Aline berjalan sedikit sempoyongan, wajah nya memerah, mata nya sayu menahan kantuk, tenggorokan nya panas. Tentu saja, dia mabuk. Setelah meminum tiga botol firebolt dan menandatangani surat permintaan perpisahan nya pada tetua sihir.
Aline dengan samar-samar melihat seorang pria yang bersandar pada mobil yang ia parkir di halaman rumah nya. Aline lantas tersenyum miring, "What you waiting for, sir?"
Suara Aline mengalihkan perhatian pria yang tadi nya bersandar sambil menunduk dan memainkan jemari nya, ia sudah menunggu lama. Ia lantas berdiri tegak dan menatap wanita itu, "Aline ..., kau mabuk?" Severus meraih wajah Aline dan menangkup nya lalu menatap wajah wanita ini yang sudah merah padam.
"Mungkin, begitu?" Aline meracau.
Severus menatap nya khawatir, "Bukankah kita sepakat untuk tidak meminum setetes alkohol pun, hm?"
Aline terkekeh renyah, "Untuk apa aku mematuhi mu lagi saat aku sudah menyerahkan permintaan pada tetua dalam keadaan mabuk?"
Severus terdiam di tempat nya, jantung nya melemah. Ia menatap wanita itu sedih sekaligus khawatir. Perlahan, mata nya berair membentuk danau kecil di sana, dengan suara bergetar ia berkata. "Please, take me back, Aline."
Aline diam, ia berusaha membuka mata nya lebar tapi sia-sia. Tangan nya terangkat lalu menepuk wajah Severus pelan lalu kembali terkekeh renyah, "Kau bercanda? Hati ku sudah hancur, sir."
Severus memandangi istri nya dengan tatapan penuh penyesalan. Ia menatap wajah Aline tiap inchi, wajah wanita yang ia nikahi saat masih berumur lima belas tahun, gadis yang berhasil menarik nya dari kelam nya masa lalu. Dia mencintai nya dengan seluruh jiwa nya.
Perlahan kekehan Aline menghilang dan di gantikan wajah datar nya walau masih saja terlihat mabuk, "Kau menghancurkan nya dengan sangat baik. Meremukkan nya hingga tidak bisa di perbaiki kembali. Bahkan kepingan nya saja tak kau biarkan dan terus menghancurkan nya."
Aline kembali tersenyum lebar, "Kau melakukan nya dengan sangat bagus."
"Aline," Severus meraih tangan wanita itu lalu mencium nya lembut bersamaan dengan air mata nya yang jatuh. "Aku bisa melakukan apapun tapi tidak berpisah dengan mu."
"Yeah ...," Aline mengangguk samar, di kesunyian malam ini bisa membuat Aline mendengar detak jantung siapapun. "Kau bisa melakukan apapun. Termasuk menduakan ku, menyerang mental Peter dan menyakiti fisik Bell. Kau bisa melakukan apapun."
Tangis Severus semakin kencang walau ia berusaha untuk menahan isakan nya. "Kau tahu aku mencintai mu dan anak-anak ku."
"Aku tahu, Sir, aku tahu ...," Aline menunduk sambil menarik tangan nya lalu kembali menepuk wajah pria ini pelan. "Tapi kesalahan mu tidak bisa ku toleransi ..., jika diam tidak cukup mungkin perpisahan akan menyadarkan mu." Aline tersenyum polos, ini membuat jantung Severus semakin melemah karena melihat Aline yang berumur lima belas tahun. "Tolong, intropeksi diri mu, ya? Jika sudah waktu nya, aku akan mengembalikan mereka pada mu."
Severus mengigit bibir bagian dalam nya, "Tidak, Aline. Kau mabuk, kau hanya meracau. Kita akan membicarakan ini saat kau—"
Omongan Severus terpotong saat kembali mendengar suara kekehan renyah wanita ini, ia mengerutkan kening nya heran.
"Kau tahu, orang akan mengeluarkan isi hati nya saat mereka mabuk? Haha, kau melupakan nya." Aline mengadahkan kepala nya sambil tertawa.
"Aline—"
"Sssttt," Aline menempelkan jari telunjuk nya di bibir nya sendiri. "Pulang lah ... Istri mu akan mencari mu."
"Kita—"
"Pulang." Severus terdiam saat melihat tatapan dingin itu di balik mata nya yang sayu membuat Severus menelan ludah nya kasar. Tiba-tiba Aline kembali tersenyum polos, "Atau aku akan menyatakan cinta ku pada mu, haha."
Severus menarik nafas panjang, "Baiklah, aku akan mengantar mu masuk."
