Sudah seminggu ini Aline tidak menemui William ataupun Oliver setelah acara makan malam nya dengan atasan nya itu. Ia hanya diam di ruangan nya dan mengerjakan tugas nya seperti biasa, sebisa mungkin ia menghindari pertemuan dengan kedua pria itu.
Sama seperti saat ini, Aline hanya duduk menatap layar komputer setelah dua jam lebih.
"Jangan kira aku tidak tahu kau tidak datang selama seminggu, Aline."
Aline menaikkan satu alis nya ketika melihat Maykel masuk ke dalam ruangan nya, "Apa maksud mu, Maykel?"
"Kau tidak ada setiap jam kerja, kau hanya hadir saat Sir All atau sir Addie datang." Maykel berjalan mendekat,"Apa kau sedang dalam misi rahasia?" Maykel memelankan suara nya.
Aline tersenyum kecil, "Rahasia, tapi semua orang mengetahui nya."
Maykel membalas senyuman Aline namun terlihat jelas bagaimana bimbang nya pria ini.
Aline mengerutkan kening nya, "Ada apa?"
"Ada sesuatu yang harus ku beritahu pada mu," wajah Maykel seketika berubah menjadi sedih, Aline menegakkan duduk nya menatap pria itu menunggu kalimat yang keluar dari duduk nya. Maykel menghela nafas gusar, "Aku—"
"Permisi, Nona." tiba-tiba pintu di ketuk dan menampilkan seorang pria dengan baju formal namun di bawah Aline. "Aku ingin memberitahukan bahwa,"
"Madam Pomfrey di nyatakan meninggal hari ini."
D E G H !
Aline mengeraskan rahang nya, jantung nya melemah dan hampir tidak berdetak setelah mendengar kabar itu dari mulut bawahan nya. Mata nya seketika memanas dan memburam, perasaan aneh menyerang nya, gigi nya bergemelutuk membuat Aline bersandar dengan tubuh nya yang melemah ke sandaran kursi.
Maykel menatap Aline dengan sedih nya, sebagai sesama anggota tim 1, Maykel tahu bagaimana teman nya itu sangat menyayangi wanita tua yang bekerja sebagai perawat di sekolah sihir Inggris yang terkenal.
Aline menelan ludah nya kasar lalu menoleh ke arah Maykel, "Ini yang ingin kau beritahu?"
Maykel merasa tidak enak hati lalu dengan sedih yang mendalam, ia menganggukkan kepala nya.
"Keluarlah." titah Aline.
Baik Maykel ataupun pria yang menyampaikan pesan sama-sama tidak berani membantah ucapan wanita itu lantas menuruti nya, mereka menunduk dan berjalan mundur hingga sampai di pintu kemudian menutup nya pelan-pelan.
Tepat pintu di tutup, saat itu juga tangis Aline pecah. Ia meraih pangkal hidung nya dan menangis sekuat-kuat nya. Tidak, ia tidak mau menahan kesedihan nya. Ia kehilangan wanita yang ia anggap sebagai pengganti ibu nya, wanita yang selama ini merawat nya hingga menjadi gadis saat umur lima belas tahun saat akhirnya ia di jaga dan di urus oleh pria yang menikahi nya. Aline menarik nafas panjang dan menangis semakin kencang, ia mencapai titik terpuruk selama hidup nya. Ini lebih menyakitkan daripada mendengar Severus menikah lagi. Ini seratus kali lebih sakit daripada itu.
Dan ia meninggal setelah,
Aline menemui nya kemarin.
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*
Oliver baik William membiarkan Aline bersama anak-anak nya selama sebulan ini. Mereka tahu Aline masih merasa kehilangan itu sebab nya mereka tidak ingin menganggu wanita itu dan memudahkan nya untuk mendapatkan ketenangan.
William sering menggantikan Aline di dalam pekerjaan nya dan setiap kali ada yang ingin memanggil Aline maka William akan melarang nya dengan tegas.
Oliver pun sering mengerjakan dokumen ataupun laporan nya, agar wanita itu tidak akan mendapatkan tumpukan tugas setelah absen berminggu-minggu.
