Sudah lima belas tahun berlalu, kini Aline dan Severus memulai hidup yang baru. Benar-benar baru. Tidak ada Lily, tidak ada Oliver atau siapapun, hanya mereka berdua. Mereka sudah mendapatkan kehidupan yang sempurna, bekerja sebagai Guru dan Auror, di anugerahi dua anak yang cantik dan tampan. Tinker Bell Snape dan Peter Pan Snape. Aline yang memberi nama nya, ia sangat suka dengan dua tokoh dongeng tersebut.
Katakan, apa lagi yang kurang sempurna dari hidup yang ia jalani ini?
Jam delapan lewat sepuluh menit,
Keluargga kecil itu sedang sarapan di meja bulat berwarna coklat itu. Seperti biasa, Severus yang memasak dan Aline yang menyiapkan anak-anak, mereka membagi tugas setelah mengalami perdebatan yang panjang.
Awalnya, Severus ingin, ia lah yang mengurus anak sepenuh nya dengan begitu Aline tidak merasa capek setelah bekerja sebagai Auror seharian. Tapi Aline menolak dengan cepat, suami nya itu sudah tua, bagaimana jika anak nya sangat tergantung dengan pria itu dan melupakan atensi nya sebagai ibu mereka? Ia bisa setress.
"Mommy," panggil Bell saat ia sedang menyuapkan sup sayur buatan Ayah nya.
"Yes, dear?" balas Aline cepat.
Gadis itu diam sejenak, "Kenapa kau menamai ku Tinker Bell dan adik Peter Pan?"
Aline menatap putri sulung nya itu, "Karena itu adalah karakter dongeng kesukaan Mommy."
"Bukankah itu terlalu kekanak-kanakan?" tanya Bell lagi yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Severus dan mengode nya bahwa itu tidaklah sopan.
Aline menyenggol lengan Severus agar menghentikan tatapan nya itu, "Well," ia diam sejenak, "Mommy memang masih anak-anak saat di nikahi oleh Ayah mu."
Severus terbatuk mendengar nya lalu melirik istri nya sebentar, "Bell, apa kau sudah menyiapkan barang-barang mu?" pria itu langsung mengalihkan topik pembahasan nya, tak ingin membahas hal itu. Bell mengangguk sebagai jawaban.
Aline menyadari mimik wajah putra bungsu nya, "Peter?" panggil Aline, "Ada apa? Kau kehilangan makanan Kelinci mu lagi?"
Peter mengerucutkan bibir nya menatap ibu nya itu, "Kalian berbohong pada ku!"
Aline dan Severus tersentak mendengar nya, mereka saling tatap sebentar lalu kembali menatap putra nya itu. "Kami tidak berbohong apa—"
"You are my sister, are you?!"
Aline menaikkan satu alis nya heran dengan pertanyaan putra nya, "Kenapa kau berfikir seperti itu?"
"Karena aku ingin mengambil air minum tadi malam," Peter menatap kedua nya tajam, "Dan aku mendengar mu memanggil Ayah ku, Daddy!"
.....
Semua nya terdiam, hanya suara angin yang melewati ruangan dan detak jarum jam yang terdengar. Apalagi saat tatapan Peter semakin tajam dan Bell menatap semua nya heran, tak mengerti tentang keadaan.
"Owh, shit." lirih Aline pelan yang tak bisa di dengar oleh siapapun. Ia mengutuk suara nya yang mungkin terlalu besar hingga putra nya yang masih polos itu mendengar nya. Tapi ini juga tidak lepas dari kesalahan pria yang duduk di samping nya ini, andai ia tidak—akh sudahlah.
Aline mendekatkan tubuh nya ke arah suami nya ini lalu berbisik, "Jelaskan pada nya."
Severus tersentak, "Aku juga tidak tahu bagaimana–"
"Jelaskan saja!" pekik Aline tertahan.
Severus menatap nya sebentar lalu menghela nafas kemudian tersenyum menatap putra nya itu, "Listen, my boy. Daddy dan Mommy itu–ehm. . .," ia kebingungan membuat alur cerita yang ada di dalam kepala nya, "Adalah Ayah dan Ibu kalian dan. . .," sial, dia benar-benar tidak bisa menyusun cerita nya, "Dan kau juga akan di panggil seperti itu nanti oleh pasangan mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul.
FanfictionPasangan jiwa mu tidak akan tertukar dengan jiwa manapun. Benarkah? Apa yang terjadi setelah berakhir nya takdir benang merah dan mereka kembali bersama hingga mempunyai keturunan. "Kau Ayah-" Wajah Peter terlihat sangat menyeramkan, "-Terburuk y...