Aline melangkahkan kaki nya menuju ruangan yang di tentukan. Ia menggunakan pakaian formal dan kacamata hitam bertengger di hidung nya. Alasan nya, untuk tidak melihat tatapan heran dan penasaran pekerja yang memandangi nya.
Jantung nya berdegub kian kencang ketika ia akan semakin dekat dengan pintu coklat besar itu. Di sekitar sana sudah tidak ada orang, membuat Aline menarik kacamata hitam nya dan menunjukkan mata nya yang indah, hijau dan tajam.
Aline masuk ke dalam ruangan dan langsung menarik perhatian semua orang. Berbagai kilatan cahaya terus mempotret bidang wajah nya yang sempurna hingga akhirnya ia duduk di kursi panjang yang bersebrangan dengan seorang pria dengan pakaian formal yang sama di sana.
"Nona Aline, kau yang mengajukan permintaan perpisahan ini. Benar?"
Aline menatap tetua sihir itu lantang, "Yes, sir."
Semua orang berbisik membicarakan pasangan yang terlihat baik-baik saja dan menebak alasan kenapa mereka ingin berpisah.
"Apa alasan mu memberikan permintaan ini, Nona Aline?" tanya pria dengan janggut yang panjang hingga ke bawah dan memakai jubah hitam kebesaran.
Semua kembali diam, memandangi wanita yang masih sangat cantik di umur nya yang sudah kepala tiga. Sedangkan, Aline, ia diam sejenak lalu menunduk sebentar kemudian kembali menatap pria yang di segani semua para penyihir ini dengan lantang dan tegas.
"Dia melanggar janji nya, sir."
Seketika semua nya ricuh, bisik-bisik itu terdengar sangat kencang hingga membuat pria tua itu melayangkan tongkat sihir nya untuk mendiamkan semua orang agar keadaan kembali tenang.
"Apa kau bisa memberitahu ku janji apa itu?"
Aline tersenyum kecil, "Janji untuk menjadikan ku satu-satu nya di hidup nya. Janji untuk menjaga anak ku. Dan janji untuk tidak menyakiti anak-anak ku." Aline menoleh sebentar ke arah pria yang duduk di samping nya. "Lagipula, kami sudah tidak mencintai."
Semua orang terus berbisik namun kali ini dengan suara yang lebih pelan dan kilatan cahaya sesekali mempotret sorotan atensi sekarang.
"Tuan Severus," kali ini tetua menoleh ke arah pria itu, "Apa tanggapan mu tentang ucapan Nona Aline?"
Severus diam, ia masih memandangi wajah wanita itu dari samping. Ia terlena dengan cantik nya Aline bahkan dengan memakai pakaian formal dan rambut di ikat kuncir kuda. Severus menarik nafas lalu meluruskan pandangan nya, "Aku membenarkan ucapan nya."
Bisikan itu kuat seketika, tak menyangka dengan balasan dari pria yang berstatus kepala sekolah dari tempat yang sangat berpotensi bagi penyihir-penyihir muda.
"Tapi," semua nya kembali diam. "Aku menyangkal kalimat terakhir ucapan nya."
Aline langsung menoleh menatap pria itu dengan tatapan tajam dan memberikan nya kode, jangan membuat ini semakin rumit.
Severus yang juga melihat tatapan itu tak perduli dan malah tersenyum manis, "Aku masih mencintai nya, Sir. Masih sangat mencintai nya."
Aline menghembuskan nafas dari mulut nya dan memutar bola mata nya malas sembari menggeleng samar.
"Kedua tanggapan kalian sangat bertolak belakang."
"Tidak ada pria yang ingin melepaskan wanita yang di cintai nya, Mister."
"Dan tidak ada wanita yang ingin terus menerus di duakan."
Kedua nya saling pandang, melemparkan peperangan hanya dengan tatapan mata. Namun beda nya, Aline terang-terangan melemperkan kebencian dari manik hijau nya sedangkan Severus menatap nya lembut dari onyx kehitaman nya.
