7

46.3K 5.6K 1.2K
                                    

"Mark"

Mereka sudah tiba di rumah setelah acara belanja tadi. Mark yang berniat untuk ke kamarnya, menoleh karena panggilan Bibi Nam.

"Pemuda manis tadi siapa? Sepertinya Mark mengenalnya"

"Tidak. Aku tidak mengenalnya"

"Kalau tidak kenal, kenapa Mark menariknya?"

Mark diam sebentar, kemudian tatapannya tertuju ke arah si bayi yang tengah terlelap tidur dalam gendongan Bibi Nam. Mengelus puncak kepala berambut tebalnya lembut.

"Orang itu-"

"Ibu Minhyuk kan?"

Kembali menatap Bibi Nam dan tersenyum miring.

"Sudah kubilang kalau Minhyuk tidak punya Ibu kan?"

"Sudah Bibi duga. Pantas saja Minhyuk sangat manis, ternyata dari Ibunya"

Menatap tak suka pada orang yang mengasuh anaknya, Markpun pergi begitu saja. Percuma dilanjutkan, akan membuatnya semakin kesal saja pikirnya.

Sementara Bibi Nam tersenyum keibuan dan meletakkan Minhyuk di kasur kecil yang diletakkan di ruang tengah. Menepuk-nepuk pantat si bayi agar semakin pulas dalam tidurnya.

"Tadi bertemu Mama ya? Minhyuk senang? Mama Minhyuk manis ya, mirip Minhyuk"

Mengobrol pelan dengan si bayi, seolah menjadi lagu pengantar tidurnya.

"Bibi yakin jika suatu saat nanti Minhyuk, Papa dan Mama akan bersatu dan bahagia bersama"

Semacam sebuah doa.

~.a.b.c.~

"Kenapa senyum-senyum begitu?"

Haechan menoleh dan kembali tersenyum pada orang yang menghampirinya. Itu sang Ibu.

"Mom tahu tidak?"

Dengan polosnya sang Ibu menggelengkan kepalanya. Kemudian melirik apa yang dikerjakan anaknya.

"Eum... Apa mungkin Haechan... Eum... Sedang... Jatuh cinta?"

Nampak ragu sebenarnya menanyakan hal demikian.

Namun di luar dugaan sang Ibu, Haechan justru mengangguk semangat. Masih dengan senyum cerahnya yang belum memudar.

Sontak saja hal itu membuat sang Ibu membulatkan kedua bola matanya terkejut. Meremas kedua bahu anaknya dengan pandangan tak percayanya.

"Haechan jatuh cinta?!" ulangnya memastikan pendengaran.

Yah, mungkin efek usia yang membuat Ibu Haechan mulai berkurang pendengarannya kan? Mungkin kan?

"Iya, Mom. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama"

Syok. Tentu saja. Bahkan seingat sang Ibu, momen ini terakhir terjadi satu atau dua tahun yang lalu? Entahlah. Lagi-lagi faktor usia.

"Semalaman aku tak bisa melupakan wajahnya. Sangat tampan, manis, dan ingin sekali kucium"

Plak~

Reflek tangan yang semula berada di bahu itu berpindah ke kepala sang anak karena terkejut akan lanjutan kalimat Haechan.

"Jangan membuat Mom kaget begitu" dengus sang Ibu sambil mencebik.

Haechanpun ikut mencebik. Mengelus kepalanya dengan wajah tak terima.

"Kalau Mom bertemu dengannya, Mom juga akan mengatakan hal yang sama pasti"

"Mom sudah tidak semuda Haechan, sudah tak memikirkan cin-"

"Meskipun itu cucu Mom sendiri?"

Melihat wajah syok untuk kedua kalinya di pagi ini dari sang Ibu, Haechan kembali tersenyum-senyum sendiri.

Baby (MarkHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang