38

59K 6.1K 1.6K
                                    

Selamat malam yang bacanya malam 😘 inget besok udah senin 😋

~.a.b.c.~

"Mark"

"Hm"

Haechan nampak murung dan tak bersemangat. Memalingkan wajah sambil melihat ke arah luar jendela mobil di dekatnya.

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa Minnie tidak ikut?"

"Mana kutahu"

Semakin meredupkan wajahnya. Membayangkan jika nanti malam akan ia lewati tanpa Minhyuk. Tanpa ada sosok bayi yang menempel padanya hingga terlelap. Bahkan masih memeluknya sampai kedua mata kecilnya terpejam.

"Nanti aku memeluk apa Mark kalau tidur?" tanyanya masih melihat keluar jendela.

"Mana kutahu"

Jawaban yang sama. Sama-sama tidak bisa membuat perasaannya lebih baik. Sesuai dugaan.

"Kita pulang kapan, Mark?" tanya Haechan lagi.

"Mana kutahu"

Tidak mungkin.

"Kita akan kemana, Mark?"

"Mana ku-"

"Mark yang menyetir! Tidak mungkin Mark tidak tahu!"

Haechanpun akhirnya menatap ke arah sosok yang masih fokus ke jalanan. Berteriak kesal.

"Makanya jangan banyak bertanya"

Dan tetap tidak memberikan jawabannya.

Hanya ada mereka berdua disana. Tidak ada Minhyuk di pangkuan Haechan. Benar-benar hanya berdua saja.

Kemana? Haechan sendiri tidak tahu. Yang pasti tidak terlalu jauh karena mereka berkendara dengan mobil. Bukan kereta atau bahkan pesawat terbang.

Kalau kata mertua Haechan, mereka akan bulan madu. Bulan madu. Ya, seperti apa yang Mark ucapkan sebelumnya. Dan ya, Haechan sendiri sebenarnya sudah sangat sering mendengarnya dari sang mertua. Usulan perihal bulan madu.

Sekolah? Kebetulan ada libur nasional selama dua hari. Dan dengan kekuasaan keluarga sang suami, Mark bisa izin selama entah berapa lama. Yang pasti tidak terlalu lama karena Mark sudah berada di tingkat akhir sekolahnya.

Minhyuk? Sang mertua melarang Haechan membawa serta si bayi. Berjanji akan merawat dan menjaga Minhyuk selama Haechan tidak ada. Juga akan memberi kabar terkini dari si bayi. Seperti sekarang, si bayi yang masih tidur sejak ia berangkat. Terlalu lelah setelah bermain dengan neneknya.

"Minnie sudah bangun belum ya, Mark?"

"Mana kutahu"

Cukup. Haechan memilih untuk tidur saja kalau begini. Berbicara dengan sang suami membuatnya semakin kesal saja.

~.a.b.c.~

Haechan terbangun oleh sebuah tangan yang berada di pipinya.

"Akh!"

Dielus? Tidak. Yang benar dicubit. Tentu saja Haechan langsung bangun dan berteriak kesakitan. Pipi berharganya.

"Sudah sampai"

Baru akan marah-marah, ia baru sadar dimana dirinya berada. Mengusap matanya sebentar sebelum turun dari mobil.

"Wah~"

Di depan sebuah gedung tinggi. Sebuah hotel. Dan yang pasti sangat mewah.

"Bubu yang memilihkan tempat ini"

Baby (MarkHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang