#40

791 145 185
                                    

"Fuck off!"

Severus tersentak mendengar kalimat usiran yang keluar dari mulut istri nya itu. Wajah nya memerah, seumur hidup, tak pernah ia mendengar Aline mengeluarkan kalimat tidak sopan kepada nya. Severus mengeraskan rahang nya.

Aline mengusap wajah nya frustasi, "Kemarin Peter sekarang Bell. Besok siapa, Sir?! Aku?"

"Aline, Bell ingin pergi keluar dengan anak Potter di jam delapan malam dan kau ingin aku membiarkan nya?" Severus mencoba memberi pembelaan.

Aline menggertakkan gigi nya menatap pria itu tajam dan penuh dendam membuat Severus tanpa sadar memundurkan langkah nya.

"Aku sudah tidak perduli ucapan mu, Sir." nafas Aline memelan, "Sudah ku putuskan. Kita berpisah."

D E G H !

Severus merasakan nafas nya tersekat dan hampir tak bisa bernafas, otak nya tak bisa memberikan sinyal dengan jelas pada jantung hingga membuat nya berdetak memelan itu juga berakibat melemas nya tubuh Severus seakan semua tenaga nya hilang di bawa terbang oleh angin.

Bagai di sambar petir di siang bolong, Severus bahkan tidak bisa mengucapkan sepatah katapun.

"Sudah cukup, Sir. Aku tidak sanggup melihat kedua anak ku menanggung beban yang sangat besar di umur mereka yang masih muda." Suara Aline terdengar tegas walau ia sedang berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis saat ini. Lima belas tahun pernikahan tidak ada guna nya, takdir sialan itu tak berpengaruh, langit seakan buta dengan apa yang terjadi.

"Lalu kau pikir perpisahan kita tidak akan membuat beban mereka semakin berat?" Severus mendekat, menatap wanita itu intens.

"Dari awal, kau lah yang membuat beban itu sendiri!" Aline tak mau terlihat lemah dan tetap menatap manik hitam itu mendekat. "Apa kau tidak bisa membayangkan nya?" Aline memelankan suara nya. "Bell bertingkah layak nya anak murid biasa, dia tersenyum pada wanita yang berstatus istri kedua dari Ayah nya dan berpura-pura seperti tidak tahu apa-apa karena tidak ingin merepotkan aku ataupun kau? Apa kau tidak bisa membayangkan betapa berat nya posisi itu, hm?"

Severus menelan ludah nya kasar, "Cepat atau lambat, dia pasti akan tahu."

"Tapi tidak dengan menampar nya, Severus Snape!" emosi Aline kembali meninggi mengingat bagaimana putri nya menangis tersedu-sedu di pelukan nya. Ia berjalan ke belakang dan memegangi kepala nya agar tidak di kendalikan oleh amarah.

"Dengar," Aline mendekat dan menatap nya lekat-lekat. "Aku tidak menerima penolakan—"

"Selama aku menjadi suami mu, aku berhak menolak."

"Aku juga tidak mendengar bantahan." Aline menggertakkan gigi nya pelan, "Aku akan mengurus perpisahan kita pada tetua dan aku akan meminta untuk memberikan Bell dan Peter pada ku—"

"Kita tidak akan berpisah dan kau tidak akan membawa mereka kemanapun!"

"—Dan ku harap kau datang pada pemenuhan pertama."

Aline menatap pria itu dingin, sempat ada keheningan di sana sebelum akhirnya ia merendahkan suara nya. Severus terlihat frustasi dan Aline tak kalah frustasi dengan nya. Jauh dari dalam hati Aline, ia tentu tak mau berpisah dengan pria yang ia cintai dengan seluruh hidup nya. Tapi ini harus di lakukan, demi buah hati nya.

"Aku hanya ingin bersikap adil."

Aline menarik nafas panjang.

"Nancy hanyalah gadis muda. Dia juga gampang tersinggung. Aku hanya ingin anak-anak ku bisa menghormati nya walau tidak akan pernah menganggap nya pasangan dari Ayah nya."

