Aline terbaring di atas ranjang putih hitam yang sudah acak-acakan, tidak ada pencahayaan selain cahaya bulan yang masuk dari jendela hingga tidak ada yang sadar bahwa ruangan ini sudah kacau balau. Serpihan kaca di mana-mana, pajangan poto yang tidak lagi terpajang dengan benar, kursi yang terbalik dan buku yang tidak tersusun rapi di rak nya.
Sang pemilik kamar menenggelamkan tubuh nya di antara kapuk kasur, tidak membiarkan siapapun tahu bahwa dia sedang menangis saat ini dan membuat seprai putih nya basah.
Pria itu menuruti keinginan nya.
Dan sekarang dia bukanlah satu-satu nya pemilik tahta hati seorang Severus Snape. Dia bukan lagi satu-satu nya perempuan berstatus istri dari kepala sekolah itu. Aline benar-benar di duakan.
Sekarang, dia merasa pilihan nya sangat salah. Apakah salah dia ingin suami nya terbebas dari dosa karena hubungan di luar pernikahan? Dan mereka sering bertemu itu sebabnya akan sangat sulit untuk menahan diri jadi Aline hanya ingin pria itu tidak punya beban apapun. Tapi bukankah itu terlalu baik hati untuk seorang wanita yang di selingkuhi?
Demi Tuhan, walaupun dia merasa sakit dia masih mencintai pria itu.
Aline meremas seprai kasur nya dengan kuat sembari masih menangis dengan kuat, air mata nya seakan tidak bisa habis. Isakan nya terendam di kasur tersebut.
Tiba-tiba suara pintu terketuk membuat Aline tersentak. Hanya ada dia di rumah ini. Tidak mungkin suami nya yang baru saja melaksanakan pernikahan kedua. Lalu siapa?
"Aline," suara lembut itu terdengar membuat Aline bangkit dari tidur nya tapi masih duduk di atas kasur dan menatap ke arah pintu, "Ini aku, Wood."
Aline menelan ludah nya kasar, ia lantas menunduk sejenak sambil mengigit bibir nya kuat. "Apa yang kau lakukan di sini. . .,"
"Tidak ada, aku hanya mengikuti insting ku." Pria itu kembali mengeluarkan suara, "Insting ku mengatakan kau sedang tidak baik-baik saja."
"I'm Fine, Senior." balas Aline dari dalam.
"Aku mengenali suara mu ketika bahagia, marah, terkejut dan sedih, Aline." Oliver diam sejenak, "Dan suara mu menunjukkan kau sedang tidak baik-baik saja."
Aline terdiam di tempat nya, tangan nya kembali meremas seprai dengan sangat kuat dan kembali menitikkan air mata nya. Kenapa, kenapa harus pria itu yang ada di saat sisi terpuruk nya?
"Aline . . .," Oliver meraih kenop pintu dan membuka nya, ia terkejut ketika melihat ruangan perempuan itu tidak lagi dalam kata rapi. Namun tatapan nya terhenti di seorang wanita yang sedang duduk di atas tempat tidur nya sambil menunduk dan menangis. Tanpa babibu dia langsung berjalan mendekat, melewati serpihan kaca dan barang hancur lain nya menuju tempat wanita itu lalu berlutut di samping nya.
Oliver meraih tangan Aline lalu menggengan nya hangat, manik nya menatap wajah nya yang masih menangis dan tak bisa menahan nya. "Kau terlalu cantik untuk mengeluarkan air mata, Aline." ujar nya sambil mengusap kelopak mata Aline.
Aline akhirnya membalas tatapan Oliver, "Aku masih kalah cantik dengan guru ramuan, Wood. . .,"
Oliver mengerutkan kening nya dan menggelengkan kepala nya heboh, "Tidak, Aline, tidak. Jika ada yang mengatakan dia lebih cantik daripada diri mu maka ada yang salah dengan mata nya."
Aline menelan ludah nya kasar lalu menatap tangan nya yang di genggam oleh pria itu, "Aku merasa gagal, sebagai ibu dan istri."
Oliver menarik nafas lalu bangkit dan duduk di samping Aline, ia menarik kepala wanita tersebut hingga bersandar di bahu nya. "Pria itu yang gagal mempertahankan wanita sesempurna kau, Aline."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul.
FanfictionPasangan jiwa mu tidak akan tertukar dengan jiwa manapun. Benarkah? Apa yang terjadi setelah berakhir nya takdir benang merah dan mereka kembali bersama hingga mempunyai keturunan. "Kau Ayah-" Wajah Peter terlihat sangat menyeramkan, "-Terburuk y...