh gadis pujaan nya.

Sang pemilik nama menoleh saat ia sedang mengunyah kacang nya, tak bersuara lalu kembali melanjutkan membaca buku nya.

Severus melangkah masuk, lalu mendekat. "Aline, kau sakit?" Severus menempelkan telapak tangan nya di dahi wanita itu.

"Tidak." balas Aline singkat.

"Lalu kenapa kau tidak bersiap-siap?" Severus merasakan nafas nya tersekat membuat nya harus mengeluarkan energi ekstra.

"Malas."

Severus berbalik sambil mengusap wajah nya frustasi dan sesekali menjambak rambut nya pelan. "Tidak! Itu bukan jawaban, Aline! Aku tidak sukaaa!"

Aline menarik kepala nya menatap pria itu, "Pekerjaan ku banyak dan aku lelah."

"Tapi kau bisa mengerjakan tugas mu besok, Aline." Severus berbalik dengan wajah sedih, frustasi dan kecewa bersatu membentuk ekspresi yang muram. "Lagipula, ini adalah jam bebas mu!"

"Aku lelah, Sir. Lelah." balas Aline acuh tak acuh membuat darah suami nya semakin mendidih panas.

"Tapi kita sudah berjanji akan—"

"Aku tidak pernah mengiyakan ajakan mu." potong Aline cepat. "Salah sendiri suka memaksa."

Severus berjalan mondar-mandir seperti orang depresi sambil mengusap wajah nya berkali-kali mencoba menenangkan emosi nya yang mulai menaik. Severus menarik nafas panjang dan dalam lalu saat sudah tenang, ia berdiri menghadap wanita yang masih asik membaca buku nya.

"Sejak kapan kau berubah seperti ini, Aline?"

Aline mengerutkan kening nya dan menoleh ke arah pria ini, "Huh?"

"Aline, istri ku adalah wanita yang lembut dan pengertian, dia selalu berusaha untuk membahagiakan suami nya." Severus menelan ludah nya kasar, "Tapi Aline yang ku lihat sekarang adalah wanita dingin tak berperasaan."

"Aku tidak pernah menyentuh mu lagi dan aku hargai itu!" Suara Severus mulai tinggi. "Aku membiarkan mu pergi dengan pria lain walau dengan susah payah aku menahan emosi dan jangan pikir aku masih tidak marah soal kau mencium Oliver!"

Aline diam, ia menatap suami nya yang menarik nafas panjang dengan datar. Membiarkan pria itu mengoceh sesuka nya.

"Kau sangat tidak berperasaan, Aline!" kesal Severus, terlihat ia mengeraskan rahang nya.

Aline masih menatap nya datar, "Sudah?"

Aline menarik nafas panjang lalu sekali tindakan ia menutup buku nya kemudian berdiri, mendekat hingga akhirnya ia berdiri tepat di hadapan suami nya itu. Walau ia harus sedikit mendongak untuk bisa menatap manik kehitaman pria itu.

"Bagaimana perasaan mu saat melihat ku mencium Oliver?" Aline menaikkan satu alis nya. "Marah? Kesal? Kecewa?"

"Tentu saja aku sangat marah, kesal, dan kecewa, Aline!" Severus menggertakkan gigi nya. "Aku melihat secara langsung bagaimana kau memberi bekas di sana!"

Aline diam sejenak lalu mengangguk samar, "Tidakkah kau berfikir bahwa aku juga merasakan yang sama saat kau bersama gadis lain?"

D E G H.

"Apa kau tidak pernah berfikir, bagaimana perasaan ku saat melihat mu menggengam tangan gadis itu?" Aline menaikkan satu alis nya. "Atau apakah kau pernah duduk di sudut ruangan mu lalu menangis kencang karena berfikir istri mu ini sudah tidak lagi mencintai mu, hm?"

Severus terdiam, mematung lebih tepat nya. Aline terlihat sangat menyeramkan dengan wajah dingin dan suara rendah nya.

"Tidak 'kan?" Aline tertawa renyah, "Kau selalu ingin di mengerti, sir, tapi kau tidak pernah mencoba sekalipun untuk mengerti orang lain. Kau hanya ingin ego mu terpenuhi mu, semua keinginan mu harus di dapatkan, semua kekesalan mu harus di bayarkan." Aline menarik nafas, "Aku muak, menjadi Aline yang harus menuruti semua perintah mu. Aku sudah lelah, menjadi Aline yang harus memenuhi keinginan mu."

"Jadi kenapa kau tidak pergi ke rumah baru mu dengan gadis cantik yang selalu menunggu mu untuk pulang?" Aline tersenyum hambar, "Mungkin kau akan mendapatkan kepuasan di sana daripada harus melihat ku, karena setiap kali kau mencoba berbicara dengan ku yang kau dapatkan hanyalah rasa sakit."

Severus tak bisa berkata apa-apa, lidah nya kelu untuk berbicara. Yang ia lakukan hanyalah menatap manik hijau itu lekat-lekat.

Aline berdecih pelan, "Ku pikir, aku sangat beruntung mendapatkan mu ternyata aku salah," ia menarik nafas, "Gadis itu lah yang beruntung mendapatkan mu karena cinta, bukan karena takdir bodoh yang memaksa mu untuk menikahi gadis lima belas tahun."

"Jadi lebih baik kau pergi," Aline menelan ludah nya kasar, "Dan silahkan intropeksi diri."

"Aline," Severus bersikukuh. "Kita bisa bercerita tentang semua rasa yang kita pendam selama ini."

"Bercerita, huh?" Aline kembali tertawa renyah, "Apa yang ingin ku ceritakan? Aku yang menangis tiap malam atau aku yang masih merasa bersalah pada anak-anak?"

"Aline—"

"Maaf menganggu," kedua nya tersentak lalu menoleh ke arah pintu dan menemukan William di sana. "Bisakah kalian mengurus rumah tangga kalian nanti saja? Aku butuh Aline untuk memeriksa ramuan nya."

Severus menggertakkan gigi nya, "Kenapa kau selalu menganggu?"

"Karena istri mu terlihat tidak nyaman saat berbicara dengan mu." balas William cepat sambil tersenyum manis.

Severus menoleh ke arah Aline yang menarik nafas panjang. Perlahan Aline membalas tatapan nya itu, "Good night." itulah ucapan terakhirnya sebelum melangkah pergi bersama ketua tim nya.

Severus mengusap wajah frustasi, "Idiot."

































T B C

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang