36

59.2K 6.3K 2.6K
                                    

Maap banget baru update 🥺🙏🏻 kayak ada yg nungguin aja 🙃

~.a.b.c.~

"Mark janji?"

"Apa?"

"Mengenai yang tadi"

Mereka kini tengah sarapan. Hanya berdua karena Ayah dan Ibu Mark masih belum pulang, juga Minhyuk.

"Apa?"

Haechan cemberut. Memasukkan masakannya ke dalam dua kotak makan. Tidak, tiga maksudnya. Dua untuknya dan satu untuk Mark.

"Itu Mark.... Adik Minhyuk"

"Kau bilang belum menginginkannya kan?"

Semakin cemberut mendengarnya. Memang benar ia pernah mengatakan hal itu sebelumnya.

"Tapi.... Mark bilang tadi.... Kalau ada adik Minhyuk.... Itu.... Mark...."

"Kalau ada adik Minhyuk ya sudah. Kau ingin adik dari adiknya Minhyuk?"

"Mark! Aku serius!"

Setelah bekal siap, barulah Haechan ikut sarapan bersama sang suami. Menghabiskan sisanya.

"Aku juga serius. Bagaimana kalau nanti adiknya Minhyuk tidak terima kalau tidak memiliki adik? Kasihan kan"

Mendengus sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut lebarnya.

"Bukan itu maksudku!" desisnya sambil mengunyah makanannya.

Sementara yang diajak bicara dengan santainya menikmati sarapan paginya. Sangat santai tanpa perlu memikirkan apakah anaknya sudah mandi atau belum seperti sebelumnya.

"Mark... Mark tadi kan bilang... Kalau banyak anak... Akan memperkuat hubungan... Pernikahan.... Lalu... Lalu Mark tidak bisa... Meninggalkanku"

Cukup malu mengatakannya terang-terangan begini.

"Ya. Lalu?"

"Apa... Artinya Mark akan.... Eum..."

Haechan menggigit sumpitnya sebelum melanjutkan kalimatnya. Melirik ke arah sosok yang masih saja fokus ke makanannya.

"Mencintaiku?"

Trak~

Haechan berjengit saat Mark meletakkan sumpitnya di atas meja. Sangat keras hingga menimbulkan bunyi.

"Mark... Aku tidak bermaksud-"

"Kau boleh menertawakanku sekarang"

"Huh?"

Haechan ikut meletakkan sumpitnya. Memfokuskan mata dan pikirannya pada sang suami.

"Aku tidak tahu bagaimana perasaan mencintai yang kau maksud itu"

Melongo. Haechan bahkan sempat-sempatnya membuka mulutnya, membentuk huruf 'o' yang sangat jelas. Sungguh mengejutkan.

"Apa itu seperti menyayangi Bubu?"

"Ppffttt... Hahaha"

Pecah juga akhirnya tawa yang ingin ia keluarkan. Tak menyangka pertanyaan itu yang akan muncul dari sosok kaku ini padanya.

Bahkan melihat ekspresi penasaran pemuda ini saja sudah membuat Haechan ingin menambahkan intensitas tawanya.

"Ck... Tidak seharusnya aku mengatakannya"

Sepertinya pemuda ini sudah lupa perkataannya sebelum ini. Bahwa Haechan boleh menertawakannya sekarang.

Tak butuh waktu lama, tawa Haechan akhirnya berhenti juga.

Baby (MarkHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang