#50

641 132 175
                                    

BARU SADAR INI UDAH CHAP 50 WOIIII

Kini, semua orang sedang tegang. Jurnalis sihir dari berbagai tempat menggila di Kementrian tetua ini, semua ingin tahu, keputusan apa yang akan di ambil oleh pria yang sangat di segani dan di yakini kesucian nya terhadap pasangan ini. Tentu saja kilatan cahaya ini menyilaukan pandangan mata Aline dan Severus, tapi mereka diam seakan buta dan berusaha tidak perduli, pandangan mereka hanya tertuju ke depan sana.

"Apa kalian masih menginginkan hubungan ini?"

"Tidak." balas mereka berdua bersamaan.

"Apa kalian masih menginginkan hubungan ini?"

"Tidak." mereka menjawab nya dengan serentak.

"Apa kalian masih menginginkan hubungan ini?"

"Tidak."

"Baiklah, perihal masalah putra dan putri kalian. Aku akan mengirimkan kalian surat tentang hak asuh kalian. Sementara itu, nona Aline lah yang akan mengurus kedua anak kalian hingga waktu nya dia akan mengembalikan nya pada mu, Tuan Severus."

Severus menunduk sedikit, "Aku mengerti."

FLASH—!

Bersamaan dengan satu kilatan cahaya dari salah satu kamera yang ada di sana, tetua melayangkan tongkat sihir nya hingga memunculkan sebuah cahaya yang berputar-putar di ruangan sebelum akhirnya diam di tengah-tengah Aline dan Severus, lalu ia berubah bentuk menjadi sebuah gunting dan terlihat sebuah benang merah terputus walau hanya sebuah cahaya.

"Benang merah pernikahan kalian telah terputus, langit tidak pernah salah menuliskan takdir seseorang tapi kali ini, dengan mata ku sendiri." pria tua dengan jenggot panjang itu menatap Aline dan Severus secara bergantian, "Aku melihat pasangan yang di tulis dalam garis takdir terpisah."

Bisikan-bisikan yang akan membuat rumor dan gossip sudah terdengar beriringan dengan suara pengambilan poto dari kamera para jurnalis.

Aline diam, lalu terkekeh pelan. "Langit tidak menulis takdir, Tetua." semua tatapan tertuju pada nya kecuali pria yang terlihat sedikit lesu memakai pakaian formal nya. Aline mengangkat pandangan nya. "Langit memainkan kita."

"Aku mengerti perasaan mu, Nona Aline. Tapi aku pernah dengar kalimat," Tetua melambaikan tongkat nya untuk membawa nya pergi. "Jika kau punya seribu cara untuk kabur dari takdir, maka takdir punya seribu satu cara untuk mengembalikan mu ke jalan nya."

Itu adalah kalimat terakhir mereka sebelum akhirnya menghilang tanpa bekas, di susul kegilaan Jurnalis yang menyerbu dan mengerubuni Aline ataupun Severus dengan pertanyaan-pertanyaan yang takkan ada habis nya.

Mereka berdua memilih untuk diam dan berdiri, namun seperti waktu sebelum nya. Mereka akan berpas–pasan saat mereka berniat beranjak pergi dari tempat itu.

"Akhirnya aku terbebas dari mu, Aline."

Ungkapan tak terduga dari Severus membuat semua orang sangat terkejut, semua bolpoin terbang itu menulis apa yang mereka dengar dengan sangat lengkap.

Aline sendiri, sama terkejut nya namun ia mampu menutupi nya dengan wajah datar nya. "Harus nya aku yang berkata seperti itu, Sir." Aline tersenyum kecil, "Aku terbebas dari cengkraman mu."

Severus ikut tersenyum kecil, "Ada rahasia yang harus ku katakan, Aline." Severus mendekatkan kepala nya lalu berbisik pelan, "Bahwa aku tidak pernah berharap hidup dengan mu."

DEGH—!

Aline menelan ludah nya kasar, mata nya seketika memburam mendengar kalimat suami–ah, maaf, mantan suami nya ini. Tidak pernah terpikirkan oleh Aline bahwa pria ini akan mengatakan kalimat seperti itu.

"Lima belas tahun bersama mu," Aline mengeraskan rahang nya mendengar suara pria ini lagi, "Terasa sangat menyiksa."

"Harus ku akui, kau memang sangat cantik, Aline. Kemana pun aku pergi, aku akan selalu mendapat pujian karena mempunyai istri secantik diri mu." Severus tersenyum miring walau Aline tidak akan bisa melihat nya, "Tapi nyata nya," Severus melirik wanita ini, "Kecantikan bukan jaminan pria akan mencintai mu, bukan?"

"Yeah," suara Severus semakin merendah, membuat Aline semakin ingin menangis. "Aku sudah mencintai Nancy sejak lama."

DEGH—!

"Aku tidak memberitahu mu, karena aku ingin menjaga perasaan mu." Severus menarik nafas kecil, "Setiap aku berusaha memperbaiki hubungan kita, itu hanya karena aku mencintai anak-anak ku."

Severus tersenyum lalu menarik kepala nya dan melihat mata Aline yang sudah berair dan siap jatuh kapanpun, ia lantas menarik kepala wanita itu ke dalam dekapan nya membuat semua orang yang melihat nya semakin heboh.

Severus mencium rambut wanita ini dan kembali berbisik, "Semua kata cinta ku," ia diam sejenak, "Hanyalah kebohongan."

Saat itu juga airmata Aline turun dari mata nya, ia tidak sanggup menahan semua rasa sakit yang di akibatkan dari kalimat pria ini. Bagaimana bisa ia mengucapkan nya saat mereka baru saja berpisah, ia membuat semua kenangan indah mereka berubah menjadi kenangan yang sangat kelam dan sangat tidak pantas untuk di kenang.

"Oh ya," Severus menarik tubuh nya. "Kau wanita muda, Aline. Ada banyak pria yang ingin menikahi mu. Tapi satu hal yang ku minta," Severus tersenyum walau ia melihat air mata Aline sudah mengalir, "Ku mohon, pria yang kau pilih adalah pria yang cocok untuk kedua anak ku."

"Dan jangan lupa undang aku." Severus masih tersenyum, "Aku akan datang bersama Nancy."

Setelah mengatakan hal itu, Severus melangkahkan kaki panjang nya pergi dari tempat itu. Setengah dari Jurnalis mengejar nya, sisa nya masih berdiri dan menunggu Aline membuka mulut nya untuk menjawab setiap pertanyaan mereka.

Aline memandangi punggung pria itu pergi hingga akhirnya hilang di balik pintu. Dada Aline mencelos begitu dalam. Lima belas tahun. Lima belas tahun ia habiskan hidup nya bersama pria itu. Lima belas tahun, ia percaya hubungan ini akan menjadi selama nya. Lima belas tahun hidup nya di permainkan. Lima belas tahun ia percaya akan kebohongan langit. Lima belas tahun ia terbuai dengan segala kepalsuan.

Lima belas tahun, ia mencintai pria itu.

Akhir yang ia dapat, tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Ia pikir, dia akan berpisah dengan kematian saat mereka sudah hidup terlalu lama di dunia ini. Tapi ternyata, mereka berpisah di Kementrian, sebagai pasangan yang mengajukan perpisahan.

Aline mengasihani hidup nya.

Jika dari awal, ia tahu mereka akan berpisah. Maka seharus nya, ia tidak berusaha sekuat mungkin membuat pria itu jatuh cinta, ia tidak akan pergi ke perpustakaan karena saat itulah pria itu menunjukkan perasaan nya, ia tidak akan membantu pria itu membuat ulang semua ramuan. Ia seharusnya tidak usah melakukan itu semua.

William mencari kepala Aline di antara kerumunan orang hingga akhirnya ia bisa menemukan satu-satu nya wanita bermanik hijau itu.

William segera melangkahkan kaki panjang nya sembari mengeluarkan kartu identitas nya, "Ketua Auror A1 berhak meminta kalian untuk menyingkir dari jalan ku."

William menarik Aline ke dalam dekapan nya lalu mencium kening nya lembut, seketika semua orang membicarakan hal itu.

"Aku menemukan satu bukti lagi, Aline."























T B C

Dukung Jalal bersama Jodha—ga deng, lebih rela sama Salimah.

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang