Aku ngetik karna ada omom ganteng liatin aku, avvh.
"
Paman, kenapa Professor Danita menangis?"
Oliver menoleh ke arah gadis kecil itu laly tersenyum manis, "Dia sedang sakit, Bell."
"Dan kenapa Daddy mengatakan dia akan menemani nya?" Bell memasang wajah sedih, "Bukankah kita sedang bersenang-senang?"
Oliver terdiam sebentar lalu kembali menarik nafas panjang kemudian berjongkok untuk menyamakan tinggi nya dengan gadis itu. "Dengar, Tinker Bell. Apa pekerjaan Daddy?"
"Kepala Sekolah."
"Dan apa pekerjaan Professor Danita?"
"Guru," balas nya lagi, "Di bawah kekuasaan Daddy."
"Bagus," Oliver tersenyum dan mengacak rambut gadis itu gemas, dia benar-benar layak nya anak lima belas tahun, masih suci dan polos. Berbeda dengan adik nya, dia sudah di tuntut dewasa. "Sama seperti Paman William dan Mommy."
Bell diam, mendengarkan nya dengan seksama.
"Paman William adalah seorang ketua tim, dia harus melindungi anggota nya dengan baik apapun cara nya. Contoh nya, saat kau sakit kemarin, dia memanggil medis Kementrian untuk mengobati anak dari anggota nya karena Mommy pasti akan selalu memikirkan mu dan membuat kinerja nya menurun." Oliver tersenyum manis sembari mengusap wajah manis itu pelan, "Sama seperti Daddy, dia harus mengayomi guru-guru nya agar kegiatan belajar–mengajar tetap seimbang. Kau mengerti?"
Bell diam sejenak lalu mengangguk lemah, "Aku mengerti. . .,"
"Good girl." Oliver kembali mengacak rambut gadis itu dan berdiri, namun saat hendak melanjutkan langkah nya ia melihat atensi seorang wanita cantik itu berdiri tak jauh dari mereka.
"Mommy?"
"Sayang," Aline melebarkan tangan nya, "Mommy akan segera pergi."
Bell berjalan masuk ke dalam lingkaran hangat ibu nya, "Kenapa cepat sekali?" sedih nya.
"Kau tahu Mommy banyak kerjaan, bukan?" Aline tersenyum kecil lalu mencium pucuk kening putri nya itu dengan lembut. "Mommy akan datang jika kembali senggang."
"Aku mengerti. . .,"
Aline tersenyum miris, dia tak bisa memberikan perhatian layak nya orang tua bagi kedua anak nya. Bell yang di paksa harus mengerti di semua keadaan dan Peter yang di paksa bisa menjadi pelindung bagi kakak nya. Untuk apa dia melahirkan seorang anugerah jika ia tidak bisa merawat nya dengan baik? Aline mengutuk diri nya sendiri dan berharap ia akan mendapatkan balasan nya.
Aline hampir menangis saat Bell melepaskan pelukan nya lalu mengucapkan selamat tinggal kemudian berjalan pergi meninggalkan ibu nya berdua dengan pria lain.
Aline menarik nafas panjang lalu menatap Oliver yang juga menatap nya lembut dan tersenyum hangat. Tanpa di duga, Pria itu melebarkan tangan nya yang langsung membuat pertahanan Aline runtuh saat itu juga.
Aline menunduk saat air mata nya jatuh dan berjalan menerima dekapan senior nya yang hangat lalu menangis di pundak nya.
"Terimakasih sudah membuat Bell mengerti." ucap Aline di tengah isakan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul.
FanfictionPasangan jiwa mu tidak akan tertukar dengan jiwa manapun. Benarkah? Apa yang terjadi setelah berakhir nya takdir benang merah dan mereka kembali bersama hingga mempunyai keturunan. "Kau Ayah-" Wajah Peter terlihat sangat menyeramkan, "-Terburuk y...