Aline diam, mendengarkan pria itu. Hati nya mencelos dalam melihat bagaimana pria ini sangat ingin menjaga hati gadis itu. Pertahanan nya hampir goyah, tidak Aline, tidak, jangan tunjukkan kelemahan mu sekarang.

Aline berdecih pelan dan tertawa renyah, "Kau pembohong, Sir."

Severus menatap nya sayu.

"Kau bilang pada ku saat kau kembali ke tubuh semula setelah hilang menjadi abu," Aline mengigit bibir bagian dalam nya, "Tidak akan ada orang lain, tidak ada Lily atau siapapun. Just you and me." Aline kembali tertawa hambar, "Bullshit."

Severus menelan ludah nya kasar, tentu ia ingat bagaimana ia menjanjikan hidup hanya berdua dengan wanita ini.

"Tapi sekarang, ada gadis yang menunggu pulang dan kau bahkan menampar putri mu sendiri karena—"

"Bell tidak sopan, Aline. Dia perlu di beri pelajaran."

Aline tersenyum miris, "Kau lupa janji mu saat Bell masih ada di perut ku, huh?" Aline menaikkan satu alis nya. "Aku akan menjaga nya seperti seorang putri, aku tidak akan menyakiti nya seujung kukupun, dia sangat berharga bagi ku.''

"Aline—"

"Aku sudah tidak tahan, Sir." Aline menarik nafas panjang, jantung nya melemah karena apa yang akan ia ucapkan sekarang akan merubah keadaan kedepan nya. "Mari berpisah." jantung mereka sama-sama melemah.

Severus merasakan mata nya mulai memburam, "Aline—"

"Kau tidak bisa mengubah keputusan ku, Severus." Aline langsung memotong cepat, mencegah diri nya akan luluh karena ucapan pria yang masih sangat ia cintai ini.

Saat itu juga air mata Severus lolos, tidak seperti Aline yang menahan diri nya agar tidak menangis dan menunjukkan diri nya sedang lemah. Severus malah menunjukkan nya, lagipula, ia tidak mau berpura-pura kuat di saat istri nya meminta berpisah dengan nya.

"Aline, kau tahu aku mencintai mu."

"Aku lebih mencintai mental anak-anak ku."

Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seorang gadis dengan manik biru indah dan rambut hitam kehijauan itu, ia melihat Severus yang sudah menangis lantas langsung masuk dan menarik suami nya itu dalam dekapan nya.

Aline menelan ludah nya kasar menatap mereka berdua dengan dingin. Hati nya ngilu, bagaimana bisa ia melihat pemandangan ini tepat di depan nya dan di ruangan nya sendiri.

Nancy menatap Aline sebentar, tapi Aline bisa lihat maksud tatapan itu. Apa yang kau lakukan pada nya?

"Aline."

Sebuah suara lain terdengar, dan itu datang dari Oliver yang langsung masuk dan memeluk nya sangat erat. Severus melihat itu langsung mengepalkan tangan nya kuat dan akan memukul pria itu jika saja ia tak sengaja bertatapan dengan Aline yang menatap nya dingin dan tajam.

"Ku rasa kita harus pergi." Nancy membuka suara, menangkup wajah Severus yang hanya di balas anggukan.

Aline dan Oliver memandangi kepergian mereka lalu menarik nafas panjang.

"You okay?"

"Apakah ada orang yang baik-baik saja ketika akan berpisah dengan pasangan nya?"

Oliver membelai rambut nya lembut, "Ayo, aku akan membuat mu tenang."

Tidak ada yang tahu, bahwa ada gadis berumur enam belas tahun duduk meringkuk bersandar pada pintu putih yang seharus nya ia sudah tidur di kamar ibu nya dan mendengarkan semua percakapan orang tua nya. Ia sedang menangis, namun suara nya ia tahan agar tidak ada yang tahu bahwa dia ada di sana.

Bell mengepalkan tangan nya kuat, "Daddy ...," suara nya bergetar, "You hurt my mommy ...,"













T B C

sorry kalo kurang epic

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang