"Yeah, yeah, aku akan mengerjakan nya besok."
"Aline, Sir Renold sudah meminta laporan nya."
"Aku baru saja menyelesaikan lima dokumen sekaligus, William." Aline meraih permen yang ada di samping telepon milik kepala sekolah ini, "Setidaknya biarkan aku bersantai satu hari saja."
Terdengar helaan nafas dari seberang sana.
"Hanya hari ini, oke?"
Aline tersenyum, "Oke, Sir."
"Dan–oh, suruhan Kementrian akan datang memeriksa penyimpanan ramuan mu, Aline. Kau tidak ingin memeriksa nya sebelum mereka?"
"Untuk apa aku melakukan nya?"
"Ramuan ciptaan mu sangat menarik, sayang. Mereka bisa saja mencuri nya."
Aline terkekeh pelan, "Biarkan saja, aku menciptakan itu untuk mereka juga."
"Awas saja kau menyesal."
Aline meletakkan gagang telepon nya dan kembali menatap Peter, Bell dan Severus yang tengah berbincang dan bercanda satu sama lain. Kali ini, ia tidak melihat ada nya ketidakseimbangan kasih sayang Severus pada dua anak nya. Bell dan Peter sama-sama tersenyum senang.
Aline menarik nafas panjang lalu menoleh ke sekitar ruangan, entahlah, ia merasa tertarik apakah ada yang berbeda setelah pernikahan kedua pria ini?
Tapi hasil nya, nihil.
Tidak ada yang berbeda. Bahkan dia masih memajang photo keluargga kecil nya dengan Aline.
"Aline,"
Sang pemilik nama menoleh dan menemukan ketiga nya sedang menatap diri nya. Aline menaikkan kedua alis nya, "What?"
"Come here." ujar Bell sambil tersenyum dan menepuk tempat di samping Severus.
Aline diam sejenak, ia tak mau duduk di sebelah pria itu. Namun ketika melihat tatapan dan senyuman bahagia kedua anak nya itu, Aline mengalah. Ia lantas berjalan mendekat dan duduk di antara Severus dan Peter, sedangkan Bell ada di sisi kanan Ayah nya.
Aline menyisir rambut pendek Peter dan berbincang ringan dengan nya. Tentang bagaimana tim Quidditch nya, nilai sekolah nya, teman-teman asrama nya dan sesekali menggoda nya saat Peter bercerita tentang Luna. Aline memang menyadari kedekatan Putra nya itu dengan anak sahabat nya.
"Mommy. . .!" Panggil Bell dengan semangat, "Apa kau tahu," Bell melirik Ayah nya sekilas, "Bahwa Daddy sering memuji mu cantik di depan guru-guru yang lain?"
Aline menaikkan kedua alis nya lalu menoleh ke arah Severus yang terlihat sedikit panik karena ucapan putri nya.
Aline terkekeh pelan, "Bagaimana Daddy mengucapkan nya?"
"Seperti. . .," Bell diam sejenak terlihat sedang berfikir, "Istri ku itu sangat cantik, dia sangat ahli membuat ramuan."
Aline mematung di tempat nya, wajah nya menunjukkan ketidaksukaan namun ia tetap tersenyum agar tidak menimbulkan pertanyaan bagi putri nya. "Benarkah?"
"Hum!" Bell mengangguk heboh, "Tak jarang pula Daddy sering mengigau dan memanggil Mommy!"
Aline tersenyum dan mencubit hidung putri nya gemas, "Siapa yang mengajari mu untuk menguping, hm?"
"Awh!" ringis Bell yang di sertai oleh kekehan nya yang imut.
Semua nya ikut tertawa karena hal itu. Namun perlahan, kembali sibuk pada atensi nya masing-masing. Aline dengan Peter dan Severus dengan Bell. Begitu seterus nya hingga akhirnya jam berdenting tanda mereka harus kembali memasuki kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul.
FanfictionPasangan jiwa mu tidak akan tertukar dengan jiwa manapun. Benarkah? Apa yang terjadi setelah berakhir nya takdir benang merah dan mereka kembali bersama hingga mempunyai keturunan. "Kau Ayah-" Wajah Peter terlihat sangat menyeramkan, "-Terburuk y...