"Baiklah, aku akan mempertimbangkan kedua ucapan kalian. Untuk sekarang, kalian tidak boleh bertemu sampai aku kembali memanggil dan duduk di hadapan ku seperti ini."
Setelah mengatakan kalimat itu, pria tua yang menjadi paling di dengarkan saat ini menyingkapkan jubah nya dan langsung hilang saat itu bersamaan dengan dewan-dewan yang lain.
Aline menghela nafas lalu berdiri dan berjalan cepat bahkan sebelum Severus membuka mulut nya untuk mengajak berbicara. Semua kilatan cahaya langsung menyerbu dan semua orang berebut ingin melemparkan pertanyaan untuk mereka taruh di surat kabar. Namun tidak ada satupun dari mereka yang mendapat atensi wanita cantik itu maupun Severus.
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*
Sudah hampir satu bulan, Aline dan Severus tidak saling bertemu. Kedua nya memiliki perubahan yang sangat mencolok. Severus yang lebih banyak diam dan Aline yang juga lebih giat bekerja.
Aline benar-benar tidak membiarkan diri nya untuk diam dan tenang, ia terus saja menyelesaikan dokumen dan jika sudah selesai, ia akan kembali menyusuri kemana hilang nya ramuan milik nya.
Pencuri nya benar-benar tidak meninggalkan jejak. Yang Aline dapatkan hanyalah surai baju berwarna merah. Namun banyak orang yang memakai pakaian berwarna merah.
William sering kesal dengan nya karena terlalu menyibukkan diri. Membuat ramuan, menulis laporan, menyelesaikan dokumen, bekerja untuk Departemen dua atau tiga, membuat ramuan, menulis laporan — dan seterus nya.
"Kau membuat Bell dan Peter seperti Yatim Piatu!" bentak William yang sebenarnya sangat menyeramkan, tidak ada yang pernah melihat ketua Departemen unggulan itu semarah ini.
"Mereka akan baik-baik saja—"
William menggeram kesal dan langsung menarik tangan Aline kuat dan kasar dan memaksa wanita itu untuk menatap mata nya yang tajam dan menyeramkan. "Itu pikiran yang sama dengan Severus saat menikah dengan gadis lain, Nona Aline yang terhormat!"
Aline terdiam, ia menelan ludah nya kasar saat ia tertarik ke kenyataan dan menyadari ketua nya sudah sangat marah.
"Kalian sudah menghancurkan mental mereka dengan sangat parah dan kau juga masih tak perduli dengan mereka!" William menggertakkan gigi nya, "Kau tidak ada beda nya dengan pria bajingan itu!"
Aline meringis, ucapan William benar-benar menusuk hati. Tiba-tiba, rasa bersalah menyerang nya. Ia juga jarang pulang ke rumah membuat anak-anak tak dapat perhatian nya. Aline mengulum bibir nya sembari menunduk.
"Sorry, sir. Pikiran ku kacau. Aku tak bisa—"
William menunjuk pintu keluar ruangan ramuan wanita ini, "Pulang. Dan temui mereka." penuh penekanan membuat Aline langsung mengangguk pasrah.
"Alright, i'm sorry." cicit Aline pelan sebelum akhirnya melangkahkan kaki nya untuk pergi meninggalkan semua pekerjaan nya. Jujur saja, tubuh Aline langsung gemetar, seumur hidup baru kali ini ia melihat William sangat marah hanya karena ia tidak memperhatikan anak-anak nya.
Aline masuk ke dalam mobil dan akan melajukan nya menuju rumah jika saja manik hijau nya tidak melihat atensi seorang gadis cantik dengan mata biru memabukkan dan rambut bergelombang berwarna hijau di ujung nya menatap penuh mohon.
Aline menghela nafas gusar.
T B C ...,
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul.
FanfictionPasangan jiwa mu tidak akan tertukar dengan jiwa manapun. Benarkah? Apa yang terjadi setelah berakhir nya takdir benang merah dan mereka kembali bersama hingga mempunyai keturunan. "Kau Ayah-" Wajah Peter terlihat sangat menyeramkan, "-Terburuk y...