"Mom! Mom!"
Haechan langsung berteriak memanggil sang Ibu saat sampai di rumah.
"Ada a- astaga! Kenapa dengan wajahmu?!"
Sang Ibu langsung menghampiri Haechan begitu melihat bagaimana penampilan anaknya sekarang. Lengkap dengan raut wajah khawatirnya tentu saja.
"Mom harus jujur"
"Kita obati dulu ya?"
Haechan menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu Haechan ganti baju dulu ya?"
"Tidak, Mom! Ada yang lebih penting dari aku sekarang!"
Haechan langsung menangkap kepala sang Ibu agar bertatapan langsung dengannya.
Dan akhirnya merekapun saling melemparkan pandangan satu sama lainnya.
"Mom tidak membunuhnya?"
"Heum? Membunuh?"
"Mom tidak membunuh anak itu, kan?! Mom berbohong padaku!"
"Haechan, tenang dulu Nak"
"Bagaimana aku bisa tenang sekarang?! Setiap hari aku dihantui rasa bersalah! Setiap hari aku harus mendengar tangisan di kepalaku! Setiap hari aku tak pernah bisa tidur nyenyak karena memikirkannya! Setiap hari aku-"
Plak~
Sang Ibu akhirnya melayangkan sebelah tangannya ke arah pipi memar Haechan. Harus dilakukannya meski tak tega sekalipun.
"Tenangkan dulu pikiranmu, baru kita bicara baik-baik"
Dan pergi begitu saja. Meninggalkan Haechan yang masih terdiam disana.
Ibunya ini jarang marah padanya. Apalagi marah yang benar-benar hingga menamparnya seperti sekarang.
Ya, meski ada kalanya ia yang memang keterlaluan.
Haechanpun menuruti perintah sang Ibu. Masuk ke kamarnya untuk membersihkan tubuh dan pikiran.
~.a.b.c.~
Mark pulang dengan wajah kusutnya. Namun tak berlangsung lama saat ada sosok kecil merangkak cepat menghampirinya.
"PAPAAA!"
Menempel di kakinya dan berteriak-teriak riang.
Bagaimana bisa ia mengabaikan makhluk menggemaskan ini kalau sudah seperti ini?
"Astaga, anak Papa semakin berat saja sekarang"
Mengambil si bayi dan membawanya ke ruang tengah. Ruang bermainnya.
"Bi, Hendery akan kemari sebentar lagi. Setelah ia menyelesaikan urusan dengan kegiatan ekstra kulikulernya"
Meletakkan Minhyuk di atas karpet tebal disana, yang tentu saja si bayi menolak keras. Ia masih ingin bersama Papanya.
"Oh, benarkah? Bibi akan memasak yang banyak kalau begitu"
Bibi Nam memang senang sekali jika ada Hendery. Satu-satunya teman Mark yang berkunjung ke rumahnya. Ya, hanya Hendery memang.
Dengan keberadaan Minhyuk, Mark tak mungkin membawa orang asing ke rumahnya. Toh, ia sendiri juga tak begitu akrab dengan yang lain.
"Mau mandi dulu? Dengan Papa?"
"PAPAAA!"
Si bayi yang belum paham itu hanya kegirangan saja, apalagi saat dirinya kembali digendong oleh Mark.
Hingga saat Mark kembali, dengan Minhyuk dan dirinya yang sudah bersih dan wangi, ia mendapati orang yang katanya akan ke rumahnya itu sudah berada disana.