Satu minggu berikut nya, kejadian berulang terus menerus. Ketika Aline masuk ke dalam ruangan nya, akan selalu ada sebuket bunga dan makanan yang berganti menu setiap hari. Itu terjadi setiap hari membuat Aline jadi kebingungan sendiri ingin menaruh bunga nya di mana. Ia seperti merasa remaja yang sedang kasmaran dengan kekasih nya.
Sama seperti hari ini, kali ini bunga nya adalah Tulip Merah dan makanan nya Ayam panggang dengan harum yang menggoda.
Aline sekuat mungkin untuk menahan senyum nya.
Nyata nya, dia adalah gadis yang di takdirkan untuk pria itu dan sampai sekarang, ia masih mencintai nya. Sekuat apapun ia berusaha untuk mengubur dalam-dalam perasaan ini, ia masih belum bisa menemukan pengganti pria itu.
Aline menarik nafas panjang lalu masuk ke dalam dan duduk di kursi nya, diam, dan memandangi dua benda yang tergeletak di atas meja putih nya.
Aline pasti akan berlari ke ruangan William dan menyombongkan pada pria itu bahwa suami nya bersikap romantis hari ini jika saja ia masih menjadi satu-satu nya pemilik tahta hati Severus. Jika saja ia satu-satu nya.
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*
Bell sudah bisa kembali ke asrama yang langsung di sambut oleh Rose Weasley dan James Potter. Mereka berdua yang biasa nya selalu menemani putri dari kepala sekolah itu.
Peter tersenyum kecil, "Jaga Kakak ku, eh?"
James terkekeh, "Kali ini aku akan melarang nya memakan biskuit coklat lagi."
Peter ikut terkekeh lalu melambaikan tangan nya ke arah Bell sebelum pintu asrama kembali tertutup. Peter menghela nafas panjang lalu berjalan pergi, awalnya ia ingin menuju danau hitam dan menghabiskan waktu senggang nya di sana. Tapi di pertengahan jalan, ia terhenti melihat atensi Ayah nya yang sedang berbicara dengan seorang wanita— Madam Pomfrey?!
Hei, apa wanita tua itu kembali menjadi perawat di sini?
Peter berjalan mendekat, sangat dekat hingga atensi nya menarik perhatian kedua orang dewasa tersebut.
"Lama tidak bertemu, Mister Snape." sapa Madam sambil tersenyum manis, sama seperti biasa nya.
Peter menatap nya ragu-ragu, "Madam. . . Apa kau akan. . ." ia diam sejenak, "Bekerja kembali di sini?"
Madam Pomfrey menatap Severus sebentar lalu kembali menatap pria itu, "Yes, Mister Snape. Aku akan bekerja bersamaan dengan Miss—siapa nama nya?"
"Miss Tsalia." balas Severus.
"Nah," Pomfrey mengangguk samar, "Setidaknya aku tidak sendirian."
Peter tersenyum senang mendengar nya, dari awal ia tidak suka kehadiran wanita berambut pendek itu dan selalu khawatir jika kakak nya di rawat oleh nya tapi kini Madam Pomfrey kembali, ia tidak perlu khawatir tentang apapun.
"Aku akan kembali bekerja."
Severus mengangguk membuat Madam Pomfrey tersenyum ke arah Peter sebelum akhirnya berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Ayah dan Anak itu.
Peter menghela nafas panjang, "Akhirnya kau sadar tidak ada yang bisa menggantikan madam, hm?"
Severus tersenyum ke arah anak nya, "Kau punya waktu luang?"
Peter menaikkan kedua alis nya, "Yes, why?"
"Bagaimana jika kita berjalan-jalan ke Hogsmeade dan mencoba permen meledak, lagi?"
Peter terdiam di tempat nya, ia memperhatikan mata Ayah nya dan membuat kedua pasang manik hitam itu beradu. Peter mencoba berenang di onyx sang Ayah, mencari maksud dari ajakan nya tapi yang ia temukan hanya lah kelembutan dan ketulusan yang ada di sana.
Peter berdeham, tak lama kemudian tersenyum kecil, "Sure."
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*
Aline melangkah di lorong sekolah sambil berbincang dengan Nevile yang menjadi guru di sini. Sesekali ia menanyakan perkembangan kedua anak nya, dan jawaban nya memuaskan. Peter sangat unggul di Pertahanan diri tapi Bell jauh lebih pintar di Ramuan, walau Peter juga terlihat sangat ambisius ingin mengejar Kakak nya.
