"Bukankah kau keterlaluan?"
"Tentang apa?"
"Ibumu"
Hendery menatap balik ke arah si penanya. Memberikan tatapan mengejeknya.
"Aku tidak akan tersentuh jika kau yang mengatakannya, Mark"
"Apa maksudmu?"
"Kau saja memisahkan seorang anak dari Ibunya"
Balasan yang sangat menusuk hingga membuat Mark berdecih keras.
Mereka berdua bukannya kembali ke sekolah, justru menuju sebuah kafe tak jauh dari rumah sakit. Sekalian bolos tak masalah kalau hanya sekali sepertinya.
"Aku melihat bekasnya tadi" cuit Mark sambil memainkan sedotannya.
Beruntung Hendery membawa dompet, sementara Mark yang tadi tak membawa apapun. Bahkan ponsel sekalipun tidak ia bawa. Terlalu cepat. Hingga ia masih menggunakan seragam olahraganya.
"Bekas apa yang kau maksud?"
"Bekas yang menandakan bahwa Minhyuk benar-benar pernah berada disana"
Hendery nampak memproses kalimat Mark sebelum akhirnya mengangguk paham.
"Lalu?"
Mark diam sebentar.
"Baru kali ini aku melihatnya. Bahkan milik Ibuku saja belum pernah kulihat"
"Ayahmu akan marah jika kau ingin melihatnya"
Markpun terkekeh kecil. Menyeruput minuman yang ia pesan tadi, setelah puas memainkan sedotannya.
"Oh tunggu, organ dalam yang kau maksud tadi berarti-"
"Ya, tempat Minhyuk pernah tinggal"
"Berarti dia benar-benar Ibu Minhyuk? Astaga, kenapa aku masih belum bisa menerimanya?!"
Hendery nampak frustasi sendiri.
"Dad pasti akan langsung membunuhmu kalau sampai tahu" lanjutnya.
Mark hanya meringis kecil sambil kembali menyeruput minumannya.
"Aku bahkan tak ingin berurusan dengan keluarga kalian. Lebih baik hidup tenang dengan Minhyuk"
"Setelah dia tahu kalau Minhyuk anaknya? Tidak semudah itu, Mark"
Hendery nampak diam, memikirkan sesuatu dari apa yang Mark ucapkan.
"Tunggu"
Sesuatu mengganjal pikirannya sekarang. Sesuatu yang sebenarnya pernah ia pikirkan, namun belum sempat ia ucapkan.
"Kau bukan yatim piatu yang mendapatkan banyak warisan kan?"
"Enak saja. Ayah dan Ibuku masih hidup"
Hendery memundurkan punggungnya ke kursi, memasang raut wajah detektif sok pintarnya.
"Lalu dimana mereka? Aku bahkan tak melihat foto selain foto Minhyuk di apartemenmu. Dan yang paling penting, apa orang tuamu itu tahu tentang keberadaan Minhyuk?"
Mark diam terlebih dahulu untuk memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan untuk pertanyaan yang cukup sensitif baginya itu.
"Aku harus menjawab darimana dulu? Orang tuaku? Mereka masih hidup. Mereka sekarang berada di luar negeri, yah urusan bisnis. Foto? Tentu saja tidak ada foto mereka di apartemenku, karena rumah mereka bukan disana. Hanya aku yang tinggal di apartemen itu setelah aku menerima Minhyuk"
Hendery memajukan tubuhnya.
"Biar kutebak lanjutannya. Kau mendapatkan Minhyuk, kemudian memilih tinggal sendiri agar tidak ketahuan oleh orang tuamu. Yang artinya orang tuamu belum mengetahui apapun mengenai cucu mereka. Apa aku benar?"