#1

1.4K 197 131
                                    

Severus mencium kening wanita yang tidur di samping nya. Ia diam sejenak lalu tersenyum lembut, ia masih tak menyangka, gadis yang berumur lima belas tahun saat ia nikahi sudah menginjak kepala tiga bulan depan nanti. Akhirnya ia memiliki sebuah keluargga kecil yang ia impikan dari dulu. Beda nya, ia dulu bermimpi akan bersama Lily. Namun ia menyesal karena pernah memimpikan itu, karena bersama Aline jauh lebih baik.

Severus memandangi wajah istri nya lembut, mereka melakukan nya selama lima jam penuh dan sudah pasti wanita ini kelelahan. Terkadang ia kasihan dengan nya, selalu menuruti nafsu nya bahkan ketika dia baru saja pulang kerja.

Tapi itu tidak sepenuh nya salah diri nya. Salah dia juga kenapa tetap terlihat cantik dan menggoda bahkan saat dia sedang tidak melakukan apapun.

Aline menggeliat kecil membuat Severus kembali tersenyum. Demi Tuhan, dia tidak akan berpaling dari wanita ini. Tidak akan pernah.

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.

Severus tersenyum menyambut anak nya pulang, ia lantas membelai rambut Peter lalu senyum nya semakin lebar saat melihat anak gadis nya itu. "Hi, honey. Bagaimana piknik nya."

"Great, Daddy!" balas Bell semangat.

Aline yang baru keluar dari dapur tersenyum ke arah Peter yang sudah masuk duluan namun senyum nya menghilang kala melihat wajah murung putra nya itu, ia lantas menoleh ke arah suami nya yang sedang berbicara pada Bell sambil tersenyum manis.

Aline meletakkan sapu tangan nya lalu berjalan menyusul Peter dengan cemas, ia kemudian masuk ke dalam kamar putra nya dan sang pemilik kamar sudah melompat ke atas kasur.

Aline diam sejenak lalu menghela nafas, "What's wrong, Peter?"

Bocah laki-laki itu tersentak kala mendengar suara ibu nya, ia lantas bangkit dari tidur nya dan duduk di pinggir kasur. "Nothing, Mom. Hanya. . .," Peter melirik ibu nya sejenak, "Hanya kelelahan, itu saja."

Aline diam menatap wajah tampan putra nya itu, "Are you sure?"

"Yeah," Peter melirik Aline sekilas lalu kembali menunduk ke lantai, "Sangat yakin, Mom."

Aline menghela nafas panjang lalu bergerak duduk di samping pria kecil ini, tangan nya terangkat untuk menghelus punggung nya lembut. "What's happen?" suara Aline merendah dan melembut membuat mata pria itu seketika berair, seakan sesuatu yang dia sembunyikan daritadi berontak untuk keluar.

Peter akhirnya menatap Aline dengan mata yang bersiap untuk menangis, "I'm your son, i am?"

"Yes, Of course, honey. Nama belakang mu adalah Snape, begitu juga Mommy."

Peter mengigit bibir bawah nya menahan air mata nya yang ingin keluar, "Lalu kenapa Daddy tidak menatap ku seperti kau menatap ku sekarang, Mom?"

Aline mengerutkan kening nya heran, "Apa maksud mu, Sayang?"

"Ini terjadi berulang kali." Peter membuang tatapan nya, "Dia hanya perduli pada Bell. Hanya Bell anak nya, aku seakan cuman boneka yang tak di perdulikan atensi nya!"

"No," Aline berusaha menatap manik kehitaman putra nya, "Not like that, Peter."

Aline lantas menarik kepala Peter ke dalam dekapan nya hangat dan seketika tangis nya pecah. Aline menepuk lembut punggung nya, "Daddy menyayangi mu, kau tahu itu."

"Tidak, mom, dia tidak menyayangi ku." Peter terisak di bahu ibu nya, "Dia hanya menyayangi Bell. Hanya ada Bell, Bell dan Bell dalam hidup nya!"

Aline mencium kening putra nya, "Dia menyayangi mu. Dia hanya—you know— tidak tahu cara menunjukkan nya."

The Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang