Akhirnya notif update ff ini kembali lagi ya😆
~.a.b.c.~
Sudah beberapa hari ini Haechan mencoba segala cara untuk memenuhi kebutuhan Minhyuk. Dengan bantuan sang mertua tentunya.
Dan tentu saja hubungannya dengan bayi itu semakin dekat karena Haechan selalu mendekati Minhyuk setiap kali ada kesempatan.
"Mmaaammmaaa"
Kedua telinga Haechan bisa mendengar dengan jelas gumaman si bayi yang meski masih samar-samar.
"Minnie...."
Memeluk si bayi hingga terjungkal dan membuat si bayi terbaring di atas karpet tebalnya.
"Eungg~"
Si bayi yang merasa terganggu itu menyingkirkan kepala Haechan dengan mendorong-dorongnya menggunkan genggaman tangan yang mengepal.
"Katakan lagi, Minnie. Panggil Mama lagi"
Untuk pertama kalinya, yang kali ini sudah lumayan jelas, akhirnya bayi itu memanggilnya dengan sebutan yang benar.
Biasanya hanya gumaman saja yang bahkan tak sejelas ketika bayi itu memanggil ayahnya.
"Eungggg~"
Bukannya mematuhi perintahnya, bayi itu masih saja berusaha menyingkirkan Haechan yang memeluknya.
"Mark, Mark"
Haechan menggendong Minhyuk dan membawanya ke kamar. Dimana ada sosok pemuda yang tengah mengerjakan tugas sekolahnya.
"Apa lagi? Tidak lihat apa aku sedang mengerjakan pekerjaan rumahku?"
Mark. Pemuda itu justru mendesis kesal dengan kedatangan Haechan dan Minhyuk di antara keseriusannya.
Sejak adanya Haechan dan kedua orang tuanya di apartemen ini, Mark jadi lebih leluasa untuk mengerjakan tugas rumahnya.
Tidak ada sosok bayi yang menumpahkan botol susu di atas buku tugasnya. Tidak ada sosok bayi yang memberikan air liur di atas kertas tugasnya pula. Atau sosok bayi yang mencari perhatiannya dengan segala cara hingga ia tak bisa mengerjakan tugasnya.
Bayi yang dimaksudnya sekarang aman dengan orang-orang baru di apartemennya ini.
"Minnie.... Minnie... Minnie memanggilku Mama, Mark"
"Oh, hanya itu"
Dan kembali fokus ke tugasnya.
"Minnie panggil Mama lagi ya? Agar Papa juga bisa tahu"
"Papa"
Bukannya memanggilnya, bayi itu justru memanggil sosok yang tidak memperhatikannya.
"Mama, Minnie. Bukan Papa"
"Paapaaa!"
Seolah mempermainkan Haechan, Minhyuk justru semakin memperjelas panggilan Papanya.
"Kita belajar memanggil Mama lagi ya, lalu tunjukkan ke Papa kalau Minnie bisa"
Haechanpun akhirnya berbalik dan membawa bayi itu pergi.
"Jangan menangis di depan Minhyuk"
Dan kalimat sang suami sebelum ia keluar membuat tangan Haechan reflek mengusap wajahnya.
Ya, air matanya keluar sendiri tanpa ia kehendaki meski tanpa isakan.
"Maaf"
~.a.b.c.~
"Apa aku menyerah saja ya, Bubu?"
"Untuk Minhyuk? Kau menyerah?"
Haechan langsung murung dan menggelengkan kepalanya.