Aline tersenyum bangga, terlebih pada Peter, ia bisa melupakan semua apa yang terjadi dan hanya fokus pada pelajaran sekolah nya.
Langkah kaki Aline terhenti bersamaan dengan Nevile saat melihat suami dan putra nya berjalan bersamaan sambil bercanda dan tertawa riang.
Fokus Aline terpecah, antara melihat suami nya yang berubah dan Peter yang terlihat sangat bahagia.
Demi Tuhan ini adalah moment yang sangat berharga. Entah kenapa, raut bahagia di wajah putra nya itu sangat menyentuh hati dan membuat nya terharu. Selama ini, ia merasa bersalah karena tidak bisa memberikan nya yang terbaik, apalagi ia harus melihat Ayah nya sendiri berselingkuh dan harus menyembunyikan semua nya di depan teman-teman nya demi menjaga Kakak nya.
Nevile mengulum bibir nya, "Aku pergi dulu."
Aline tak lagi mendengar ucapan pria itu dan hanya fokus menatap putra nya yang akhirnya sadar dengan atensi nya dan tersenyum berjalan ke arah nya, waktu terasa melambat seakan ingin memberikan Aline detik-detik yang berharga.
Aline ikut tersenyum saat mata nya sudah berair, ia merentangkan tangan nya membuat Peter semakin tersenyum dan berlari ke arah nya kemudian masuk ke dalam dekapan ibu nya yang hangat, saat itu juga tangis Aline pecah.
Peter mengerutkan kening nya, "Mom? Kenapa kau menangis?"
Aline tak menjawab dan mengeratkan pelukan nya sembari terisak. Putra nya ini sangat tampan dan tinggi, benar-benar cerminan Ayah nya. Bahkan ia harus sedikit menjinjit jika ingin meletakkan dagu nya di atas bahu putra nya ini.
"Mom?"
Aline terkekeh pelan, menertawakan diri nya yang sangat perasa, "Tidak ada, Mommy hanya merindukan mu."
Aline menatap suami nya yang baru sampai mendekat dan tersenyum ke arah diri nya. "Kapan kau sampai di sini?"
Aline menarik nafas panjang dan menyembunyikan wajah nya di leher putra nya lalu kembali menatap Severus, "Sekitar sepuluh menit yang lalu."
Severus mengangguk mengerti.
Aline melepaskan pelukan nya dan menangkup wajah putra nya itu. Ia seperti melihat Severus di sana. Rambut nya yang hitam pekat, alis nya yang tebal, hidung nya yang mancung dan manik hitam juga bibir tipis nya dan memakai hoodie hitam.
Siapapun yang melihat nya pasti akan melihat sang Ayah di tubuh Peter.
Peter menatap ibu nya khawatir, "Mom, ada apa?"
Aline tak menjawab tapi terus menangis. Ia masih merasa bersalah karena sampai sekarang belum bisa menyempatkan waktu nya untuk sang Putra. Peter sudah menanggung beban yang sangat berat di pundak nya dan ia belum bisa membantu meringankan nya.
Dan yang membuat Aline semakin merasa bersalah adalah,
Peter adalah satu-satu nya orang yang tahu tentang pernikahan kedua Ayah nya setelah William.
Aline tersenyum, "Kau semakin tampan."
Peter menatap ibu nya heran, namun hanya diam dan membiarkan ibu nya itu kembali memeluk nya dengan sangat erat seakan-akan ada orang yang akan membawa nya pergi. Tapi ia mengacuhkan semua nya dan membalas pelukan ibu nya.
Severus diam sejenak dan tersenyum kecil, ia lantas berjalan mendekat dan ikut memeluk putra dan istri nya itu. Memberikan kehangatan sebuah keluargga.
TBC
ADEM-ADEM DULU, LAH.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul.
FanfictionPasangan jiwa mu tidak akan tertukar dengan jiwa manapun. Benarkah? Apa yang terjadi setelah berakhir nya takdir benang merah dan mereka kembali bersama hingga mempunyai keturunan. "Kau Ayah-" Wajah Peter terlihat sangat menyeramkan, "-Terburuk y...