Semangat malam ^^
~.a.b.c.~
Haechan tersenyum lebar melihat perkembangan buah hatinya. Minhyuk. Bayinya yang sangat menggemaskan.
"Mmaammaaa!"
Haechan hanya diam saja sambil menunggu kedatangan si bayi. Tak lupa merentangkan kedua tangannya lebar.
Hap~
Hingga akhirnya bayi itu sudah berada dalam pelukannya.
"Minnie pintar sekali~"
Ya, anaknya itu sudah bisa berjalan sekarang. Meski masih belum terlalu lancar, nyatanya bayi itu sudah bisa menopang seluruh beban tubuhnya dengan dua kaki kecil nan pendeknya itu.
Namun tak lama setelah itu, wajah manisnya nampak murung seketika.
"Minnie jangan cepat-cepat besar ya?"
Terlintas dalam pikirannya ketika bayi itu sudah besar dan memiliki seseorang yang akan menjadi pengganti sebagai prioritas di hatinya.
"Minnie harus selalu menyayangi Mama ya? Jangan membenci Mama"
Dan tak akan melupakan apa yang pernah ia lakukan dulu. Bagaimana kalau Minhyuk yang sudah paham mengetahuinya? Bagaimana kalau Minhyuk tahu mengenai dirinya yang pernah membuangnya?
"Minnie... Hiks"
Memeluk si bayi semakin erat ketika membayangkan Minhyuk akan meninggalkannya.
"Ada apa?"
Mendongak untuk melihat orang yang barusaja datang.
"Mark... Hiks... Minnie"
Mark, sosok itu berjongkok di depan Haechan yang duduk sambil memeluk Minhyuk.
"Minhyuk kenapa?"
Menghapus air mata itu dengan jemari panjangnya.
Seperti sudah terbiasa melihat sosok ini berteriak atau menangis tiba-tiba. Hingga Mark sendiri sudah tenang menghadapinya.
"Minnie... Hiks... Akan membenciku"
Menepuk keningnya sendiri mendengarnya. Drama apa lagi sekarang?
"Kata siapa?"
"Kalau Minnie sudah besar nanti... Hiks... Minnie akan tahu jika aku pernah membuangnya... Hiks... Lalu... Lalu... Hueee"
Bahkan menangis seperti Minhyuk.
"Sebaiknya kita masuk dulu. Tak enak dilihat tetangga"
Ya, mereka berada di depan. Halaman depan. Dimana tetangga yang dimaksud tentu saja... Mertuanya. Bisa panjang nanti ceritanya. Dan Mark terlalu malas berhadapan dengan pria tua itu.
Membantu Haechan berdiri dan menuntunnya masuk ke dalam rumah.
Dan saat mereka sampai di ruang makan, Markpun mengambil alih Minhyuk. Meletakkan bayi itu di kursi bayinya.
"Mark... Cookies ya"
Masih dengan wajah basah dan suara bergetarnya, Haechan meminta apa yang ia inginkan pada sang suami.
Dan setoples cookies yang ia inginkan sudah ada di depan matanya tak lama kemudian.
"Bubu pandai sekali memasak ya, Mark"
Mulai menikmati satu persatu makanan dengan ukuran mini itu.
"Ya"
Sementara sang suami mengusap wajah basah Haechan menggunakan tisu. Tak habis pikir bagaimana sosok ini bisa makan dengan tenang meski wajahnya masih basah oleh air mata.