Baru update 🥺
Jadi gais, karakter si cewek ini disamain sama karakter cewek di ff sebelomnya (yg diremake) 🤫
~.a.b.c.~
"Bagaimana ujiannya, Mark?"
Baru hari pertama ujian terlewati, Haechan sudah menanyakannya.
"Biasa saja"
Haechanpun mengangguk-anggukkan kepalanya. Mengambil kursi dan duduk di sebelah Mark yang tengah belajar di meja belajarnya.
"Mark rajin belajar ya"
"Tidak juga"
"Tapi nilai Mark tidak buruk"
"Heum"
Tuk~ tuk~
Bukan. Itu bukan suara yang Haechan buat. Melainkan sosok kecil yang tengah menggenggam pensil di depannya. Mengetuk-ketukkan di atas meja belajar Mark. Sosok kecil dalam pangkuan Haechan.
Minhyuk.
"Biarkan aku belajar" desis Mark.
Tidak di sekolah, di rumah, sama saja. Ada saja gangguan untuknya bisa tenang.
"Kami hanya ingin memberi semangat pada Mark"
"Tidak perlu"
Haechan mengerucutkan bibirnya ke depan, mengambil pensil dalam genggaman si bayi sebelum masuk ke dalam mulut kecilnya.
"Mark, aku akan bercerita ya"
"Kubilang jangan mengangguku"
"Hanya sebentar"
Tak ada jawaban setelahnya. Dan Haechan menandakan sebagai jawaban 'ya' untuk permintaannya.
"Mark tahu tidak kalau dulu aku pernah berkencan dengan kakak tingkatku waktu masih kuliah. Dia pemuda yang tampan"
"Apa urusannya denganku?"
"Mark hanya perlu mendengarnya saja"
Jawaban Haechan membuat Mark mendesis pelan.
"Kami berkencan kurang lebih selama tiga bulan, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk menjauh dan pergi"
Haechan diam sejenak, sebelum melanjutkan ceritanya kembali.
"Mark tahu tidak kenapa tiba-tiba begitu?"
"Karena kau gendut"
Kali ini Haechan yang mendesis. Sudah berapa kali pemuda ini mengatainya gendut coba?! Awas saja kalau nanti dirinya sudah langsing.
"Karena dia tahu aku hamil"
Mark menghentikan gerakan tangannya. Melirik sebentar ke arah sosok yang duduk di sebelahnya.
"Dia menganggapku sebagai penghianat. Jijik dan sangat membenciku. Dan setelah itu kami tak pernah berhubungan lagi"
Haechanpun tersenyum kecil mengingatnya. Miris. Mengingat bagaimana menyedihkannya dirinya saat itu.
"Saat itu seolah seluruh dunia membenciku. Menganggapku sebagai kotoran yang harus dibuang"
Memeluk pelan sosok yang masih duduk dalam pangkuannya.
"Aku beruntung memiliki Mom. Satu-satunya orang yang berada di dekatku. Kalau tidak ada Mom, mungkin Minhyuk tak akan pernah ada"
Menempelkan dagunya di kepala si bayi yang kini memainkan sebuah gantungan kunci.
"Dan sekarang hanya kebahagiaan yang kurasakan. Memiliki anak yang sangat lucu dan menggemaskan. Aku juga memiliki Mark yang-"
Melirik ke arah sang suami sebelum melanjutkan kalimatnya.