Tapi tepat seminggu setelah pergantian bulan, Aline datang untuk pertama kali nya melangkahkan kaki di kantor nya ini. Ia terlihat baik walau masih tidak bisa menutupi kekosongan di wajah nya. Ia terlihat pendiam dan tertutup, padahal ia sudah mulai terbuka menjadi Aline yang asli saat berpisah dengan suami nya itu. Namun ia kembali berubah menjadi wanita yang dingin dan menyeramkan.
Aline masuk ke dalam ruangan nya ternyata melihat Oliver yang sedang duduk di kursi nya dan memainkan jari di komputer nya.
"Aline, kau sudah kembali?"
Aline tersenyum kecil, sangat kecil dan tipis. Ia melangkah masuk, "Kehilangan tidak membuatku harus berhenti menjalani hidup, bukan?"
Oliver senang wanita ini bisa mengendalikan perasaan nya, "Aku sudah mengerjakan tugas mu, kau tidak akan mendapat kesulitan karena tidak datang."
Aline masih tersenyum kecil, "Terimakasih."
Pintu terbuka dan menampilkan William dengan nafas terengah-engah, seperti nya ia baru saja lari setelah mendengar kabar kedatangan Aline.
"Kau kembali, Aline?"
Aline menaikkan kedua bahu nya, "Kau lihat aku di sini, Sir."
"Baguslah." William menghembuskan nafas lega. "Ku pikir kau akan melakukan hal bodoh."
Aline terkekeh kecil, "Hal bodoh yang pernah ku lakukan adalah," wajah nya berubah datar dan dingin, ia menatap lantai kosong, "Mencintai seseorang dengan sangat dalam."
William dan Oliver menelan ludah nya kasar mendengar hal itu.
"Tapi sudahlah," Aline tersenyum. "Semua sudah berlalu." Aline berbalik dan hendak meletakkan tas nya ke atas meja.
"Aline," Panggil William. "Kau sudah menanyakan Sir All tentang ramuan itu?"
Senyum Aline menghilang dari wajah nya setelah mendengar hal itu. Oliver menatap William tajam dan berusaha mengatakan bahwa ini bukan waktu yang tepat namun ia terkejut ketika mendengar jawaban wanita ini,
"Sudah." balas Aline dengan suara rendah. "Dan aku mendapatkan jawaban nya."
"Lalu katakan!" sahut William tak sabaran.
Aline diam, ia terlihat memikirkan sesuatu hingga akhirnya menggelengkan kepala nya samar. "Tidak, nanti saja—"
"Ini sudah sangat lama, Aline. Kau tidak bisa mengulur waktu ter—"
"Lalu kenapa kau tidak pernah memberitahu ku bahwa kau adalah murid Gryffindor saat bersekolah di Hogwart, Sir?!" Aline berbalik menatap nya tajam.
D E G H !
William terkejut mendengar ucapan Aline dan tidak menyangka bahwa wanita itu akan mengetahui nya padahal ia sudah berusaha sekuat mungkin untuk menutupi nya.
"Semua petunjuk mengarah pada Oliver," Aline menggertakkan gigi nya. "Tapi bukankah kau yang menemukan semua bukti tersebut? Apa kau tidak menemukan kejanggalan, Sir?"
"Aline—"
"Kau tidak bisa melakukan ini terus menerus." Aline memotong nya dengan cepat lalu berjalan mendekat seakan ingin menusuk nya melalui mata nya, "Kau menyebalkan."
Aline melangkahkan kaki nya pergi dan menabrak bahu William kuat sebelum nya. Oliver berdiri dari duduk nya kemudian tersenyum penuh kemenangan ke arah William lalu berjalan menyusul Aline.
"Aline," Oliver mendekat, "Kau harus menjernihkan pikiran mu—"
Oliver menelan ludah nya kasar saat wanita itu menodongkan tongkat sihir nya tepat di leher nya. "A-aline ...,"
"Kau bajingan, Senior." mata Aline terlihat seperti pembunuh berdarah dingin. "Aku tahu kau pelaku nya."
T B C
Wayo, overthinking.
Ga rame ga lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul.
FanfictionPasangan jiwa mu tidak akan tertukar dengan jiwa manapun. Benarkah? Apa yang terjadi setelah berakhir nya takdir benang merah dan mereka kembali bersama hingga mempunyai keturunan. "Kau Ayah-" Wajah Peter terlihat sangat menyeramkan, "-Terburuk y...