2

98.8K 8.8K 1.4K
                                    

Mark sudah tiba di area sekolahnya. Mengintip sebentar jam tangan dan bergegas berlari menuju ke kelasnya.

Beruntung.

Ia masih bisa duduk dengan selamat tanpa harus kena omelan ataupun hukuman lari keliling sekolah.

"Nice timing"

Mark hanya tersenyum kecil saat seseorang datang menghampirinya. Dan meletakkan sebotol air di depannya.

"Keberuntungan selalu mengelilingiku" sahutnya sambil meraih botol itu. Meminumnya karena ia tahu itu untuknya tanpa bertanya sekalipun.

"Kecuali Minhyu-"

"Dia salah satu keberuntunganku"

Memotong ucapan orang itu tanpa ragu.

Tak lama, pelajaranpun dimulai. Hanya keseharian biasa. Seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran kepada murid-muridnya.

Dimana terlalu biasa dengan beberapa murid yang terlihat mengantuk meski masih tergolong pagi hari. Mungkin membosankan.

Kring~

Dan akhirnya tiba waktunya istirahat. Istirahat dari sesi membosankan itu.

"Mau ke kantin, Mark?"

Dan seseorang yang sama kembali bertanya padanya.

"Tentu"

Hendery. Bisa dibilang satu-satunya sahabat yang bisa Mark percaya. Bahkan Mark tidak ragu untuk mengenalkan seseorang yang merupakan 'keberuntungan' dalam hidupnya pada Hendery.

"Hari ini kau yang traktir kan, Mark?"

"Enak saja. Sekarang giliranmu"

Menyikut sosok yang lebih tinggi darinya itu tanpa ragu saat mereka tengah berjalan beriringan ke kantin.

"Oh, benarkah? Sepertinya aku lupa. Hahaha"

Seorang sahabat yang nampak ceria. Dilengkapi raut wajah jenakanya.

Mereka sampai di kantin. Hanya membeli makanan kemudian pergi mencari tempat yang sepi untuk makan.

"Halo"

Tentu saja agar Mark bisa melakukan video call tanpa rasa khawatir.

Disana nampak wajah bulat lucu tengan bertepuk-tangan ke arahnya.

"Hei, kau mengingatku? Aku Kakak yang tampan itu"

Memutar bola matanya malas saat ponselnya direbut paksa oleh Hendery.

Nampak sosok kecil di seberang sana girang sambil melambaikan tangannya.

"Sudah kuduga, aku memang populer. Bahkan anak bayi saja mengingat dan mengidolakanku"

"Kau bicara dengan rumput?"

Direbutnya kembali ponselnya. Dan memberikan senyum sangat lebar. Berbanding terbalik dengan sebelumnya.

"Minhyuk sudah makan?"

"Papapaaaa!"

Tentu saja bayi itu belum bisa menjawab dengan benar. Hanya kosakata 'Papa' yang ia ucapkan saat melihat sosok Mark.

"Nanti Papa belikan-"

"Tidak, Mark. Jangan belikan apapun lagi untuk Minhyuk! Apalagi mainan"

Itu Bibi Nam. Orang yang mengasuh Minhyuk, dan tentu saja mengurus rumahnya saat ia sekolah. Seperti sekarang.

"Ya, ya, ya. Aku tidak akan-"

Baby (MarkHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang