Terharu banget yg baca, vote sama komennya banyak 🥺😭 makasii teman teman semua🥺
~.a.b.c.~
"Minnie sudah tidur, Mark. Aku menitipkannya pada Mom"
Haechan menutup pintu kamarnya perlahan, kemudian beranjak mendekati kasur dimana sang suami berada.
"Kau mau apa?"
Sementara yang didekati justru mundur.
"Bukankah Mark tadi sudah setuju untuk membantuku?"
Mark hanya mendengus kecil, kemudian menutup komik yang sedang dibacanya. Meletakkannya di meja dekat kasur.
"Jadi aku harus memulainya bagaimana?"
Masih dengan nada ketusnya, Mark bertanya.
Haechan yang mulai gugup itu menggigit bibir bawahnya. Berusaha keras agar kedua matanya bertemu dengan sepasang mata sang suami.
"Aku...buka dulu, ya" cicitnya.
Matanya bahkan ikut bergetar dibuatnya. Bukan mau menangis, tapi karena terlalu gugup.
Perlahan namun pasti, tangannya mulai menyentuh ujung pakaian yang digunakannya. Pakaian yang memiliki kancing depan.
Mulai membukanya satu persatu dengan tangan yang sama-sama bergetarnya.
"Mark jangan menghinanya ya?"
"Cepat"
Haechan mengangguk dan kembali melanjutkan acara pembukaannya. Membuka kancing pakaian.
"Minnie sudah mencobanya berkali-kali, tapi belum mendapatkan apapun"
Sedikit sedih mengingatnya. Seolah memberi harapan palsu pada si bayi yang sepertinya sudah berekspektasi tinggi padanya.
Setelah terbuka semuanya, tangan Haechanpun berpindah ke atas tangan sang suami.
"Mark bisa kan? Untuk Minnie" ujarnya dengan nada penuh harap.
Untuk Minhyuk.
Kalimat itu selalu membuatnya kembali bersemangat. Mengingat kembali wajah si kecil yang menggemaskan itu.
"Jangan terlalu berharap"
Untuk Minhyuk.
Haechan berusaha meneriakkan kalimat itu dalam hatinya meski sudah dijatuhkan begitu saja oleh ayah dari bayinya sendiri.
"Pelan-pelan dulu ya, Mark" pintanya.
Dan kemudian mengarahkan tangan yang lebih berotot darinya ke arah dimana bagian tubuh depannya sudah terbuka.
"Lalu bagaimana?"
"Kata Bubu dipijat dulu, Mark"
Bukan hanya Haechan yang meneguk air ludahnya susah payah, orang yang ditarikpun nampak mengalami hal yang serupa.
"Be...gini?"
Dada Haechan tak bisa berdetak secara normal sekarang. Apalagi saat tangan besar itu sudah tiba di dadanya. Kemudian-
Meremasnya.
"Di...pi...jat...Mark"
Padahal ia sendiri sudah pernah mencobanya. Dengan tangannya sendiri. Tapi kenapa.... Rasanya berbeda?
Kembali menggigit bibir bawahnya. Dengan kedua mata yang mulai terpejam.
"Mhhh"
Menahan suaranya sendiri dengan gigitan di bibir.