"Tidak perlu." Aline langsung menarik tangan nya dramatis kemudian berjalan sempoyongan melewati pria itu. "Aku bisa sendiri ...," Aline menunduk lalu memegangi kepala nya. "Atau mungkin memanggil William."
"Apa?" kaget Severus.
"William." Aline berbalik dan menatap pria yang masih berstatus suami nya. "Dia berjanji akan menikahi ku, kau tahu itu?"
Severus mengepalkan tangan nya kuat, "Dan kau ..., tidak menganggap omongan nya serius 'kan?"
"Apa?" Aline tertawa, kali ini lebih kuat dan lebih kencang. "Yang benar saja. Bell dan Peter masih membutuhkan sosok Ayah!"
"Tapi Aline, aku adalah Ayah mereka."
"Tapi Sir, William lebih baik."
Severus menelan ludah nya kasar. Menahan emosi dan rasa sedih secara bersamaan sangat menyebalkan membuat dada nya terasa sempit dan sesak. Severus membuang wajah nya lalu menghapus jejak air mata tersebut, "Kau hanya mabuk. Lebih baik kau beristirahat dan minum air putih dengan banyak."
Aline mengangkat tangan nya ke dahi dengan tubuh yang hampir jatuh, "Ay ay, captain!"
Setelah mengatakan hal itu Severus langsung berjalan meninggalkan Aline yang terkekeh tanpa alasan.
Dengan begitu, Aline juga berbalik dan berjalan berlawanan dengan Severus menuju pintu rumah nya. Setelah Aline sudah di dalam rumah. Ia menunduk, setetes air jatuh dari dagu nya dan membasahi lantai. Ia bersandar ke dinding lalu mengigit bibir bawah nya, "Tapi orang mabuk juga tidak bisa menyembunyikan perasaan nya, Sir ...,"
Aline mengeluarkan semua liquid yang manik nya simpan di dalam mata nya. Ia tidak mau menahan nya lebih lama, itu hanya akan membuat nya terus merasa sakit lebih dalam.
Setiap melihat manik hitam itu, ia merasa pertahanan nya akan runtuh begitu saja. Aline tidak bisa menatap nya begitu lama atau ia akan hilang kendali dan merusak semua rencana nya.
Aline terisak, ia mengadahkan kepala nya sambil terus menangis. Sakit rasa nya, sangat sakit. Dada nya seperti di hantam oleh bogem mentah berkali-kali dan meninggalkan luka yang mendalam di setiap hantaman nya.
Kepala nya tak sengaja menoleh ke arah dapur, ia ingat dengan sangat jelas bagaimana ia bangun pertama dan membuatkan sarapan untuk keluargga kecil nya lalu yang kedua bangun adalah suami nya.
"Selamat pagi, aku mencintai mu."
Lalu ia akan mendapatkan ciuman di kening dengan penuh perasaan.
Aline meraih dada nya lalu meremas kemeja nya dengan sangat kuat saat itu terasa semakin sesak.
Mata nya kembali jatuh ke arah meja makan. Setiap kali mereka baru selesai makan siang dan semua anak-anak bangkit dari kursi nya.
"Kau membuat makanan nya dengan sangat enak, Mommy."
Aline ingat dengan sangat jelas bagaimana pria itu mencoba menggoda nya lalu tertawa bahagia.
"Tuhan ...," Aline memejamkan mata nya kuat. Alkohol tak banyak membantu. Ia tetap saja merasa sesak. Jika kalian pikir setelah tragedi pria itu kembali dari kematian nya, mereka menjalani hidup dengan tenang? Tentu saja tidak! Mereka tetap melewati banyak lika-liku masalah namun tetap kembali normal seperti semula. Jika masalah nya sangat besar dan hampir tak terpecahkan maka Severus selalu menduakan ego nya dan memeluk Aline dengan erat. Tidak ada yang menyangka, masalah kali ini mengantarkan mereka pada perpisahan.
"Tidak ada yang tahu kau tidak berhasil mabuk 'kan, Mommy?"
Aline tersentak kecil lalu menoleh ke arah tangga dan menemukan putra nya di sana. "Peter ...,"
Peter diam sejenak lalu menarik nafas panjang kemudian melangkahkan kaki nya mendekat dan memeluk ibu nya dengan erat. Persis seperti apa yang di lakukan Ayah nya. "It's okay, mom. Kau melakukan hal yang benar."
T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul.
FanfictionPasangan jiwa mu tidak akan tertukar dengan jiwa manapun. Benarkah? Apa yang terjadi setelah berakhir nya takdir benang merah dan mereka kembali bersama hingga mempunyai keturunan. "Kau Ayah-" Wajah Peter terlihat sangat menyeramkan, "-Terburuk y...